About

Kamis, 29 Januari 2015

(Pendidikan di Indonesia Sebelum Zaman Kemerdekaan) (Pendidikan pada Zaman Purba & Pendidikan pada Zaman Hindu-Budha)



Sejarah Pendidikan Umum
 (Pendidikan di Indonesia Sebelum Zaman Kemerdekaan)
(Pendidikan pada Zaman Purba & Pendidikan pada Zaman Hindu-Budha)


KATA PENGANTAR
            Segala puji hanya milik Allah SWT, Salawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah saw. Berkat limpahan dan Rahmat-Nya kami dari kelompok 1 mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Umum. Sejarah merupakan cabang ilmu yang meneliti dan menyelidiki masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau, beserta segala kejadian-kejadiannya.
            Dalam penyusunan tugas atau makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua maupun teman-teman, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Makalah ini disusun agar pembaca dapat mampu memperluas pengetahuan mengenai pendidikan di Indonesia sebelum zaman kemerdekaan, makalah yang kami sajikan berdasarkan dari buku referensi. Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang baru kepada pembaca.




Bandung, 21 Februari 2013


            Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung sepanjang sejarah manusia dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial dan budaya manusia itu sendiri di atas permukaan bumi.
            Penciptaan manusia sebagai subjek sejarah dengan tugas sebagai khalifah untuk menciptakan sejarah di bumi dinyatakan Allah “inna jaa’ilun fil ardhi khalifah” (Qs. 2:30). Kemudian proses pendidikan dimulai oleh Allah kepada Adam dengan mengajarkan nama-nama benda (QS.2:31) dan Adam mengajarkannya pula kepada para malaikat (Qs.2:33).
Sistem pendidikan yang kita kenal sekarang adalah hasil perkembanagan pendidikan yang tumbuh dalam sejarah pengalaman bangsa kita.Untuk itu alangkah baiknya kita terlebih dahulu mengetahui pendidikan di Indonesia sebelum zaman kemerdekaan.
1.2 Rumusan Masalah
·         Bagaimana pendidikan di Indonesia pada zaman Purba ?
·         Bagaimana pendidikan di Indonesia pada zaman Hindu-Budha ?
1.3 Tujuan
            Makalah ini bertujuan agar para pembaca dapat mengetahui sejarah pendidikan pada zaman sebelum kemerdekaan.Selain itu juga makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas.

