Sejarah
Pendidikan Umum
(Pendidikan di Indonesia Sebelum Zaman Kemerdekaan)
(Pendidikan pada Zaman Purba & Pendidikan pada Zaman Hindu-Budha)
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT,
Salawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah saw. Berkat limpahan dan
Rahmat-Nya kami dari kelompok 1 mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Umum. Sejarah merupakan cabang
ilmu yang meneliti dan menyelidiki masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau,
beserta segala kejadian-kejadiannya.
Dalam penyusunan tugas atau makalah
ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan,
dan bimbingan orang tua maupun teman-teman, sehingga kendala-kendala yang kami
hadapi teratasi. Makalah ini disusun agar pembaca dapat mampu memperluas
pengetahuan mengenai pendidikan di Indonesia sebelum zaman kemerdekaan, makalah
yang kami sajikan berdasarkan dari buku referensi. Semoga makalah ini dapat
memberikan pengetahuan yang baru kepada pembaca.
Bandung, 21 Februari 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Proses pendidikan sebenarnya telah
berlangsung sepanjang sejarah manusia dan berkembang sejalan dengan
perkembangan sosial dan budaya manusia itu sendiri di atas permukaan bumi.
Penciptaan manusia sebagai subjek
sejarah dengan tugas sebagai khalifah untuk menciptakan sejarah di bumi
dinyatakan Allah “inna jaa’ilun fil ardhi khalifah” (Qs. 2:30). Kemudian
proses pendidikan dimulai oleh Allah kepada Adam dengan mengajarkan nama-nama
benda (QS.2:31) dan Adam mengajarkannya pula kepada para malaikat (Qs.2:33).
Sistem
pendidikan yang kita kenal sekarang adalah hasil perkembanagan pendidikan yang
tumbuh dalam sejarah pengalaman bangsa kita.Untuk itu alangkah baiknya kita
terlebih dahulu mengetahui pendidikan di Indonesia sebelum zaman kemerdekaan.
1.2 Rumusan
Masalah
·
Bagaimana pendidikan di Indonesia
pada zaman Purba ?
·
Bagaimana pendidikan di Indonesia
pada zaman Hindu-Budha ?
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan agar
para pembaca dapat mengetahui sejarah pendidikan pada zaman sebelum
kemerdekaan.Selain itu juga makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas.
BAB II
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN DI INDONESIA SEBELUM
ZAMAN KEMERDEKAAN
1.Sejarah Pendidikan di zaman Purba
A
.Manusia Purba dan Kebudayaan di Indonesia
Pada zaman ini kebudayaan yang
berkembang pada penduduk asli disebut kebudayaan paleolitis (kebudayaan lama atau
tua), seperti yang dapat dijumpai pada suku Kubu, Wedda, dan Negrito. Ciri-ciri
kebudayaannya adalah tergolong kebudayaan maritim. tata masyarakatnya bersifat
egalite, tidak stratifikasi sosial yang tegas, mereka hidup bergotong royong.
Menurut penelitian para ahli pra-sejarah di
Indonesia:(1) Von Kunings Wald ;(2)
Dubris;(3) Von Stein Calen Fels, bahwa manusia pra-sejarah terdiri atas:
1)
Meganthropus:pemakan
tumbuh-tumbuhan
2)
Pithecan thropus:pemakan segala,
tidak mengenal memasak makanan hidup berkelompok
3)
Homo Sapiens: sudah berbudaya dapat
memasak dan membuat alat
Homo Sapiens dalam perkembangannya
menjadi tiga ras pokok manusia yaitu
1.
Mongoloid : dengan cirri kulit
kuning, mata sipit, rambut lurus:
2.
Kaukasoid : dengan cirri kulit
putih, mata biru, hidung mancung, rambut pirang;
3.
Negroid : dengan cirri kulit hitam,
rambut keriting, hidung pesek, bibir tebal;
Di zaman pra-sejatrah, para ahli
membagi budaya manusia menjadi :
1.
Palaelitikum (zaman batu tua)
2.
Mesolitikum (zaman batu madia)
3.
Neolitikum (zaman batu halus)
4.
Zaman perunggu
5.
Megalitikum (zaman batu besar)
6.
Zaman besi
B. Asal Mula
Bangsa Indonesia
Pada 2000 sebelum Masehi manusia
Purba jenis ras Negroid mulai mendiami Indonesia dari Melanesoid, sisia-sisa
keturunannya antara laih orang Papua Melanesoid di Irian dengan kebudayaan
mesoliticum.
