ALIRAN-ALIRAN
FILSAFAT DAN ETIKA
KARYA: Prof. Dr.
Juhaya S.Praja
1.
PENGERTIAN FILSAFAT
Filsafat diambil dari bahasa Arab, Falsafa- berasal
dari bahasa Yunani, Philosophia, kata majemuk yang terdiri dari kata Philos
yang artinya cinta atau suka, dan kata shopia yang artinya
bijaksana. Dengan demikian, secara etimologis kata filsafat memberikan
pengertian cinta kebijaksanaan. Orangnya disebut Philosopher atau
Failasuf ( istilah Failasuf, lihat Mandzur dalam Lisan al-Arab).
Secara terminologis, filsafat mempunyai arti yang
bermacam-macam, sebanyak orang yang memberikan pengertian atau batasan. Berikut
ini dikemukakan beberapa definisi tersebut.
Plato (427 SM-347 SM). Ia seorang filsuf Yunani terkenal,
gurunya Aristoteles, ia sendiri berguru kepada Socrates. Ia mengatakan bahwa
filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada, ilmu yang berminat untuk
mencapai kebenaran yang asli.
Aristoteles (381 SM-322 SM, mengatakan bahwa filsafat
adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu; metafisika,
logika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
Marcus Tullius Cicero (106 SM-43 SM), seorang politikus dan
ahli pidato Romawi, merumuskan filsafat sebagai pengetahuan tentang sesuatu
yang maha agung dan ushaa-usaha untuk mencapainya.
Al-Farabi (wafat 950 M), seorang filsif Muslim mengatakan
bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan
menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
Immanuel kant (1724 M-1804 M) yang sering dijuluki raksasa
pemikir barat, mengatakan bahwa filsafat merupakan ilmu pokok dari segala
pengetahuan yang meliputi empat persoalan.
Gambaran yang lebih jelas mengenai pengertian filsafat
dapat kita simak pendapat Titus berikut ini:
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap
kehidupan dan alam, biasanya diterima secara kritis.
Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap
kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi.
Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran
keseluruhan.
Filsafat adalah
sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti dan konsep.
2. ILMU, FILSAFAT,
DAN AGAMA
Ilmu dan
pengetahuan
Secara umum ilmu itu berarti tahu. Islam itu
adalah pengetahuan. Seseorang yang banyak ilmunya bisa dikatakan sebagai
seorang ilmuwan, ulama, ahli pengetahuan dan lain sebaginya.
Pada dasarnya
pengetahuan mempunyai tiga kriteria, yaitu :
1. Adanya suatu sistem
gagasan dalam pikiran ;
2. Persesuaian antara
gagasan itu dengan benda-benda sebenarnya ;
3.
Adanya keyakinan tentang persesuaian
itu.
Marilah kita ambil sebuah contoh yang mudah. Katakanlah
bahwa kita mengetahui adanya “bulan”. Hala ini berarti bahwa di dalam pikiran
kita ada suatu gagasan tentang adanya sebuah benda langit yang namanya bulan.
Gagasan dalam pikiran itu bersesuaian dengan bulan yang betul-betul ada. Kita
yakin bahwa bulan itu memang betul-betul ada.
Pengetahuan dalam usahnya tidaklah puas hanya dengan cara
yang serba kebetulan saja, melainkan ia berusaha pula mencari jalan tertentu
untuk mempermudah diri dalam upaya mencapai tujuannya. Ia berjalan menurut
metode tertentu, karena itu pengetahuan disebut mempunyai metode-metodenya atau
approach (pendekatan). Pendekatan di sini berarti sekumpulan dari teori, metode
dan teknik penelitian.
Ilmu adalah pengetahuan yang sistematis. Pengetahuan yang
dengan sadar menuntut kebenaran, dan yang bermetode dan bersistem ini, disebut
“ilmu”. Dan definisi ini merupakan definisi ilmu secara khusus.
Pengetahuan yang kuat hari kian bertambah ini, pada
dasarnya bersumber kepada tiga macam sumber, yaitu: pertama, pengetahuan
yang langsung diperoleh.kedua, hasil dari suatu konklusi;ketiga, pengetahuan
yang diperoleh dari kesaksian dan otoritas.
Pengetahuan langsung, diperoleh dari dua sumber:
sumber external (luar) dan sumber internal (dalam). Contoh umpanya kita
mengetahui adanya api di depan kita melalui alat indera penglihatan kita,
adanya bau harum melalui indera penciuman kita.
Pengetahuan konklusi ialah pengetahuan yang
diperoleh melalui penarikan kesimpulan dari data empirik atau inderawi. Seperti
apabila kita tahu bahwa di atas sebuah gunung (yang tampak di depan kita) ada
kepulan asap.
Pengetahuan kesaksian dan otoritas adalah
pengetahuan yang diperoleh melalui kesksian dari orang lain atau berita orang
yang bias dipercaya. Contohnya, kita
mengetahui adanya Tuhan melalui para rasul dan kitab-kitab-Nya.
Pengetahuan yang diperoleh melalui indera disebut dengan pengetahuan inderawi. Setelah
diadakan penyelidikan dan eksperimen, maka ilmu tersebut sekarang menjadi ilmu
pengetahuan (science).
Titik temu antara Ilmu
dan Filsafat
Ada beberapa hal di mana
filsafat dan ilmu pengetahuan (sains) dapat saling bertemu. Dalam beberapa abad
terakhir, filsafat telah mengembangkan kerja sama yang baik dengan ilmu
pengetahuan. Banyak di antara filsuf terkenal yang telah memberikan kontribusinya
kepada sains. Sebagai contoh, Leibniz ikut serta dalam penemuan “hitung
differensial”.
Ilmu membekali filsafat dengan bahan-bahan yang deskriptif dan faktual
yang sangat penting untuk membangun
filsafat. Tiap filsuf dari suatu periode lebih condong untuk merefleksikan
pandangan ilmiah pada periode tersebut.
Filsafat mengambil pengetahuan yang terpotong-potong dari berbagai
ilmu, kemudian mengaturnya dalam pandangan hidup yang lebih sempurna dan
terpadu.
Pertentangan antara ilmu dengan filsafat pada umumnya menunjukkan pada
kecondongan atau titik penekanan, dan bukan pada penekannan yang mutlak.
Ilmu-ilmu tertentu menyelidiki bidang-bidang yang terbatas, filsafat mencoba
melayani seluruh manusia. Oleh karena itu filsafat lebih bersifat inklusif,
tidak eksklutif.
Ilmu dan filsfat kedua-duanya memberikan penjelasan-penjelasan dan
arti-arti dari objeknya masing-masing. Orang lebih menekankan pentingnya
deskripsi, hukum-hukum, fenomena dan hubungan sebab musabab. Filsafat
mementingkan hubungan-hubungan antara fakta-fakta khusus dengan bagian yang
lebih besar. Ilmu menggunakan pengamatan, eksperimen dan pengalaman inderawi,
sedangkan filsafat berusaha menghubungkan penemuan-penemuan ilmu dengan maksud
menemukan hakikat kebenarannya.
Titik temu antara agama dan filsafat
Baik agama maupun filsafat pada
dasarnya mempunyai kesamaan, keduanya memiliki tujuan yang sama, yakni mencapai
kebenaran yang sejati. Agama yang dimaksud di sini adalah agama Samawi, yaitu
agama yang diwahyukan Tuhan kepada nabi dan rasul-Nya.
Dibalik persamaan itu terdapat pula
perbedaan antara keduanya. Dalam agama ada beberapa hala yang amat penting,
misalnya Tuhan, kebajikan, baik dan buruk, surga dan neraka, dan lain-lain.
Hal- hal tersebut diselidiki pula oleh filsafat. Oleh karena hal-hal tersebut
ada atau paling tidak mungkin ada. (ingat objek penyelidikan filsafat segala
yang ada dan yang mungkin ada).
Alasan filsafat untuk menerima
kebenaran bukanlah kepercayaan, melainkan penyelidikan sendiri, hasil pikiran
belaka. Filsafat tidak mengingkarai atau mengurangi wahyu, tetapi ia tidak
mendasarkan penyelidikannya atas wahyu. Ada juga beberapa hal yang masuk
kewilayah agama yang diselidiki pula oleh filsafat.
3.
OBJEK FILSAFAT
Objek penyelidikan filsafat adalah segala yang ada dan yang
mungkin ada, tidak terbatas. Inilah yang disebut objek material filsafat. Kalau
demikian, apakah yang membedakan anatara objek filsafat dan objek ilmu
pengetahuan lainnya? Objek filasafat yang dimaksud adalah objek materialnya,
sebab ilmu pengetahuan pun mempunyai objek material yang sama dengan filsafat,
yaitu segala yang ada dan yang mungkin ada. Ilmu pengetahuan bebas dan tidak
terikat untuk menentukan objek penyelidikannya, dan sampai saat ini, belum ada
pembatasan dalam objek ilmu penghetahuan (objek material). Oleh karena itu,
kalau dilihat dari objek materialnya, baik filsafat maupun ilmu pengetahuan,
memiliki objek yang sama.
Objek penyelidikan ilmu pengetahuan hanya terbatas pada
sesuatu yang bisa diselidiki secara ilmiah saja, dan jika sudah tidak dapat
diselidiki lagi maka ilmu pengetahuan akan terhenti sampai di situ. Tetapi
penyelidikan filsafat tidaklah demikian, filsafat akan terus bekerja hingga
permasalahannya dapat ditemukan sampai ke akar-akarnya.
4.
METODOLOGI FILSAFAT
Oleh karena filsafat dimulai dengan rasa heran, bertanya
dan memikirkan tentang asumsi-asumsi kita yang fundamental, maka kita perlu
meneliti bagaimana filsafat menjawab persoalan-persoalan tersebut.