BAB II
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN DI INDONESIA SEBELUM ZAMAN KEMERDEKAAN
 1.Sejarah Pendidikan di zaman Purba
    A .Manusia Purba dan Kebudayaan di Indonesia
Pada zaman ini kebudayaan yang berkembang pada penduduk asli disebut kebudayaan paleolitis (kebudayaan lama atau tua), seperti yang dapat dijumpai pada suku Kubu, Wedda, dan Negrito. Ciri-ciri kebudayaannya adalah tergolong kebudayaan maritim. tata masyarakatnya bersifat egalite, tidak stratifikasi sosial yang tegas, mereka hidup bergotong royong.
 Menurut penelitian para ahli pra-sejarah di Indonesia:(1) Von Kunings   Wald ;(2) Dubris;(3) Von Stein Calen Fels, bahwa manusia pra-sejarah terdiri atas:
1)      Meganthropus:pemakan tumbuh-tumbuhan
2)      Pithecan thropus:pemakan segala, tidak mengenal memasak makanan hidup berkelompok
3)      Homo Sapiens: sudah berbudaya dapat memasak dan membuat alat
Homo Sapiens dalam perkembangannya menjadi tiga ras pokok manusia yaitu
1.    Mongoloid : dengan cirri kulit kuning, mata sipit, rambut lurus:
2.    Kaukasoid : dengan cirri kulit putih, mata biru, hidung mancung, rambut pirang;
3.    Negroid : dengan cirri kulit hitam, rambut keriting, hidung pesek, bibir tebal;
Di zaman pra-sejatrah, para ahli membagi budaya manusia menjadi :
1.    Palaelitikum (zaman batu tua)
2.    Mesolitikum (zaman batu madia)
3.    Neolitikum (zaman batu halus)
4.    Zaman perunggu
5.    Megalitikum (zaman batu besar)
6.    Zaman besi
B. Asal Mula Bangsa Indonesia
            Pada 2000 sebelum Masehi manusia Purba jenis ras Negroid mulai mendiami Indonesia dari Melanesoid, sisia-sisa keturunannya antara laih orang Papua Melanesoid di Irian dengan kebudayaan mesoliticum.
            Sekitar 1500 SM, ke Indonesia berdatangan bangsa Melayu Austronesia, ras Mongoloid yang berasal dai yunani, mereka telah mengembangkan budaya Neoliticum dengan sebutan Proto Melayu. Silsila keturunanya sampai sekarang masih ditemukan di daerah pedaleman (Kubu, Toraja, Sasak Dayak Dll).
            Pada +300 SM, kembali terjadi gelombang perpindahan bangsa-bangsa ke Indonesia yang di sebut Denro Melayu, mereka membawa kebudayaan Neoliticum dan perunggu yang kemudian berkembang menjadi kebudayaan Megaliticum (kebudayaan batu besar).
Menurut penelitian Dr. Brandes, manusia Purba di Indonesian telah memiliki kebudayaan Indonesia asli yang terdiri atas 10 unsur pokok, yaitu:
a.       Bercocok tanam padi (bersawah)
b.      Mengenal prinsip dasar pertunjukan wayang sebagai bayangan roh nenek moyang
c.       Mengenal seni gamelan (dari perunggu)
d.      Pandai membatik (melukis hias)
e.       Telah membuat benda/ alat dari logam (perunggu)
f.       Pola susunan masyarakatnya macapat (segi empat)
g.      Telah mengenal alat tukar perdagangan
h.      Pelaut ulung (ahli pelayaran)
i.        Telah mengenel penghitungan astronomi
j.        Susunan masyarakat teratur
C. Kepercayaan Masyarakat
            Kepercayaan masyaakat ketika itu yang lebih dominan adalah animisme dan Ginamisme. Animisme, ialah kepercayaan akan sakti roh nenek moyang. Pemujaan terhadap roh ini karena mereka beranggapan bahwa nenek moyanglah yang mewariskan dan melindungi adat. Dinamisme, merupakan kepercayaan akan adanya mana atau tenaga-tenaga gaib pada manusia, binatang,tumbuh-tumbuhan,benda-benda dan sebagainya. Keadaan masyarakat bersifat gotong royong, sedangkan kebudayaannya lebih bercorak maritim.
            Pada waktu itu pendidikan dalam keluarga sudah dianggap cukup,karena masyarakat masih serba sederhana. Manusia yang dianggap istimewa ketika itu adalah empu, yang dapat bertindak sebagai guru selain orang tua. Tujuan pendidikan ketika itu lebih ditekankan agar anak dapat mematuhi adat dan mempunyai kecakapan istimewa manusia yang dicita-citakan ialah manusia yang mempunyai semangat gotong royong menghormati empu dan taat pada adat. 
D. Keadaan Pendidikannya              
            Pada zaman ini, pendidikan bertujuan agar generasi muda dapat mencari nafkah, membela diri dan hidup bermasyarakat, yaitu mempunyai semangat gotong-royong, menghormati para empu, dan taat terhadap adat. Kurikulum pendidikannya meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan mengenai keagamaan melalui upacara-upacara keagamaan dalam rangka menyembah nenek moyang.
Pada waktu itu pendidikan dalam keluarga sudah dianggap cukup, karena masyarakat masih serba sederhana. Manusia yang dianggap istimewa ketika itu adalah empu, yang dapat bertindak sebagai guru selain orang tua. Tujuan pendidikan ketika itu lebih ditekankan agar anak dapat mematuhi adat dan mempunyai kecakapan istimewa. Manusia yang dicita-citakan ialah manusia yang mempunyai semangat gotong royong, menghormati empu dan taat pada adat.
            Dengan telah adanya pembagian tugas secara seksual (perbedaan tugas antara pria dan wanita), maka ayah mengajarkan pengetahuannya kepada anak lelaki, dan ibu mengajarkannya pengetahuannya kepada anak wanita. Tujuan pendidikannya ialah :
1.      Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
2.      Untuk memelihara semangat gotong royong.
3.      Taat kepada adat.
4.      Pewarisan pengetahuan orang tua kepada anak-anaknya sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing.
Adapun hasil dari pendidikan semacam itu berupa manusia yang sanggup mengatasi kesulitan hidup sehari-hari, dan menjadi anggota masyarakat yang berfaedah bagi lingkungan.
2. Zaman Hindu-Budha
Karena lancarnya arus hubungan perdagangan dengan luar negeri, maka Indonesia menerima pengaruh India yaitu agama Hindu dan Budha. Hasil kulturasi kebudayaan India dan masyarakat lokal ketika transaksi perdagangan dari mulai bahasa, tulisan, agama berpengaruh pada sistem pendidikan yang bersifat aristokratis artinya masih terbatas hanya untuk minoritas yaitu anak-anak kasta brahmana (pendeta) dan ksatria (tentara perang), belum menjangkau masyarakat mayoritas yaitu anak-anak waisya (pedagang, penguasa) dan Syudra (buruh,petani).
Pada zaman pengaruh Hindu yang menjadi guru adalah  kaum Brahmana, kemudian lama kelamaan para empu di Indonesia menjadi guru sebagai pengganti kedudukan Brahmana. Pada saat itu terdapat dua macam tingkatan guru, yaitu guru Kraton yang mengajar anak raja dan kaum bangsawan, dan guru pertapa yang mengajar manusia biasa. Sistem pendidikannya adalah sistem guru kula seperti India, dimana murid serumah dengan guru.
a)      Sekilas Tentang Agama Hindu
Kitab suci
·         Reg Wedha. Berisi nyanyian-nyanyian suci untuk memuja Dewa-dewa.
·         Yaj Wedha. Berisi aturan upaca korban bagi dewa-dewa.
·         Sama wedha. Berisi nyanyian pendeta pada upacara dewa dan korban.
·         Atharwa Wedha. Berisi mantera-mantera, kekuatan gaib yang baik dan jahat.
·         Kitab lainnya seperti: Purana, Bhagawat-Gita-Ramayana.
Isi Ajarannya:
·         Percaya akan adanya banyak dewa (Polytheis) +32 dewadengan dewa pokok: Dewa Brahmana.
Dewa-dewa tersebut antara lain: Dewa Waruna (Laut), Dewa Indra (perang), Dewa Yama (maut), Dewa Bayu (angina), Dewa agni (api),Dewa Wisnu (pemelihara alam).
·         Kepercayaan Hindu berpendapat bahwa alam diciptakan oleh Dewa Brahma berkali-kali oleh Syiwa Mahakala.
·         Agama Hindu percaya akan adanya akhirat, manusia hidup dalam samsara dan selalu mengalami Reinkarnasi (lahir kembali) berkali-kali sesuai dengan amal perbuatannya manusia yang dapat melepaskan diri dara samsara. Mengarah pada derajat rohani yang tertinggi dimana manusia akan mengalami hidup bahagia, abadi sebagai Dewa-dewa di Nirwana. Oleh karena itu orang yang mati rohnya mengembara di alam lain dan roh tersebut harus diberi maknan dan kue-kue. Fungsi sajian/korban bagi roh adalah mengantarkan roh tersebut denga nenek moyang yang terdahulu.
Roh yang masih berkeliaran sering mendatangkan gangguan pada keluarganya. Mayat/jenazah orang Hindu harus disucikan dengan dibakar, karena dianggap najis dan kotor.
Oleh karena itu Dewa Agni dianggap penolong roh yang sudah meninggal, karena tanpa dibakar roh tidak akan mengalami kebebasan dari alam materi yang berarti penderitaan hidup.
·         Manusia dibagi atas 4 kasta: Brahma (golongan pendeta), Ksyatria (golongan raja), Weisya, sudra, keempat kasta tersebut sekarang ini terdapat pada agama Hindu Dharma di Bali.