Sekitar 1500 SM, ke Indonesia
berdatangan bangsa Melayu Austronesia, ras Mongoloid yang berasal dai yunani,
mereka telah mengembangkan budaya Neoliticum dengan sebutan Proto Melayu.
Silsila keturunanya sampai sekarang masih ditemukan di daerah pedaleman (Kubu,
Toraja, Sasak Dayak Dll).
Pada +300 SM, kembali terjadi
gelombang perpindahan bangsa-bangsa ke Indonesia yang di sebut Denro Melayu,
mereka membawa kebudayaan Neoliticum dan perunggu yang kemudian berkembang
menjadi kebudayaan Megaliticum (kebudayaan batu besar).
Menurut
penelitian Dr. Brandes, manusia Purba di Indonesian telah memiliki kebudayaan
Indonesia asli yang terdiri atas 10 unsur pokok, yaitu:
a.
Bercocok tanam padi (bersawah)
b.
Mengenal prinsip dasar pertunjukan
wayang sebagai bayangan roh nenek moyang
c.
Mengenal seni gamelan (dari
perunggu)
d.
Pandai membatik (melukis hias)
e.
Telah membuat benda/ alat dari
logam (perunggu)
f.
Pola susunan masyarakatnya macapat
(segi empat)
g.
Telah mengenal alat tukar
perdagangan
h.
Pelaut ulung (ahli pelayaran)
i.
Telah mengenel penghitungan
astronomi
j.
Susunan masyarakat teratur
C. Kepercayaan
Masyarakat
Kepercayaan
masyaakat ketika itu yang lebih dominan adalah animisme dan Ginamisme.
Animisme, ialah kepercayaan akan sakti roh nenek moyang. Pemujaan terhadap roh
ini karena mereka beranggapan bahwa nenek moyanglah yang mewariskan dan
melindungi adat. Dinamisme, merupakan kepercayaan akan adanya mana atau tenaga-tenaga
gaib pada manusia, binatang,tumbuh-tumbuhan,benda-benda dan sebagainya. Keadaan
masyarakat bersifat gotong royong, sedangkan kebudayaannya lebih bercorak
maritim.
Pada
waktu itu pendidikan dalam keluarga sudah dianggap cukup,karena masyarakat masih
serba sederhana. Manusia yang dianggap istimewa ketika itu adalah empu, yang
dapat bertindak sebagai guru selain orang tua. Tujuan pendidikan ketika itu
lebih ditekankan agar anak dapat mematuhi adat dan mempunyai kecakapan istimewa
manusia yang dicita-citakan ialah manusia yang mempunyai semangat gotong royong
menghormati empu dan taat pada adat.
D. Keadaan Pendidikannya
Pada zaman ini, pendidikan bertujuan
agar generasi muda dapat mencari nafkah, membela diri dan hidup bermasyarakat,
yaitu mempunyai semangat gotong-royong, menghormati para empu, dan taat
terhadap adat. Kurikulum pendidikannya meliputi pengetahuan, sikap dan
keterampilan mengenai keagamaan melalui upacara-upacara keagamaan dalam rangka
menyembah nenek moyang.
Pada waktu itu pendidikan dalam keluarga sudah dianggap cukup, karena
masyarakat masih serba sederhana. Manusia yang dianggap istimewa
ketika itu adalah empu, yang dapat bertindak sebagai guru selain orang tua.
Tujuan pendidikan ketika itu lebih ditekankan agar anak dapat mematuhi adat dan
mempunyai kecakapan istimewa. Manusia yang dicita-citakan ialah manusia yang
mempunyai semangat gotong royong, menghormati empu dan taat pada adat.
Dengan
telah adanya pembagian tugas secara seksual (perbedaan tugas antara pria dan
wanita), maka ayah mengajarkan pengetahuannya kepada anak lelaki, dan ibu
mengajarkannya pengetahuannya kepada anak wanita. Tujuan pendidikannya ialah :
1.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari.
2.
Untuk memelihara semangat gotong
royong.
3.
Taat kepada adat.
4.
Pewarisan pengetahuan orang tua
kepada anak-anaknya sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing.
Adapun hasil dari pendidikan
semacam itu berupa manusia yang sanggup mengatasi kesulitan hidup sehari-hari,
dan menjadi anggota masyarakat yang berfaedah bagi lingkungan.
2. Zaman Hindu-Budha
Karena lancarnya arus hubungan perdagangan dengan luar negeri, maka
Indonesia menerima pengaruh India yaitu agama Hindu dan Budha. Hasil kulturasi
kebudayaan India dan masyarakat lokal ketika transaksi perdagangan dari mulai
bahasa, tulisan, agama berpengaruh pada sistem pendidikan yang bersifat
aristokratis artinya masih terbatas hanya untuk minoritas yaitu anak-anak kasta
brahmana (pendeta) dan ksatria (tentara perang), belum menjangkau masyarakat
mayoritas yaitu anak-anak waisya (pedagang, penguasa) dan Syudra
(buruh,petani).