Problema-problema filsafat tidak dapat dipecahkan dengan sekedar mengumpulkan
fakta-fakta.
Ada tiga metode yang digunakan untuk
memecahkan problema-problema filsafat, yaitu: metode deduksi, induksi, dan
metode dialektika.
·
Metode Deduktif
Adalah suatu metode berpikir di mana
suatu kesimpulan ditarik dari prinsip-prinsip umum dan kemudian diterapkan
kepada sesuatu yang bersifat khusus. Contohnya sebagai berikut :
§
Semua manusia adalah fana (prinsip
umum)
§
Semua raja adalah menusia (Peristiwa
khusus)
§ Karena itu semua raja
adalah fana (kesimpulan)
·
Metode Induksi
Suatu periode berpikir di mana suatu kesimpulan ditarik dari suatu prinsip
khusus kemudian diterapkan kepada sesuatu yang bersifat umum. Contoh :
§ Amir adalah manusia (prinsip
khusus)
§ Ia (Si Amir) akan
mati (peristiwa yang bersifat umum)
§
Seluruh manusia akan mati (kesimpulan)
·
Metode Dialektik
Yaitu suatu cara berpikir di mana suatu kesimpulan diperoleh melalui tiga
jenjang penalaran : tesis, antitesis, dan sintesis. Metode ini
berusaha untuk mengembbangkan suatu contoh argumen yang didalamnya terjalin
implikasi bermacam-macam proses (sikap) yang saling mempengaruhi.
Hegel sangat mengagumi filsuf Yunani
Herakleitos yang mengatakan bahwa pertentangan adalah bapak segala sesuatu.
Paroses dialektik selalu terdiri dari tiga fase. Fase yang pertama disebut
tesis yang menampilkan “lawan” dari fase kedua yang disebut antithesis.
Akhirnya, timbullah fase ketiga yang disebut sintesis yang mendamaikan antara
tesis dan antithesis yang saling berlawanan. Sintesis yang telah dihasilkan
dapat menjadi tesis pula yang menampilkan antithesis lagi dan akhirnya
kedua-duanya didamaikan menjadi sintesis baru. Demikian selanjutnya setiap
sintesis dapat menjadi tesis.
Contoh Tesis, Antitesis, dan Sintesis.
Dalam keluarga, suami istri adalah dua
makhluk yang berlainan yang dapat berupa tesis dan antithesis. Bagi suami, anak dapat merupakan bagian dari
dirinya sendiri. Demikian juga bagi si istri. Dengan demikian si anak merupakan
sintesis bagi suami istri tadi.
5. STRUKTUR FILSAFAT
Penemuan oleh filsuf dalam bidang
filsafat banyak sekali jumlahnya. Penemuan-penemuan tersebut sekarang pada
umumnya sudah disusun secara teratur dan dikenal dengan istilah Struktur
filsafat. Pada pokoknya struktur filsafat berkisar pada tiga cabang filsafat: teori
Pengetahuan, Teori Hakikat dan Teori nilai. Tiga cabang besar filsafat ini
melahirkan cabang-cabang baru yang merupakan anak-anak cabang dari ketiga
cabang tadi.
Teori
Pengetahuan
Cabang filsafat ini membahas
norma-norma atau teori tentang cara mendapatkan pengetahuan dan membicarakan
pula tentang bagaimana cara mengatur pengetahuan itu sehingga menjadi
pengetahuan yang benar dan berarti. Posisi terpenting dan terutama dari teori
pengetahuan ialah membicarakan tentang apa sebenarnya hakikat pengetahuan itu,
cara berpikir dan hukum berpikir mana yang harus dipergunakan kita agar
mendapatkan hasil pemikiran yang kemungkinan benarnya paling besar.
EPISTEMOLOGI
Epistemologi berasal dari bahasa
Yunani, episteme yang berarti knowledge atau pengetahuan dan logy
berarti teori. Oleh sebab itu epistemologi diartikan sebagai teori pengetahuan,
atau filsafat ilmu.
Louis Q. Kattsof mengatakan bahwa
sumber pengetahuan manusia itu ada lima macam, yaitu :
1. Empiris yang melahirkan
aliran empirisme;
2. Rasio yang melahirkan
aliran Rasionalisme ;
3.
Fenomena yang melahirkan
aliran fenomenologi ;
4. Intuisi yang
melahirkan aliran intusionisme;
5. Metode ilmiah yang
menggabungkan antara aliran rasionalisme dan empirisme.
1) Empirisme
Seorang empirisis biasanya berpendapat bahwa kita dapat memperoleh
pengetahuan melalui pengalaman. Sifat yang menonjol dari jawaban ini dapat
dilihat bila memperhatikan pertanyaan.
2) Rasionalisme
Sebagai suatu metode untuk memperoleh pengetahuan. Rasionalisme
berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Bukan karena
rasionalisme mengingkari nilai pengalaman,melainkan pengalaman paling-paling
dipandang sebagai jenis perangsang bagi pikiran. Bagi penganut rasionalisme
yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita, dan bukannya di
dalam diri barang sesuatu.
3) Fenomenalisme
Immanuel Kant, seorang filsuf Jerman abad ke-18 melakukan pendekatan
kembali terhadap maslah diatas setelah memperhatikan kritik-kritik yang
dilancarkan oleh David Hume terhadap sudut pandangan yang bersifat empiris dan
yang bersifat rasional.
4) Intuisionisme
Kita mudah merasa tidak puas terhadap penyelesaian yang diajukan oleh Kant,
karena penyelesaian tersebut mengatakan bahwa pada babak terakhir kita hanya
mengetahui modifikasi barang sesuatu dan bukannya barang sesuatu itu sendiri
dalam keadaanya yang senyatanya.
5) Metode Ilmiah
Perkembangan ilmu-ilmu alam merupakan hasil penggunaan secara sengaja suatu
metode untuk memperoleh pengetahuan yang menggabungkan pengalaman dengan akal
sebagai pendekatan bersama, dan menambahkan suatu cara baru untuk menilai
penyelesaian-penyelesaian yang disarankan.
Logika
Dilihat
dari segi etimologi, perkataan logika berasal dari bahasa Yunani logike (kata
sifat), yang berhubungan dengan kata benda logo yang artinya pikiran
atau kata sebagai pernyataan dari pikiran itu. Hal ini menunjukkan kepada kita
sebagai pernyataan dari pikiran itu.
Logika
secara terminologi mempunyai arti : ilmu yang memberikan aturan- aturan
berpikir valid ( sahih), artinya ilmu yang memberikan prinsip-prinsip yang
harus didikuti supaya dapat berpikir valid (menurut aturan/sahih).
Pokok-pokok
persoalan logika adalah pemikiran dan bebrapa proses pembantunya. Ilmu dengan
cara yang sistematis mempelajari syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat
berpikir valid, dapat menghindari serta mengetahui kesalahan-kesalahan yang
terjadi. Ilmu ini juga memberikan norma-norma atau gagasan-gagasan, yaitu
gagasan kebenaran dan mencoba mengetahui syarat-syarat yang harus dipenuhi
untuk mencapai gagasan kebenaran itu.
Kebenaran
dalam logika dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu kebenaran bentuk dan
kebenaran materi. Dari sini logika dibagi kebenaran dalam dua kategori
pila ; pertama, logika formal (formal logic), atau logika tredisional yang
seringkali pula disebut silogisme, dan kedua, logika material ( material
logic).
Teori
hakikat
Hakikat artinya keadaan yang sebenarnya.
Hakikat sebenarnya adalah keadaan sebenarnya dari sesuatu itu, bukan keadaan
sementara yang selalu berubah. Teori
hakikat merupakan cabang filsafat yang membicarakan hakikat sesuatu. Kita ambil
salah satu contoh tentang hakikat air.
ONTOLOGI
Ontologi merupakan cabang teori
hakikat yang membicarakan hakikat sesuatu yang ada. Ada empat macam aliran
filsafat yang mencoba memberikan jawaban atas peroalan :
1.
Materialisme
Istilah materialisme dapat diberi
definisi dengan beberapa cara, di antaranya,
petama materialisme adalah teori yang mengatakan bahwa atom materi yang
berada sendiri dan merupakan unsure-unsur yang membentuk alam dan bahwa akal
dan kesadaran (consciousness) termasuk di dalamnya segala proses fisikal
merupakan mode materi tersebut dan dapat disederhanakan menjadi unsure-unsur
fisik; kedua, bahwa doktrin alam semesta dapat ditafsirkan seluruhnya dengan
sains fisik. Kedua definisi tersebut mempunyai implikasi yyang sama, walaupun
cenderung untuk menyajikan bantuk-bentuk materialism yang libih tradisional.
2.
Idealisme
Kata Idealisme dalam filsafat mempunyai
arti yang sangat berbeda dengan pengetiannya dalam bahasa sehari-hari. Secara
umum kata itu berarti, pertama seorang yang menerma ukuran moral yang tinggi,
estetika dan agama serta menghayatinya; kedua, orang yang dapat melukiskan dan
menganjurkan suatu rencana atau program yang belum ada. Tiap pembaru sosial
adalah seorang idealis dalam arti kedua ini, karena ia menyokong sesuatu yang
belum ada.
Arti filsafat dari kata idealisme ditentukan oleh arti biasa dari kata ide.
Ringkasnya, idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri atas ide-ide,
pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan
ketentuan.
Idealisme adalah suatu pandangan dunia
atau metafisik yang mengatakan bahwa realitas dasar terdiri atas, atau sanagat erat
hubungannya dengan ide, pikiran atau jiwa.
3.
Dualisme
Dualisme adalah aliran filsafat yang
mencoba memadukan anatara dua paham yang saling bertentangan, yaitu materialism
dengan idealisme. Materialisme mengatakan bahwa materi itulah yang hakikat,
sedangkan ide dan ruh bukan hakikat. Sedangkan idealisme sebaliknya, justru
idelah yang hakikat sedangkan materi bukan hakikat. Menurut materialisme, ruh
muncul karena ada materi, tidak mungkin ada ruh jika tanpa ada materi.
Sedangkan menurut idealisme justru munculnya materi karena adanya ruh. Materi
tidak akan ada jika ada ruh.
Dualisme mengatakan bahwa baik materi
maupun ruh sama-sama hakikat. Materi muncul bukan karena adanaya ruh, begitu
pun ruh muncul bukan karena adanya materi.
4.
Agnoticisme
Agnotocisme adalah aliran yang
mengatakan bahwa manusia tidak mungkin mengetahui hakikat sesuatu dibalik
kenyataan ini. Manusia tidak mungkin mengetahui apa hakikat batu, air, api. Dan
lain sebaginya.
KOSMOLOGI
Dalam pembicaraan kosmologi ini
maslah perbincangan tentang hakikat terdalam dari kenyataan untuk sementara kita
tinggalkan. Kita akan membicarakan segi kenyataan yang dinamakan alam fisik.
Alam fisik atau jagat raya (cosmos)
merupakan objek penyelidikan ilmu-ilmu alam, khususnya fisika. Ini berarti
bhawa dari dua bagian:
1.
Penyelidikan filsafat
mengenai istilah-istilah pokok yang terdapat dalam fisika, seperi ruang, waktu,
dan sebaginya.
2.
Pra anggapan- pra anggapan
yang terdapat dalam fisika sebagai ilmu tentang
jagat raya.
Terdapat pula segi ketiga dari filsafat
fisika, yaitu berupa penyelidikan mengenai susuanan ilmu fisika sebagai ilmu
dan analisis terhadap metode-metode yang digunakannya. Untuk sebagian
metode-metode ilmiah telah dibicarakan di muka.
ANTROPOLOGI
Cabang Antropologi ini akan mencoba
mengalihkan pikiran-pikiran kita kepada pikiran-pikiran yang sebenarnaya secara
umum sudah kita bahas. Kita telah melakukan upaya-upaya kefilsafatan untuk
menemukan hakikat alam.
Manusia adalah bagian dari alam yang
dipandang sebagai kesatuan totalitas. Hakikat manusia adalah jasmani manusia
itu sendiri dan bukan ruhnya. Sebab ruh itu hanya ada jika tempat yang
ditumpanginya masih utuh; sebaliknya ruh itu akan hilang apabila badan jasmani
yang ditumpanginya telah hancur (mati).
THEODECIA
Cabang filsafat theodecia atau
teologi ini membicarakan tentang dasar-dasar ketuhanan dan hubungan manusia
dengan Tuhan berdasarkan logika dan pendapat akal manusia. Theodecia tidak
membicarakan Tuhan dari segi agama. Dalam Islam, pembicaraan mengenai Tuhan dan
ketuhanan dengan menggunakan akal disebut Kalam. Ilmu tentang Tuhan dan
Ketuhanan tersebut ilmu kalam, ilmu tauhid, ilmu aqai’d atau ilmu usuluddin.
Dalam theodecia ini terdapat sejumlah aliran. Aliran-aliran tersebut meliputi
aliran;
1.
Theisme
Aliran ini mempercayai bahwa Tuhan merupakan pencipta dan pengurus alam
ini. Tuhan adalah sebab bagi yang ada di alam ini. Segala-galanya
bersandar pada sebab ini. Tuhan adalah dasar dari segala yang ada dan yang
terjadi di alam ini. Alam ini tidak akan berwujud dan berdiri tanpa sebab dari
Tuhan.
2.
Monotheisme
Monotheisme mengatakan bahwa di seluruh
ala mini hanya ada satu Tuhan. Dia adalah Pencipta dan pengatur segala yang ada
di ala mini. Tidak ada lagi tuhan selain Dia. Dalam islam monotheisme disebut
ajaran tauhid. Para nabi dan rasul dahulu mengajarkan bahwa tuhan iru Esa dan
tiada yang menendingi-Nya, baik dalam bentuk, sifat maupun perbuatannya. Tuhan
adalah Dzat Yang Maha Sempurna.
3.
Trinitheisme
Trinitheisme mengajarkan bahwa Tuhan itu ada tiga. Ketiga Tuhan ini mempunyai tugas dan fungsi yang
berbeda. Ada Tuhan Pencipta, Tuhan pemelihara dan ada juga Tuhan Pemusnah.
Dalam agama Hindu ajaran ini disebut Trimurti, yang terdiri dari Dewa Brahma,
Siwa, dan Dewa Wishnu.dalam agama Nasrani disebut Trinitas yang terdirir atas
Tuhan anak (jesus), Tuhan Ibu (bunda Maryam), dan Tuhan bapak (Ruh Kudus).
Paham trinitheisme merupakan kelanjutan dari paham politheisme yang menganggap
bahwa Tuhan itu banyak jumlahnya. Kemudian meraka batasi sampai ada tiga Tuhan
saja.
4. Politheisme
Politheisme mengatakan bahwa Tuhan atau dewa itu banyak. Pada mulanya
dewa-dewa atau Tuhan-Tuhan dalam politheisme mempunyai kedudukan yang hampir
sama. Akan tetapi karena bebrapa hal, lambat laun beberapa di antar mereka ada
yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari Dewa-dewa tau tuhan-tuhan yang
lainnya.
5. Pantheisme
Pan berarti seluruh, theis berarti
Tuhan. Jadi, pantheisme mengandung
arti seluruh Tuhan. Pantheisme mengajarkan bahwa seluruh alam ini adalah
Tuahan.
Tuhan adalah alam dalam keseluruhannya dan benda-benda merupakan bagian
dari Tuhan. Tuhan adalah Immanent atau berada dalam ala mini. Karena seluruh
ala mini adalah satu. Tuhan menurut pantheisme mempunyai bagian-bagian.
6. Atheisme
A berarti tidak. Atheisme berarti (paham) tidak bertuhan. Atheisme
mengatakan bahwa Tuhan itu sebenarnya tidak ada. Seorang atheis tidak pernah
berdosa atau berhunganan dengan Tuahan, bukan karena ia tidak tahu tentang
adanya Tuhan, tetapi keyakinannya yang mengajarkan bahwa tentang itu
betul-betul tidak ada.
Seorang atheis menafikan adanya Tuhan, karena Tuhan tidak pernah
menunjukkan dirinya dengan nyata dan jelas kepada manusia.
7. Agnostisisme
Paham ini berada di tengah-tengah, berada di antara paham yanga mengajarkan
bahwa Tuhan itu ada dengan paham yang mengajarkan bahwa Tuhan itu tidak ada. Menurut
paham ini, manusia tidak akan sanggup untuk memperoleh pengeahuan tentang
Tuhan.
FILSAFAT AGAMA
Filsafat agama pada pokoknya adalah
pemikiran filsafat tentang agama. Sama halnya dengan filsafat seni yang
merupakan pemikiran filsafat tentang seni. Mempelajari filsafat agama tidak
perlu dan tidak selalu dialakukan dari sikap pandangan keagamaan. Orang atheis
(tidak percaya kepada Tuhan) dan agnostic (merasa tidak mampu mengetahuiTuhan),
begitu juga orang yang memiliki keyakinan agama dapat berfilsafat tentang
agama. Filsafat agama akan menerangkan masalah agama secara filosofis. Agama
yang dimaksud tidak terikat pada satu macam agama saja melainkan agama secara
keseluruhan.
Agama
Agama tidak mudah diberi
definisi atau dilukiskan, karena agama menyangkut beberapa bentuk yang
bermacam-macam di antara suku-suka dan bangsa-bangsa di dunia.
Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan merupakan
dasar utama dalam paham keagamaan. Tiap-tiap agama berdasarkan atas kepercayaan
pada sesuatu kekuatan gaib dan cara hidup setiap manusia yang percaya pada
agama di dunia ini umat rapat hubungannya dengan kepercayaan tersebut. Sesuatu
yang memiliki kekuatan gaib itu disebut Tuhan. Konsep tentang Tuhan banyak
sekali macamnya, kita kenal seperti, monotheisme, dinamisme, trinithrisme,
politheisme dan pantheisme yang kesemuanya itu membicarakan tentang Tuhan.
Iman
Iman berarti percaya. Setiap agama
mengajarkan tentang iman. Filsafat agama harus dapat memberikan jawaban apa
sebenarnya hakikat iman. Dalam islam, iman merupakan unsur pokok agama atau
ushuluddin. Begitu pun dalam agama-agama lainnya.
Ibadat
Setiap agama mengenal apa yang
disebut ibadat. Ibadat merupakan
perwujudan dari iman. Setiap agama mengajarkan tata cara dan acara untuk
beribadat kepada Yuhannya. Ibadatnya seorang Muslim akan berbeda dari ibadatnya
seorang Nasrani, Hindu, dan sebagainya.
Perlukah
manusia beragama ?
Pada garis besarnya manusia
terbagi dalam dua kelompok.
1.
Kelompok yang mempercayai
adanya Tuhan disebut theisme.
2.
Kelompok yang tidak
mempercayai tuhan disebut atheisme.
Tugas filsafat agama adalah membahas
tentang peranan agama bagi manusia ditinjau dari sudut filosofis dan bukan dari
sudut ajaran atau wahyu yang diajurkan oleh suatu agama tertentu.