Pada zaman pengaruh Hindu yang menjadi guru adalah kaum Brahmana, kemudian lama kelamaan para
empu di Indonesia menjadi guru sebagai pengganti kedudukan Brahmana. Pada saat
itu terdapat dua macam tingkatan guru, yaitu guru Kraton yang mengajar anak
raja dan kaum bangsawan, dan guru pertapa yang mengajar manusia biasa. Sistem
pendidikannya adalah sistem guru kula seperti India, dimana murid serumah
dengan guru.
a)
Sekilas
Tentang Agama Hindu
Kitab suci
·
Reg Wedha. Berisi nyanyian-nyanyian
suci untuk memuja Dewa-dewa.
·
Yaj Wedha. Berisi aturan upaca
korban bagi dewa-dewa.
·
Sama wedha. Berisi nyanyian pendeta
pada upacara dewa dan korban.
·
Atharwa Wedha. Berisi
mantera-mantera, kekuatan gaib yang baik dan jahat.
·
Kitab lainnya seperti: Purana, Bhagawat-Gita-Ramayana.
Isi Ajarannya:
·
Percaya akan adanya banyak dewa
(Polytheis) +32 dewadengan dewa pokok: Dewa Brahmana.
Dewa-dewa tersebut antara lain:
Dewa Waruna (Laut), Dewa Indra (perang), Dewa Yama (maut), Dewa Bayu (angina),
Dewa agni (api),Dewa Wisnu (pemelihara alam).
·
Kepercayaan Hindu berpendapat bahwa
alam diciptakan oleh Dewa Brahma berkali-kali oleh Syiwa Mahakala.
·
Agama Hindu percaya akan adanya
akhirat, manusia hidup dalam samsara dan selalu mengalami Reinkarnasi (lahir
kembali) berkali-kali sesuai dengan amal perbuatannya manusia yang dapat
melepaskan diri dara samsara. Mengarah pada derajat rohani yang tertinggi
dimana manusia akan mengalami hidup bahagia, abadi sebagai Dewa-dewa di
Nirwana. Oleh karena itu orang yang mati rohnya mengembara di alam lain dan roh
tersebut harus diberi maknan dan kue-kue. Fungsi sajian/korban bagi roh adalah
mengantarkan roh tersebut denga nenek moyang yang terdahulu.
Roh yang masih berkeliaran sering
mendatangkan gangguan pada keluarganya. Mayat/jenazah orang Hindu harus
disucikan dengan dibakar, karena dianggap najis dan kotor.
Oleh karena itu Dewa Agni dianggap
penolong roh yang sudah meninggal, karena tanpa dibakar roh tidak akan
mengalami kebebasan dari alam materi yang berarti penderitaan hidup.
·
Manusia dibagi atas 4 kasta: Brahma
(golongan pendeta), Ksyatria (golongan raja), Weisya, sudra, keempat kasta
tersebut sekarang ini terdapat pada agama Hindu Dharma di Bali.
Pemuja dewa-dewa terpusat pada:
Triskti atau Trimurti yaitu: Brahma, Wisnu, dan
Syiwa – dan pusat pemujaan adalah syiwa. Syiwa amat ditakuti karena
apabila marah dapat menghancurkan alam dan kehidupan manusia. Kepercayaan
keimanan Hindu Dharma disebut Panca Sradha yaitu:
·
Percaya adanya Sang Hyang Widi;
·
Percaya adanya Atma (roh nenek moyang);
·
Percaya addanya Hukum karma Phala
(sebab,akibat);
·
Percaya adanya samsara (menjelma
berkali-kali)
·
Percaya adanya Moksha (lepas dari
samsara)
b)
Sekilas
tentang Agama Budha
Kitab suci :
Tripittaka
Isi ajarannya:
1)
Kesaksian keimanan ( Tri Ratna )
yaitu :
·
Saya berlindung pada Sang Budha;
·
Saya berlindung pada Dharma (hukum
agama)
·
Saya berlindung pada Sangha (orde
pendeta)
2)
Ajaran kelepasann (Arya Satiyama)
yang berarti kebenaran utama ialah:
·
Hidup itu penderitaan;
·
Hidup tidak lepas dari Samsara;
·
Penderitaan samsara dapat lepas
dengan memadamkan nafsu;
·
Memadamkan nafsu keinginan. Dengan
arya satiyami, agama Budha mendidik manusia untuk berhati-hati dan bersu
gguh-sungguh menjalankan kewjibannya, menghindari hal-hal yang dapat
mencelakakan manusia yaitu; Karma (nafsu Cinta), Dwesa (benci pada orang lain),
Moha (mabuk).
Ketiga anasir
yang mencelakakan tersebut harus diberantas dengan ASTAVIDHA (delapan jalur
kebenaran) yaitu;
·
Mengikuti pelajaran yang benar;
·
Menjalankan niat (keinginan) yang
baik;
·
Mengucapkan kata yang baik dan
tetap;
·
Menjalankan usaha yang baik dan
tetap;
·
Melakukan pekerjaan yang baik;
·
Memusatkan perhatian;
·
Mencari nafkah yang baik;
·
Semedi (tafakkur) yang baik.
3)
Menegakkan Dharma (hukum) pengikut
Budha harus menjauhi larangan-larangan (5 untuk orang biasa, 5 lagi (10) untuk
pendeta yang disebut DASASILA yaitu;
·
Dilarang membunuh;
·
Dilarang mencuri;
·
Dilarang cabul (berzina);
·
Dilarang berdusta (menipu);
·
Dilarang minum yang memabukkan;
·
Dilarang makan, minum waktu yang
dilarang;
·
Dilarang mendatangi tempat hiburan;
·
Dilarang berhias diri, berpakaian
baik, memakai hias berlian dan sebagainya;
·
Dilarang tidur ditempat tidur yang
baik;
·
Dilarang menerima hadiah uang dan
benda berharga.
4)
Tujuan ajarannya
Tujuan
ajarannya adalah melepaskan nafsu dan penderitaan hidup. Sumber penderitaan
hidup adalah:
1.
Tanha (keinginan), dan
2.
Avidya (kebodohan).
Untuk mencapai
nirwana yaitu keadaan yang hening, bening, tenang dan abadi, manusia harus
melalui berbagai fase:
§ Kamadatu:
manusia masih dikuasai oleh nafsu dan kebodohan.
§ Rupadatu:
manusia sekalipun masih memikirkan keduniaan tetapi sudah mulai memerangi hawa
nafsu dan kebodohan;
§ Arupdatu:
manusia sudah mulai melupakan kehidupan keduniaan;
§ Nirwana:
manusia sudah mencapai tingkatan alam yang tidak bernafas, tidak keinginanan,
tidak berupa, jernih, tenang dan abadi.
c)
Keadaan
Manusia dan Budayanya
Diperkirakan pada permulaan tarikh
masehi bangsa Indonesia sudah mengenal agam Hindu dan Budha yang berasal dari
India. Hubungan dengan India bermula dari hubungan dagang yang kemudian
berkembang menjadi hubungan agama dan budaya. Melalui hubungan dagang, para
pendeta ikut serta dengan maksud menyebarkan agama.
Mula-mula agam Hindu masuk, dan
kemudian diikuti oleh agama Budha. Lama kelamaan agama ini terus berkembang dan
silih berganti menjadi agama yang paling utama dalam kerajaan-kerajaan di
Indonesia.
Di Negri asalnya agama Budha dan
Hindu saling berselisih, karena pada hakekatnya kelahiran agama Budha adalah
sebagai reaksi terhadap peraturan kasta dalam agama Hindu di Indonesia.
Dalam agama Hindu manusia
tergolong-golong pada kasta-kasta tertentu (Brahmana, Ksatria, waisa, sudra)
sedangkan dalam agama Budha tidak menyetujui pembagian kasta, dan berpendirian
bahwa semua orang itu sama tingkatannya.
Adapun kerajaan-kerajaan besar yang
pernah dominan di Indonesiadi masa pengaruh agama Hindu dan Budha antara lain:
1.
Tarumanagara;
2.
Kutai;
3.
Sriwijaya;
4.
Mataram kuno;
5.
Singosari dan Kediri;
6.
Majapahit;
7.
Pajajaran dan Bali.
d)
Keadaan
pendidikannya
Agama Hindhu
bertujuan untuk mencapai derajat rohani yang tertinggi mencapai kebahagiaan di
nirwana, hal itu dapat dicapai dengan selalu berbuat baik dan berkelakuan
mulia, dan sebagainya, sehingga pada reinkarnasi yang akan datang mendapatkan
derajat kehidupan yang lebih tinggi dan akhirnya lepas dari samsara dan
mencapai nirwana, bahagia kekal dan abadi.