FILSAFAT HUKUM
Filsafat hukum menghendaki jawaban atas
pertanyaan; apakah hukum? Ia menghendaki agar kita bertanya pada diri sendiri,
apa sebenarnya kita anggap tentang hukum (filsafat hukum seperti halnya
filsafat pendidikan, filsafat sejarah, dan sebagainya) mempertanyakan apa,
bagaimana dan mengapa hukum.
Kaidah-kaidah hukum termasuk dunia yang
lain daripada kebiasaan-kebiasaan hukum; kaidah hukum tak termasuk dunia
kenyataan, dunia alam (nature), melainkan termasuk dunia nilai, termasuk dunia
yanagg lain daripada dunia penyelidikan ilmu pengetahuan.
FILSAFAT PENDIDIKAN
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk
yang diberi potensi untuk dapat mempertanyakan sifat kemandirian yaitu sebagai
manusia. Potensi yang dimaksud sudah cpasti potensi khusus yang tidak dimiliki
oleh makhluk lain, dan kita telah menamakan bahwa potensi itu adalah akal.
Kedudukan manusia yang sangat tinggi
diimbangi oleh tuntutan (tugas) yang cukup berat. Manusia dituntut untuk
memiliki sejumlah keterampilan agar ia mampu memegang tampuk pimpinan di bumi
ini.
Teori
nilai
Teori nilai merupakan kerangkka
ketiga dalam tiga kerangka besar filsafat: teori pengalaman, teori hakikat dan
teori nilai. Teori nilai mencakup dua cabang filsafat yang cukup terkenal:
Etika dan Estetika. Yang pertama membicarakan soal baik-buruk perbuatan
manusia.
Nilai artinya harga. Sesuatu
mempunyai nilai bagi seseorang karena ia berharga bagi dirinya.
ETIKA
Tugas
Etika
Etika merupakan penyelidikan
filsafat mengenai kewajiban-kewajiban manusia serta tingkah laku manusia
dilihat dari segi baik buruknya tingkah laku tersebut. Etika bertugas memberi
jawaban atas pertanyaan berikut: atas dasar hak apa orang menuntut kita untuk
tunduk terhadap norma-norma yang berupa ketentuan, kewajiban, larangan, dan
sebagainya.
Sifat
Dasar Etika
Etika mempunyai sifat yang sangat
mendasar, yaitu sifat kritis. Etika mempersoalkan norma-norma yang dianggap
barlaku; menyelidiki dasar norma-norma itu; mempersoalkan hak dari setiap
lemabaga, seperti orang tua, sekolah, Negara, dan agama untuk member perintah atau
larangan yang harus ditaati.
Objek
etika
objek penyelidikan etika adalah
pernyataan-pernyataan moral yang merupakan perwujudan dari pandangan-panadangan
dan persoalan-persoalan dalam bidang moral.
Metode etika
ada empat macam pendekatan dalam menilai suatu
pendapat morl yaitu, pendekatan empiris deskriptif, pendekatan fenomonologis,
pendekatan normative dan pendekatan metaetika.
Etika Normatif
Dalam
uraian di bawah ini dibicarakan jawaban-jawaban pokok yang diajukan atas
pertanyaa : menurut norma-norma manakah kita seharusnya bertindak ? untuk
memberikan jawaban atas pertnyaan tersebut, maka dikemukakan beberapa teori,
yakni :
·
Teori deontologis, merupakan bahwa betul salahnya
sesuatu tindakan tidak dapat ditentukan dari akibat-akibat tindakan itu, melainkan
ada cara bertindak yang begitu saja terlarang, atau begitu saja wajib.
·
teori teleologis,mengatakan bahwa betul tidaknya
tindakan justru tergantung dari akibat-akibatnya.
·
dan teori
egoisme etis. Merupakan kelanjutan dari teori teleologis.
a. Hedonisme adalah
aliran ini berpendapat bahwa yang dinilai baik itu ialah sesuatu yang dapat
memberikan rasa nikmat bagi manusia.
b.
Eudemonisme, mengajarkan
bahwa segala tindakan manusia ada tujuannya.
Etika Utilitarisme
Ada
dua cabang etika yang merupakan kelanjutan dari teori teleologis, yaitu teori
egoisme etis dan utilitarisme.
Sifat utilitarisme adalah sifat universalis karena yang jadi penilaian
norm:a-norma bukanlah akibat-akibat baik dirinya sendiri, melainkan juga baik
bagi seluruh manusia.
Dilihat dari jenisnya utilitarisme dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu :
a. Utilitarisme tindakan
mengajarkan bahwa manusia mesti bertindak sedemikian rupa sehingga setiap
tindakannya itu menghasilkan suatu kelebihan akibat-akibat baik di dunia yang
sebesar mungkin dibanding dengan akibat-akibat buruk
b. Utilitarisme
Peraturan mempunyai kaidah utama ajaranny sebagai berikut , ‘’
berindaklah selalu sesuai dengan kaidah-kaidah yang penetapannya menghasilkan
kelebihan akibat-akibat baik di dunia yang sebesar mungkin dibandingkan dengan
akibat-akibat buruk ‘’.
Etika Teonom
Sekarang
kita akan membicarakan pendapat yang mendasarkan norma-norma moral pada
kehendak Allah. Sehingga teori ini dinamai teonom yang terdiri dari dua
kata : theos yang berarti Allah dan nomos yang berarti hukum
a. Etika teonom murni
Etika
ini mengatakan bahwa tindakan dikatakan benar bila sesuai dengan kehendak
Allah, dan dikatakan salah apabila tidak sesuai, suatu tindakan wajib dikerjakan
jka diperintahkan Allah.
b. Teori Hukum Kodrat
Teori ini
mengatakan bahwa baik dan buruk ditentukan oleh Allah seakan-akan secara
sewenang-wenang. Sesuatu dikatakan benar jika sesuai dengan tujuan manusia atau
sesuai dengan kodarat manusia.
ESTETIKA
Soal
baik dan buruk telah kita bicarakan dalam etika, kini kita mengalihkan
perhatian kita untuk membicarakan soal nilai indah dan tidak indah. Nilai baik
dan buruk sering diterapkan orang kepada perbuatan atau tindakan manusia,
sedangkan nilai indah dan tidak indah cenderung untuk diterapkan kepada soal
seni. Estetika berusaha untuk menemukan nilai indah secara umum. Sehingga tidak
mustahil kalau akhirnya timbul beberapa teori yang membicarakan hal itu.
6. SEKILAS SEJARAH
FILSAFAT YUNANI
PEMIKIRAN PRA-SOCRATES
Filsuf filsuf Pertama dari Miletos
Filsuf-filsuf Yunani yang pertama tidak
lahir di tanah airnya sendiri, melainkan di tanah perantauan di Asia Minor.
Dahulu bangsa Yunani di Semenanjung Balkan banyak yang menjadi perantau, karena
tanahnya tidak subur, dan sepanjang daratan dilalui oleh bukit barisan, serta
banyak teluk-teluk yang menjorok ke daratanm sehingga tidak banyak tanah yang
baik untuk temapat tinggal. Karena yang merantau itu makmur hidupnya, mereka hidup dari perniagaan dan
pelayaran.
1) Thales
Ia
hidup pada abad ke-6 SM. Di kalangan orang Yunani pada waktu itu ia dikenal
sebagai salah seorang dari hoi hepta sophoi, tujuan Orang yang Bijaksana
atau The seven Wise Men, atau al-Hukama’ al-Sab’ah. Mereka terkenal
dengan petuah-petuahnya yang pendek-pendek, seperti “kenalilah dirimu”, “ingat
akhirnya”, “jangan berlebih-lebihan (meden agan)”, dan sebagainya. Aristoteles
yang memberikan gelar kepadanya sebagai filsuf yang pertama.
Menurut
cerita, Thales adalah seorang saudagar yang sering berlayar ke negeri Mesir. Ia
menemukan ilmu ukur di Mesir dan membawanya ke Yunani. Diceritakan pula bahwa
ia memiliki ilmu tentang bagaimana mengukur tinggi piramida-piramida dari
bayangannya, dan lain-lain. Dan ia berhasil meramalkan terjadinya gerhana
matahari pada tanggal 28 Mei tahun 585 SM. Karena itulah ia dikenal sebagai
ahli astronomi dan metafisik, Menurut thales asal mula ini adalah air.
2)
Anaximandros
Anaximandros
adalah murid Thales. Ia lima belas tahun lebih muda dari Thales, tetapi
meninggal dua tahun lebih dahulu. Sebagai filsuf, ia lebih besar daripada
gurunya. Ia juga ahli astronomi, di samping itu, ia juga ahli ilmu bumi.
Sama
halnya dengan gurunya, Anaximandros juga ingin mencari asal dari segalanya. Ia
tidak menerima begitu saja apa yang diajarkan oleh gurunya. Yang dapat diterima
oleh akalnya aialah bahwa yang asal itu satu, tidak banyak. Tetapi yang satu
itu buka air, dan bukan sesuatu anasir yang dapat diamati oleh panca indera.
Menurut Anaximandros segala sesuatu itu berasal dari to apeiron, yai\tu yang
tak terbatas.
3)
Anaximenes
Ia
adalah murid Anaximandros. Sebab itu tidak mengherankan kalu pandangannya
tentang alam ini sama dasarnya dengan gurunya. Ia menulis suatu buku, tetapi
dari buku itu hanya satu fragmen saja yang disimpan.
Anaximenes juga mengajarkan bahwa asal
dari ala mini satu dan tidak terhingga. Hanya saja ia tidak dapat menerima
ajaran Anaximenes, bahwa yang asal itu tidak ada perasaannya dengan barang yang
lahir dan tak dapat dirupakan.