Demikian pula
agama Budha bertujuan untuk melepaskan nafsu Dan penderitaan hidup dengan
nirwana. Agama Budha mendidik penganutnya bersifat Ahimsa (sabar,menerima dan
tawakal).
Bangsa
Indonesia mempunyai cita-cita pendidikan berupa pembentukan manusia yang
berakhlak tinggi dan budi pekerti yang baik yang didapat melalui pendidikan
agama yang menjadi pedoman hidup.
Dan
pelaksanaan pendidikannya dilakukan secara ekstrim dengan pedoman kepada
filsafat agama yang negatif dan mengarah pada kekosongan jiwa raga dan
mengharuskan sekalian nafsu.sangat erat hubungannya dengn pasang surutnya
kerajaan-kerajaan besar.
Pendidikan
yang didukung oleh semangat gotong royong antara rakyat dan penguasa, yang
dapat menumbuhkan solidaritas dan nasionalismedan rasa kerja sama yang mendalam
dapat merupakan modal pokok kejayaan bangsa.
Pada golongan
atas (satria,brahma) telah melakukan pendidikan formal yang bertujuan untuk
mempertahankan eksistensi dan kedudukannya disamping untuk diabadikan pada
kesejahteraan rakyatnya yang dilandasi oleh filsafat agama yang dalam.
Pendidikan dilaksanakan melalui cara Guru Kula diman murid dan guru tinggal
bersama-sama dan murid menjadi anggota keluarga gurunya dan membantu mengatasi
kebutuhan hidup sehari-hari. Dan bertujuan untuk melestarikan kebudayaan yang
telah dicapai dengan menyampaikannya kepada generasi berikutnya untuk
dikembangkan. Hal ini dilakukan oleh orang tua kepada anaknya.
Pendidikan
dilakukan oleh ayah kepada anaknya laki-laki dan ibu kepada anaknya wanita
untuk dapat mengemban tugasnya masing-masing. Dengan dilandasi pula oleh
filsafat agama yang dalam tujuan pendidikan dimaksudkan untuk:
1.
Membentuk manusia yang berakhlak
tinggi dan berbudi luhur;
2. Memenuhi tuntutan
kebutuhan sehari-hari;
3. Memelihara semangat
gotong royong ;
4. Memelihara
ketaatan-ketaatan adat ;
5.
Mewariskan pengetahuan orang tua
kepada anakya sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing .
Kurikulumnya
meliputi agama, bahasa sansekerta, termasuk membaca dan menulis, keterampilan
memahat dan membuat candi serta bela diri.
Dari keadaan pendidikan di atas, maka keadaan
pendidikan di masa pengaruh Hindu dan Budha dapat diambil kesimpulannya sebagai
berikut:
1.
Cita-cita pendidikan bangsa
Indonesia berabad-abad yang lalu adalah terbentuknya manusia yang berakhlak
yang tinggi serta berbudi luhur yang bersumber kepada ajaran agama sebagai
pedoman hidup.
2.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang
menganut toleransi yang tinggi dan pandangan yang luas terhadap agama-agama,
sehingga dapat hidup rukun dan damai diantara umat beragama yang paling
berlainan satu dengan yang lainnya.
3.
Pendidikan agama yang ekstrim yang
bersifat statis dan hanya mementingkan kekosongan jiwa raga dan menahan nafsu
semata-mata dapat berakibat negative bagi kelestarian bangsa.
4.
Pendidikan yang bertujuan untuk
memelihara semangat gotong royong untuk kepentingan bersama (nasionalisme)
sangat besar pengaruhnya kepada kejayaan bangsa.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Pada zaman purba ini, pendidikan bertujuan agar generasi muda dapat mencari
nafkah, membela diri dan hidup bermasyarakat, yaitu mempunyai semangat
gotong-royong, menghormati para empu, dan taat terhadap adat. Kurikulum
pendidikannya meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan mengenai keagamaan
melalui upacara-upacara keagamaan dalam rangka menyembah nenek moyang.
Di zaman Hindu-Budha,agama berpengaruh pada sistem pendidikan yang bersifat
aristokratis artinya masih terbatas hanya untuk minoritas yaitu anak-anak kasta
brahma pendeta) dan ksatria (tentara perang), belum menjangkau masyarakat
mayoritas yaitu anak-anak waisya (pedagang,penguasa) dan syudra (buruh,petani).
.
DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin,
M.Sobbry Sutikno dan Hj.Enung K. Rukiati.
2007 Sejarah Pendidikan, CV.Insan Mandiri, Bandung.
mahierra.wordpress.com/.../kondisi-pendidikan-di-.Dec 6, 2011
0 komentar:
Posting Komentar