4) Pythagoras dan
madzhab pythagoras
Pythagoras dilahirkan di Samos
antara tahun 580 sampai 570 SM. Kemudian
ia bermigrasi ke daerah koloni Grik di bagian selatan Italia pada tahun 529 SM,
karena sikap oposisinya terhadap pemerintahan tirani di bawah pemerintahan
Plykrates dan kerana sikap loyalitasnya terhadap golongan aristokrat,
menyebabkan ia meninggalkan daerahnya dan pindah ke kota Krotona. Di kota
inilah ia mendirikan perkumpulan agama/ tarekat yang terkenal sebagai madzhab
Pythagorean. Tarekat ini terpengaruh oleh aliran mistik yang disebut Orfisme.
Inti dari ajaran mistik tersebut
ialah kebatinan, dengan jiwa. Pythagoras juga mengajarkan tentang inkarnasi,
bahwa jiwa manusia itu tidak dapat mati. Sesudah manusia mati, jiwanya
berpindah kepada hewan, dan bila hewan itu mati, maka ia berpindah lagi ke
hewan lain, demikian seterusnya. Tetapi dengan mensucikan dirinya, jiwa bisa
diselamatkan dari nasib seperti itu. Pensucian itu dapat dilakukan antara lain
dengan berpantang jenis makanan tertentu, seperti makan ikan, daging dan
kacang.
5) Herakleitos (540-480
SM)
Dilahirkan di Ephesos dari suatu
keluarga tergolong aristokrat. Ia mempunyai watak tidak mengenal kompromi, dan
sangat ekstrim dalam menentang demokrasi. Dia sangat bebas mengemukakan
pendapatnya, terutama dalam hal mencela orang lain, bahkan tidak segan-segan
menghina orang-orang terkemuka yang dijunjung tinggi oleh banyak orang, seperti
Humeros, Arkhilokhes, Hesiodos, Pythagoras, Xenophanes, Hekataios, dan
lain-lain.
Menurut Herakleitos, tidak ada satu
pun di alam ini yang bersifat tetap atau permanen. Apa yang kelihatan tetap,
sebenarnya ia dalam proses perubahan yang tidak ada henti-hentinya.
Filsuf-filsuf elea
1. Perminides
Ia lahir pada tahun 540 SM, tetapi kapan meninggalnya tidak jelas. Ia
terkenal sebagai seorang yang besar. Ia ahli politik dan pernah memangku
jabatan pemerintah. Tetapi bukan Karena itu ia terkenal namanya, ia terkenal
sebagai ahli piker yang melebihi siapa saja pada masanya. Filsafat adalah,”
yang realitas dalam alam ini hanya satu, tidak bergerak, dan tidak berubah”.
Dasar pemikirannya: yang ada itu ada. Perubahan itu berpindah dari ada menjadi
tidak ada, itu mustahil, sebagaimana mustahilnya yang tidak ada menjadi ada.
Konsekuensi dari pandangan
demikian ialah :
a. Bahwa ‘’yang ada
‘’ialah satu dan tidak terbagi, karena itu pluralitas tidak mungkin ada.
b.
Bahwa ‘’ yang ada ‘’ itu tidak dijadikan, dan
tidak akann dimusnahkan (dihilangkan). Dengan kata lain, ‘’ yang ada’’
itu bersifat kekal dan tidak terubahkan.
c.
Bahwa ‘’yang ada’’ itu
sempurna, tidak ada sesuatu yang dapat ditambahkan padanya, dan tidak ada
sesuatu yang diambil daripadanya.
d.
Bahwa “ yang ada” itu
mengisi segala tempat, sehingga tidak ada ruang yang kosong, sebab kalau ada
ruang kosong, maka “yang ada” aka nada dalam pergerakan, dan pergerakan berarti
perubahan. Hal serupa ini tidak mungkin.
2.
Zeno
Zeno
adalah murid Parminides, ia berusaha untuk membuktikan ajaran gurunya, bahwa
gerak itu tidak ada. Gerak hanyalah tipuan belaka. Pendapatnya itu diperkuat
oleh bukti-bukti di antaranya sebagai berikut :
·
Untuk menyeberangi suatu
tanah lapang, kita harus terlebih dahulu menyeberangi separuhnya, baru setelah
itu kita bisa menyeberangi separuhnya lagi. Demikian seterusnya dan tidak ada
habis-habisnya.
·
Anak panah dilepaskan dari
busurnya, ia tentu pada setiap saat berada pada tempat tertentu, tidak mungkin
ia pada suatu saat berada dalam dua tempat atau lebih. Hal ini menimbulkan
bahwa anak panah tersebut diam.
Ia adalah seorang politikus mahir yang mengaku dirinya
sebagai dewa. Dia adalah penganut paham cara pemerintahan yang demokratis, akan
tetapi, pada karirnya ia digulingkan oleh kaum aristocrat.
Filsuf-filsuf
Pluralis
1.
Anaxagoras (500-428 SM)
Anaxagoras lahir di Lazomonal, lonia. Pada waktu mudanya ia pindah
ke Athena, dan menetap di sana selama 30
tahun. Di Athena ia berkenalan dengan Pericles, seorang politikus ulung yang
pernah membawa Athena ke zaman keemasan.
Ajaran filsafatnya mengatakan bahwa
timbul dan hilang itu ada. Isi
alamnya ini tidak bertambah dan tidak juga berkurang. Ia selam-lamanya. Timbul
dan hilang itu hanyalah bercampuran dari anasir-anasir asl, yang jumlahnya
tidak terhingga. Percampuan dan perpisahan anasir-anasir asal tersebut
digerakkan oleh kodrat dari luar yang dinamakan Nus. Nus itulah yang membentuk
alam ini.
Filsuf-filsuf Atomis
Filsafat atomis ini menurut garis besarnya
berasal dari Leukippos, dan dikembangkan oleh Demokritos. Kedua filsuf atomis
tersebut juga berusaha memecahkan masalah yang diajukan oleh filsuf-filsuf
Elea. Mereka berpendapat bahwa realitas seluruhnya itu bukan satu, melainkan
tersusun dari banyak unsur tersebut mereka namai atom, yang diambil dari kata
atomos, a=tidak dan tomos= terbagi. Atom merupakan bagian yang terkecil,
sehingga tidak terlihat oleh mata. Bentuknya berbeda-beda dan tidak mempunyai
kualitas.
7.
EPISTEMOLOGI
Secara umum epistemology dapat
dijelaskan sebagai cabang filsafat yang membahas ruang lingkup dan
batas-batas pengetahuan. Studi ini
mencari jalan untuk memecahkan pertanyaan-pertanyaan mendasar yang meliputi
pengkajian sumber-sumber watak, dan kebenaran pengetahuan.
Istilah yang digunakan untuk nama teori
pengetahuan adalah epistemologi, yang berasal dari kata Yunani epistemi (pengetahuan)
dan logy (teori).
Terdapat tiga persoalan dalam bidang ini
:
1.
Apakah sumber-sumber
pengetahuan itu ? dari mana pengetahuan yang benar itu datang, dan bagaimana
kita dapat mengetahui? Ini semua adalah problema asal (origin).
2.
Apakah watak dari
pengetahuan ? apakah dunia yang riil di luar akal dan kalau ada, dapatkah kita
mengetahuinya? Ini semua adalah problema: penampilan (appearance)
terhadap realitas.
3.
Apakah pengetahuan kita
itu benar (valid)? Bagaimana kita membedakan antara kebenaran dan
kekliruan? Ini adalah problema mencoba kebenaran (verification).
Kelompok rasionalis berpendapat bahwa
akal manusia dapat mengungkapkan prinsip-prinsip pokok dari alam tanpa bantahan
dari yang lain. Sedangkan kelompok empiris berpendapat bahwa semua pengetahuan
pada dasarnya datang dari pengalaman indera, dan oleh karena itu pengetahuan
kita terbatas pada hal-hal yang dapat dialami. Kritisisme berhasil membuat
sintesa dari kedua aliran itu yang kemudian melahirkan metode ilmiah.
Pembicaraan pada bagian ini diawali
dengan pembalasan dengan dua aliran besar yang berusaha mencari kebenaran lewat
pintu rasionalisme dan empirisme, kemudian dibicarakan aliran-aliran
berikutnya.
8.
RASIONALISME RENE
DESCARTES (1595-1650)
Aliran filsafat yang berasal dari Descartes biasanya disebut rasionalisme,
karena aliran ini sangat mementingkan rasio. Dalam rasio terdapat ide-ide dan
dengan itu orang dapat membangun suatu ilmu pengetahuan tanpa menghiraukan
realitas di luar rasio. Dalam memahami aliran rasionalisme, kita harus
memperhatikan dua masalah utama yang keduanya diwarisi dari Descartes. Pertama,
masalah substansi, kedua, masalah hubungan antara jiwa dan tubuh.
Rene Descartes adalah tokoh filsafat abad modern, bahkan dialah pendiri dan
pelopor utamanya. Ada perbedaan penting antara filsafat abad pertengahan dengan
abad modern. Perbedaan tersebut bukanlah dilihat dari segi dikotomi mundur dan
maju seperti halnya pada dunia ilmu pengetahuan. Perbedaan keduanya
lebih sering dilihat dari sudut ciri khasnya massing-masing. Filsafat abad
pertengahan bercirikan sinkretasi antara akal dan wahyu, antara rasio dan
agama.
Riwayat
Hidup dan Karya Descartes
Rene Descartes (Renatus Cartesius) adalah putra keempat Joachim Descartes ,
seorang anggota parlemen kota Britari, propinsi Renatus di Prancis. Kakeknya,
Piere Descartes, adalah seorang dokter. Neneknya juga berlatar belakang
kedokteran. Dilahirkan pada tanggal 31 Maret 1596 di La Haye (sekarang disebut
La Haye Descartes ), propinsi Teuraine, Descartes kecil yang mendapat nama
baptis Rene, tumbuh sebagai anak yang menampakkann bakatnya dalam bidang
filsafat, sehingga ayahnya pun memanggilnya dengan julukan Si Filsuf Cilik.
Pendidikan
pertamanya diperoleh dari sekolah Yesuit di La Fleche dari tahun 1604-1612. Di
sinilah ia memperoleh pengetahuan dasar tentang karya ilmiah Latin dan Yunani,
bahasa Prancis, musik dan akting, logika Aristoteles dan etika Nichomacus,
fisika, matematika, astronomi dan ajaran metafisika dari filsafat Thomas
Aquinas.
Karya-karya
Descartes cukup banyak, beberapa karyanya, antara lain adalah discours de la
Methode (1637) yang berarti uraian tentang metode yang isinya melukiskan
perkembangan intelektualnya.
Filsafat Descartes
METODE
Agar
filsafat dan ilmu pengetahuan dapat diperbarui , kita terutama memerlukan suatu
metode yang baik, demikian pendapat Descartes. Hal ini mengingat bahwa
terjadinya kesimpangsiuran dan ketidakpastian dalam pemikiran-pemikiran
filsafat disebabkan oleh karena tidak
adanya suatu metode yang mapan, sebagai pangkal tolak yang sama bagi berdirinya
suatu filsafat yang kokoh dan pasti. Ia sendiri berpikir sudah mendapatkan
metode yang dicarinya itu, yaitu dengan menyangsikan segala-galanya atau
keragu-raguannya.
Lebih
jelas uraian Descartes tentang bagaimana memperoleh hasil yang sahih (adequate)
dari metode yang hendak dicanangkannya dapat dijumpai dalam bagaian kedua dari
karyanya Anaximenes Discourse on Methode yang menjelaskan perlunya
memperhatikan empat hal berikut ini :
1. Tidak menerima
sesuatu pun sebagai kebenaran, kecuali bila saya melihat bahwa hal itu
sungguh-sungguh jelas dan tegas (clearly and distinctly), sehingga tidak ada
suatu keraguan apa pun yang mampu merobohkannya.
2. Pecahkanlah setiap
kesulitan atau masalah itu atau sebanyak mungkin bagian, sehingga tidak adaa
suatu keraguan apapun yang mampu merobohkannya.
3. Bimbingan pikiran
dengan teratur, dengan memulai dari hal yang sederhana dan mudah diketahui,
kemudian secara bertahap sampai pada yang paling sulit dan kompleks.
4. Dalam proses
pencarian dan pemeriksaan hal-hal sulit, selamanya harus dibuat
perhitungan-perhitungan yang sempurna serta pertimbangan-perimbangan yang
menyeluruh, sehingga kita menjadi yakin bahwa tidak ada satu pun yang
mengabaikan atau ketinggalan dalam penjelajahan itu.
IDE-IDE BAWAAN
Karena
kesaksian apa pun dari luar tidak dapat dipercaya, maka menurut Descartes, saya
mesti mencari kebenaran-kebenaran dalam diri saya dengan menggunakan norma
tadi, cogito ergo sum. Descartes berpendapat bahwa dalam diri saya
terutama dapat ditemukan tiga ide bawaan (innate Ideas). Ketiga ide sudah ada
pada diri saya sejak saya lahir, yaitu pemikiran, Allah, dan keluasan .
a. Pemikiran ;
sebab saya memahami diri saya sebagai makhluk yang berpikir, harus diterima
juga bahwa pemikiran merupakan hakikat saya.
b.
Allah sebagai wujud yang
sama sekali sempurna.
c.
Keluasan; saya mengerti
materi sebagai keluasan atau eksistensi (extention), sebagaimana hal itu
dilukiskan dan dipelajari oleh ahli-ahli ilmu ukur.
SUBSTANSI
Descartes
menyimpulkan bahwa selain dari Allah ada dua substansi. Pertama, jiwa yang
hakikatnya adalah pemikiran. Kedua, materi yang hakikatnya adalah keluasan.
Tetapi, karena Descartes telah menyangsikan adanya dunia di luar saya, sekarang
ia mengalami banyak kesulitan untuk
membuktikan adanya.
MANUSIA
Descartes
memandang manusia sebagai makhluk dualitas. Manusia terdiri dari dua
substansi : jiwa dan tubuh. Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah
keluasan. Sebenarnya tubuh tidak lain daripada mesin yang dijalankan oleh jiwa.
Karena setiap substansi yang satu sama sekali terpisah dari substansi yang
lain, maka kiranya sudah nyata bahwa Descartes menganut suatu dualisme tentang
manusia.
Pengaruh dan Kritik atas Descartes
Pengaruh
Descartes terlalu sulit untuk ditelusuri seluk beluknya, oleh karena hampir
seluruh aliran filsafat sesudahnya mempunyai impact, setidak-tidaknya
mempunyai akar kesejarahan dari pemikirannya. Problem-problem kefilsafatanlah
yang menjadi dasar inspirasi atau bahkan dasar pemikiran bagi timbulnya
pemikiran-pemikiran baru yang datang kemudian. Problem pemisahan antara pikiran
dengan zat, antara jiwa dengan badan, antara ruhani dan jasmani yang dirintis
Descartes, menurut harold Titus, terdapat dalam sepanjang sejarah kefilsafatan.
Fenomena Jerman, spiritualisme, positivisme, bergsonisme dan bentuk-bentuk
Katolikisme adalah cabang-cabang dari Cartianisme. Sedangkan aliran-aliran
lain, baik yang datang untuk menyanggah maupun yang tampil untuk mendukungnya,
-sadar atau tidak – memperoleh inspirasi dari problem-problem yang
dipermasalahkan oleh Descartes, khususnya mengenai dualisme jiwa badan, masalah
rasio sebagai dasar keyakinan dan kebenaran, serta masalah berada (exist).
Masalah
exist ini dianggap sebagai ciri khas dan salah satu tema sentral dari filsafat
modern, yang membedakannya dengan filsafat Timur-khususnya Islam-yang bersifat
teosentrik dan prophenik.
Rasionalisme Pasca Descartes
·
NICOLAS MALERBRANCHE (1838-1775)
Orang Prancis ini berusaha mendamaikan filsafat baru yang dirintis
Descartes dengan tradisi pemikiran Kristiani, khususnya pemikiran Augustinud.
Dalam masalah substansi ia mengikuti ajaran Descartes, bahwa ada dua sebstansi,
pemikiran dan keluasan. Akan tetapi, untuk masalah hubungan dengan jiwa, ia
mengikuti pemecahannya sendiri. Pendiriannya dalam bidang ini biasanya disebut
okkasionalisme (occasio=kesempatan).
·
DE SPINOZA (1632-1677 M)
De Spinoza lahir di Amsterdam. Menurut Spinoza, hanya ada satu substansi,
yaitu Allah. Dan satu substansi ini meliputi baik dunia maupun manusia. Itulah
sebabnya pendirian Spinoza disebut panteisme, Allah disamakan dengan segala
sesuatu yang ada.
Spinoza beranggapan bahwa satu substansi itu mempunyai ciri-ciri yang tak
terhingga jumlahnya.
·
GOTTFRIED WILHELM LEIBNIZ (1646-1716 M)
Orang Jerman ini menuliskan karya-karyanya dalam bahasa latin dan Prancis,
seorang ensiklopedis (orang yang mengetahui segala lapangan pengetahuan pada
masanya). Menurutnya, substansi itu jumlahnya tiada terhingga yang kemudian ia
namakan sebagai monade.
·
CHRITIAN WOLFF (1679-1754 M)
Karena Leibniz tidak menciptakan sistem filosofis, maka Wolff menyadur
filsafat Leibniz serta menyusunnya menjadi satu sistem. Dalam penyusunan itu
banyak menggunakan unsur skolastik. Karena Wolff inilah rasionalisme di jerman
pada masanya merajalela di semua universitas.
·
BLAISE PASCAL (1623-1662 M)
Filsuf ini dalam sejarah pemikiran Prancis abad ke-17 mempunyai tempat
tersendiri. Sekalipun ia sepakat dengan Descartes dalam mementingkan ilmu
pasti, namun ia tidak setuju dengan Descartes dalam menerima ilmu pasti
tersebut sebagai model atau contoh yang teristimewa untuk metode filsafat.
9. EMPIRISME
Istilah ini berasal dari kata Yunani, emperia, dinisbatkan kepada
paham yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan yang dimaksudkan
dengannya ialah baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun
pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia saja.
Thomas Hobbes
(1588-1679)
Tokoh ini dikeluarkan sebelum waktunya ketika ibunya tercekam rasa takut
oleh ancaman penyerbuan armada Spanyol ke Inggris. Ia belajar di Universitas
Oxford, kemudian menjadi pengajar pada suatu keluarga yang terpandang. Hubungan
dengan keluarga tersebut memberi kesempatan kepadanya untuk membaca buku-buku,
bepergian ke negeri asing dan berjumpa dengan tokoh-tokoh penting.
Hobbes menolak tradisi skolastik dalam filsafat dan berusaha menerapkan
konsep-konsep mekanik dari alam fisika kepada pemikirannya tentang manusia dan
kehidupan mental. Hobbes juga tidak menyetujui pandangan Descartes tentang jiwa
sebagai substansi ruhani.
FILSAFAT MATERIALISME
Materialisme
yang dianut Hobbes dapat dijelaskan sebagai berikut : segala sesuatu
yang ada bersifat bendawi. Yang dimaksud bendawi adalah segala sesuatu
tidak bergantung kepada gagasan kita. Doktrin atau ajarannya menyatakan bahwa
segala kejadian adalah gerak, yang berlangsung karenaa keharusan. Realitas
segala yang bersifat bendawi, yaitu yang tidak bergantung kepada gagasan kita,
terhisap di dalam gerak itu.
1.
Manusia
Manusia tidak lebih daripada suatu bagian alam
bendawi yang mengelilinginya. Oleh Karena itu, maka segala sesuatu yang terjadi
pada diri manusia pun dapat diterangkan seperti cara-cara yang terjadi pada
kejadian-kejadian alamiah, yaitu secara mekanis.
2.
Jiwa
Ajaran Hobbes tentang jiwa itu pun sejalan dengan ajaran
filsafat dasar, sehingga jiwa baginya merupakan kompleks dari proses-proses
mekanis di dalam tubuh. Akal bukanlah pembawaan, melainkan hasil perkembangan
karena kerajaan. Ikhtiar adalah suatu awal gerak yang kecil. Awal gerak nan
kecil ini kalau diarahkan untuk menuju kepada sesuatu disebut dengan keinginan
yang sama dengan kasih, jika diarahkan untuk meninggalkan sesuatu disebut
keengganan atau keseganan yang sama dengan itu.
TEORI PENGENALAN
Sebagai
penganut empirisme, pengenalan atau pengalaman sebagai Hobbes diperoleh karena
pengalaman. Pengalaman adalah awal dari segala pengetahuan, juga awal
pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh pengalaman.
Segala ilmu pengetahuan diturunkn dari pengalaman. Dengan demikian, hanya
pengalamanlah yang memberi jaminan kepastian.
Berbeda
dengan kaum rasionalis, Hobbes memandang bahwa pengenalan dengan akal hanyalah
mempunyai fungsi mekanis semata-mata. Karena pengalaman dengan akal mewujudkan
suatu proses penjumlahan dan pengurangan. Yang dimaksud dengan pengalaman ialah
keseluruhan atau totalitas pengamatan yang disimpan di dalam ingatan atau
digabungkan dengan suatu pengharapan akan masa depan. Sesuai dengan apa yang
telah diamati pada masa lalu.
1. John Locke
(1632-1704)
Locke
termasuk orang yang mengagumi Descartes, tetapi ia tidak menyetujui ajarannya. Bagi
Locke, mula-mula rasio manusia harus dianggap sebagai “lembaran kertas putih” (as
a white paper) dan seluruh isinya berasal dari pengalaman. Pengalaman ada dua : pengalaman lahiriah
(sensation) dan pengalaman batiniah (reflection). Kedua sumber pengalaman ini
menghasilkan ide-ide tunggal (simple ideas). Ruh manusia bersifat sama sekali
pasif dalam menerima ide-ide tersebut.
2. George Berkeley
(1665-1753)
Berkeley yang lahir di Irlandia ini
menjadi Uskup Anglikan di Cloyne (Irlandia). Sebagai penganut empirisme,
Berkeley mencanangkan teori yang dinamakan immaterilisme atas dasar prinsip-prinsip
empirisme.
3. David Hume
(1711-1776)
Menurut para penulis sejarah
filsafat, empirisme berpuncak pada David Hume ini, sebab ini menggunakan
pinsip-prinsip empirisme dengan cara yang paling radikal. Terutama pengertian
substansi dan kausalitas (hubungan sebab-akibat) menjadi objek kritiknya. Ia
tidak menerima substansi, sebab yang dialami ialah kesan-kesan saja tentang
beberapa ciri yang selalu terdapat bersama-samaa (misalnya, putih, licin, erat,
dan sebagainya).
8. KRITISISME
IMMANUEL KANT (1724-1804)
Abad ke-18 di Jerman biasa disebut Aufklarung
atau zaman pencerahan yang di Inggris dikenal dengan Enlightenment. Pemberian nama ini dikarenakan pada zaman
itu manusia mencari cahaya baru dalam rasionya.
Di inggris pada zaman itu muncul deisme, yaitu suatu pendirian
pemikir-pemikir yang sungguh pun menerima adanya Allah, akan tetapi beranggapan
bahwa Allah tidak menghiraukan penyelenggarakan dunia. Tokoh zaman pencerahan
di sini antara lain Hume yang telah disinggung di atas.
Di Prancis muncul para ensiklopedis, materialis serta tokoh-tokoh seperti,
Voltaire (1641-1778), Charles De Montesque (1689-1775) dan Jean Jaqcues
Rousseau (1712-1778) yang amat terkenal dengan teori sosialnya (buku-bukunya
tahun 1762).
Kristisisme dan ciri-cirinya
Filsafat yang dikenal dengan kritisisme adalah filsafat yang diintrodusir
oleh Immanuel Kant. Filsafat ini memulai pelajarannya dengan pengetahuan
manusia.
Ciri-ciri kritisisme dapat disimpulkan dalam tiga hal :
1. Menganggap bahwa
objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada subjek.
2. Menegaskan
keterbatasan kemampuan rasio manusia untk mengetahui realitas atau hakikat
sesuatu ; rasio hanyalah mampu menjangkau gejalanya atau fenomenanya
saja ;
3. Menjealaskan bahwa
pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara peranan
unsur Anaximenes priori yang berasal dari rasio serta berupa ruang dan waktu
dan peranan unsur aposteriori yang berasal dari pengalaman yang berupa materi.
Riwayat
Hidup
Immanuel Kant lahir di Konigserg, Prusia
Timur, Jerman. Pikiran-pikiran dan tulisan-tulisannya yang sangat penting dan
membawa revolusi yang jauh jangkauannya dalam filsafat modern. Ia terpengaruh
oleh lahiran Piettisme dari ibunya, tetapi ia hidup dalam zaman Scepticism serta
membaca karangan-karangan Voltaire dan Hume.
Kehidupannya sebagai filsuf dibagi dalam
dua periode: zaman pra-kritis dan zaman kritis. Pada zaman pra kritis ia
menganut pendirian rasionalis yang dilancarkan oleh Wolff dan kawan-kawan.
Tujuan filsafat Kant
Melalui filsafatnya Kant bermaksud
memugar sifat objektifitas dunia ilmu pengetahuan. Agar supaya maksud itu
terlaksana, orang harus mengindarjan diri dari sifat sepihak rasionalisme dan
sifat sepihak empirisme. Rasionalisme
mengira telah menemukan kunci bagi pembukaan realitas pada diri subjeknya,
lepas dari pengalaman. Adapun empirisme mengira telah memperoleh pengetahuan
dari pengalaman saja.
Menurut Hume, ada jurang yang lebar antara kebenaran-kebenaran rasio murni
dengan realitas dalam dirinya sendiri. Menurut Kant, syarat dasar bagi segala
ilmu pengetahuan adalah :
a. Bersifat umum dan
mutlak
b. Memberi pengetahuan
yang baru.
Kritik
atas Rasio Murni
Kritisisme Kant dapat dianggap sebagai suatu usaha raksasa untuk
mendamaikan rasionalisme dengan empirisme. Rasionalisme mementingkan insur a
priori dalam pengenalan, berarti unsur-unsur yang terlepas dari segala
pengalaman (seperti misalnya ‘’ide-ide bawaan’’ ala Descates). Empirisme
menekankan unsur-unsur aposteriori, berarti unsur-unsur yang berasal dari
pengalaman (seperti Locke yang menganggap rasio sebagai « lembaran
putih »-as a white paper-). Menurut Kant kedua-duanya berat sebelah.
Pada Taraf Indera
Di atas sudah dikatakan bahwa pengenalan merupakan sintesa antara unsur
apriori dengan unser aposteriori. Unsur apriori memainkan peranan
bentuk, dan unsur aposteriori memainkan peranan materi. Menurut Kant unsure
apriori itu sudah terdapat pada indera. Ia berpendapat bahwa pengetahuan
inderawi selalu ada dua bentuk aprioro yaitu ruang dan waktu.
Pada Taraf Akal Budi
Kant membedakan akal budi Vesrtand
dengan Vernunft. Tugas akal budi ialah menciptakan orde antara data-data
inderawi. Dengan kata lain, akal budi menciptakan putusan-putusan . pengenalan
akal budi juga merupakan sintesa antara bentuk dengan materi.
Menurut Kant ada 12 katagori, tetepi
yang terpenting dapat disebut di sini hanya dua katagori saja, yaitu substansi
dan kausalitas.
Pada taraf rasio
Tugas Rasio ialah menarik kesimpulan
dari keputusan-keputusan. Dengan kata lain, rasio mengadakan
argumentasi-argumentasi. Seperti akal budi menggabungkan data-data inderawi
dengan mengadakan putusan-putusan, demikian rasio menggabungkan
putusan-putusan. Kant memperlihatkan bahwa rasio membentuk
argumentasi-argumentasi itu dengan dipimpin oleh tiga ide: jiwa, dunia dan
Allah.
Kritik atas rasio Praktis
Rasio dapat menjalankan ilmu
pengetahuan, sehingga rasio disebut rasio teoritis atau menurut istilah Kant
sendiri rasio murni. Akan tetapi, disamping rasio murni terdapat apa yang
disebut rasio praktis, yaitu rasio yang mengatakan apa yang harus kita lakukan;
atau dengan kata lain, rasio yang member perintah kepada kehendak kita.
Kanta menyebutkan ketiga postulat drai rasio praktis. Ketiga postulat
dimaksud itu ialah :
1. Kebebasan kehendak
2. Immoralitas jiwa, dan
3. Adanya Allah.
Jadi apa yang tidak dapat ditemui atas dasar rasio teoritis haruas
diandaikan atas dasar rasio praktis. Tetapi tentang kebebasan kehendak,
immoralitas jiwa dan adanya Allah kita semua tidak mempunyai pengetahuan
teoritis.
Kritik atas daya Pertimbangan
Pada bagian ini kita bisa menganalisis « kritik ketiga » dari
Kant. Dalam kesempatan ini kiranya cukuplah disebutkan problem-problem
yang dibentangkan dalam keryanya, Critique of Judgment. Sebagai
konsekuensi dari “kritik atas rasio umum” dan “kritik atas rasio praktis”
adalah munculnya dua lapangan tersendiri, yaitu: lapangan keperluan mutlak di
bidang alam dan lapangan kebebasan di bidang laku manusia.
9.
IDEALISME
Kata idealisme dalam filsafat mempunyai arti yang
sangat berbeda dari arti yang biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari. Kata
idealis itu dapat mengandung bebarapa pemgertian, antara lain:
v
Seorang yang menerima
ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya.
v
Orang yang dapat melukiskan
dan menganjurkan sesuatu rencana atau program yang belum ada.
Tiap pemburu sosial adalah seorang
idealis dalam arti kedunia ini, karena ia menyokong sesuatu yang belum ada.
Mereka yang berusaha mencapai perdamaian abadi atau memutuskan kemiskinan pun
dapat dinamakan idealis dalam arti ini. Kata idealis dalam bahasa sehari-hari
dapat dipakai sebagai pujian atau olok-olok.
Definisi
idealisme
arti filsafi dari kata idealism
ditentukan lebih banyak oleh arti dari kata ide daripada kata ideal.
W.E.Hocking, seorang idealis mengatakan bahwa kata idea-ism lebih tepat digunakan
daripada idealism. Secara ringkas idealism mengatakan bahwa realitas terdiri
dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda
material dan kekuatan. Idealism menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu
(primer) daripada materi.
Jenis-jenis
Idealisme
Sejarah idealism cukup berliku-liku
dan meluas karena mencakup berbagai teori yang berlainan walupun berkaitan.
1.
Idealisme Subjektif
– immaterialisme
Idealime jenis ini kadang-kadang
dinamakan mentalisme atau fenomenalisme. Seorang idealis
subjektif akan mengatakan bahwa akal, jiwa dan persepsi-persepsinya atau
ide-idenya merupakan segala yang ada, tetapi hanya ada dalam akal yang
mempersepsikannya. Idealisme subjektif diawali oleh Berkeley yang lebih suka
menamai filsafatnya dengan nama immaterialisme.
2. Idealisme objektif
Filsuf idealis yang
pertama kali dikenal adalah Plato ia membagi duni dalam dua bagian. 1. Dunia persepsi, dunia penglihatan,
suara dan benda-benda individual. 2. Terdapat alam di atas alam benda, yaitu alam
konsep, idea, universal, atau esensi yang abadi.
3. Personalisme atau
idealisme personal
Personalisme muncul sebagai protes
terhadap materialisme mekanik dan idealisme monistik. Bagi seorang personalis,
realitas dasar itu bukanlah pemikiran yang abstrak atau proses pemikiran yang
khusus, akan tetapi seseorang, suatu jiwa atau seseorang pemikir.
Idealisme
Hegel (1770-1831)
·
Riwayat Hidup dan
Karyanya
Hegel yang nama lengkapnya George
Wilhelm Friedrich Hegel lahir di Stuttagart, jerman pada tanggal 17 Agustus
1770. Ayahnya seorang pegawai rendah bernama George Ludwig hegel dan Ibunya
yang tidak terkenal itu bernama Maria Magdalena. Pada usia 7 tahun ia memasuki
sekolah latin, kemudian gymnasium. Pada usia 18 tahun sekolah tinggi Teologi
tutor, selian mengajar di Yena. Pada usia 41 tahun dia menikah denganMarie von
tucher.
·
Karya-karya Hegel
Karya-karya Hegel yang dapat disebutkan disini,
antara lain:
1. Journal ful Philosophie (journal of Philosophy), disusun
bersama Scheilling.
2. Phanomenologie ders geister (The Phenomology of the
Spirit)
3. Logic (the Science of Logic)
4. Encyclopadie (encyclopadie of the Philosophical Sciences)
5. Philosophie des Recht
(the Philosophy of Right).
·
Pokok-pokok pikiran
(filsafat) Hegel
Tema filsafat hegel adalah Ide mutlak.
1.
Rasio, ide, dan ruh
2.
Dialektika
·
Sejarah
Keberhasilan Hegel amat menonjol dalam
menerapkan metode dialektisnya dalam sejarah. Sebagaimana telah dikatakan tadi,
bahwa realitas seluruhnya sebagai proses yaitu sadarnya ruh absolute. Dengan
munculya manusia, ruh sudah menjadi sadar akan dirinya sendiri. Proses
penyadaran ini berlangsung terus dalam sejarah, hingga akhirnya mencapai titik
penghabisan.
10. POSITIVISME
1.
Pengertian positivisme
Positivisme berasal dari kata “ positif”. Kata positif dsini sama artinya
dengan faktual, yaitu apa yang berdasarkan fakta-fakta. Pengetahuan kita tidak
pernah boleh melebihi fakta-fakta.
2. Tiga zaman
perkembangan pemikiran manusia
Titik tolak ajaran Comte yang terkenal adalah tanggapannya atas
perkembangan manusia, baik perorangan maupun umat manusia secara keseluruhan,
melalui tiga zaman.
1) Zaman teologis
2) Zaman Metafisis
3) Zaman positif
3. Susunan ilmu
pengetahuan
Ilmu pengetahuan tidak semuanya mencapai kematangan yang sama pada saat
yang bersamaan.
Altruisme
Merupakan
ajaran Comte yang merupakan kelanjutan dari ajarannya tentang tiga zaman.
Altruisme diartikan sebagai menyerahkan diri kepada keseluruhan masyarakat.
11. EVOLUSIONISME
(TEORI EVOLUSI)
1. Pengertian
Evolusionisme atau teori evolusi adalah suatu interpretasi tentang
bagaimana proses perkembangan segala bentuk kehidupan, baik evolusi dalam arti
biologi maupun evolusi dalam arti evolusi organik.
2. Charles R. Darwin
(1809-1882)
Darwin adalah seorang ahli pengetahuan alam (naturalisme) berkebangsaan
Inggris. Teorinya tentang evolusi organik melewati seleksi alamiah telah
menyebabkan perubahan besar dalam sains biologi, filsafat dan pemikiran
keagamaannya.
3. Kesalahtafsiran
tentang manusia
Untuk memahami evolusi, kita harus menjauhkan diri dari kesalahan-kesalahan
dalam menafsirkan tentang manusia yang sering terjadi.
1.
Teori evolusi tidak berarti atau mengandung arti
bahwa semua bentuk yang hidup cenderung mengarah kepada manusia atau bahwa
jenis yang ada itu tentu akan menjadi jenis lain.
2.
Evolusi tidak sama dengan Darwinisme
3.
Teori evolusi bukanlah keterangan tentang watak
dan asal dari kehidupan itu sendiri.
4.
Teori evolusi tidak seharusnya mengingkari agama
atau kepercayaan kepada Tuhan.
12. MATERIALISME
·
Naturalisme
Adalah
teori yang menerima natura sebagai keseluruhan realitas. Istilah natura telah
dipakai dalam filsafat dengan macam-macam arti. Dari dunia fisika yang dapat
dilihat oleh manusia, sampai kepada system total dari fenomena-fenomena ruang
dan waktu.
·
Materialisme
Adalah
teori yang mengatakan bahwa atom materi yang berada sendiri dan bergerak
merupakan unsur-unsur yang membentuk alam dan bahwa akal dan kesadaran.
·
Materialisme mekanik
Adalah
teori yang mengatakan bahwa semua bentuk dapat diterangkan menurut hukum yang
mengtur materi dan gerak.
13. PRAGMATISME
Adalah
suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar apa yang membuktikan dirinya
sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara
praktis.
a.
William James (1842-1910)
b.
John dewey (1859-1952)
14. FILSAFAT HIDUP HENRI BERGSON
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad kedua puluh berkembang dengan cepat
serta membawa pada akibat pada perkembangan industrialisasi yang begitu cepat
pula.
Bebrapa
buah pikiran Bergson yang akan kita singgung dalam kesempatan ini adalah
tentang hidup, naluri, akal, intuisi, manusia, dan agama.
15. FENOMENOLOGI
Kata
fenomonologi berasal dari kata Yunani, Phenomenon, yaitu sesuatu yang tampak
yang terlihat karena bercakupan. Jadi fenomenologi adalah suatu aliran yang
membicarakan fenomena atau segala sesuatu yang menampakkan diri.
Tokoh
fenomenologi adalah Edmund Husserl (1859-1938)
Ada tiga reduksi yanga ditempuh untuk mencapai
realitas fenomena dalam pendekatan fenomenologi, yaitu :
1.
Reduksi fenomenologis
2.
Reduksi eidetis
3.
Reduksi fenomenologi
transedental
16. SEKULARISME
Adalah
suatu proses pembebasan manusia dalam berpikirnya dan dalam berbagaI aspek
kebudayaan dari segala yang bersifat keagamaan dan metafisika sehingga bersifat
duniawi belaka. Pendiri sekularisme adalah George Jacob Holyoake (1817-1906).
Prinsipnya ialah mencari kemajuan manusia dengan alat materi semata-mata. Etika
dasarnya adalah kebenaran ilmiah, kebenaran bersifat sekuler, tanpa ada kaitan
dengan agama dan metafisika.
Agama dalam paham sekularisme adalah suatu
yang berdiri sendiri. Cirinya toleransi .
17. FILSAFAT ISLAM
1.
Filsafat ketuhanan
2.
Filsafat Jawa
3.
Golongan manusi
0 komentar:
Posting Komentar