Pemuja dewa-dewa terpusat pada: Triskti atau Trimurti yaitu: Brahma, Wisnu, dan  Syiwa – dan pusat pemujaan adalah syiwa. Syiwa amat ditakuti karena apabila marah dapat menghancurkan alam dan kehidupan manusia. Kepercayaan keimanan Hindu Dharma disebut Panca Sradha yaitu:
·         Percaya adanya Sang Hyang Widi;
·         Percaya adanya Atma (roh nenek moyang);
·         Percaya addanya Hukum karma Phala (sebab,akibat);
·         Percaya adanya samsara (menjelma berkali-kali)
·         Percaya adanya Moksha (lepas dari samsara)
b)     Sekilas tentang Agama Budha
Kitab suci : Tripittaka
Isi ajarannya:
1)      Kesaksian keimanan ( Tri Ratna ) yaitu :
·         Saya berlindung pada Sang Budha;
·         Saya berlindung pada Dharma (hukum agama)
·         Saya berlindung pada Sangha (orde pendeta)
2)      Ajaran kelepasann (Arya Satiyama) yang berarti kebenaran utama ialah:
·         Hidup itu penderitaan;
·         Hidup tidak lepas dari Samsara;
·         Penderitaan samsara dapat lepas dengan memadamkan nafsu;
·         Memadamkan nafsu keinginan. Dengan arya satiyami, agama Budha mendidik manusia untuk berhati-hati dan bersu gguh-sungguh menjalankan kewjibannya, menghindari hal-hal yang dapat mencelakakan manusia yaitu; Karma (nafsu Cinta), Dwesa (benci pada orang lain), Moha (mabuk).
Ketiga anasir yang mencelakakan tersebut harus diberantas dengan ASTAVIDHA (delapan jalur kebenaran) yaitu;
·         Mengikuti pelajaran yang benar;
·         Menjalankan niat (keinginan) yang baik;
·         Mengucapkan kata yang baik dan tetap;
·         Menjalankan usaha yang baik dan tetap;
·         Melakukan pekerjaan yang baik;
·         Memusatkan perhatian;
·         Mencari nafkah yang baik;
·         Semedi (tafakkur) yang baik.
3)      Menegakkan Dharma (hukum) pengikut Budha harus menjauhi larangan-larangan (5 untuk orang biasa, 5 lagi (10) untuk pendeta yang disebut DASASILA yaitu;
·         Dilarang membunuh;
·         Dilarang mencuri;
·         Dilarang cabul (berzina);
·         Dilarang berdusta (menipu);
·         Dilarang minum yang memabukkan;
·         Dilarang makan, minum waktu yang dilarang;
·         Dilarang mendatangi tempat hiburan;
·         Dilarang berhias diri, berpakaian baik, memakai hias berlian dan sebagainya;
·         Dilarang tidur ditempat tidur yang baik;
·         Dilarang menerima hadiah uang dan benda berharga.
4)      Tujuan ajarannya
Tujuan ajarannya adalah melepaskan nafsu dan penderitaan hidup. Sumber penderitaan hidup adalah:
1.      Tanha (keinginan), dan
2.      Avidya (kebodohan).
Untuk mencapai nirwana yaitu keadaan yang hening, bening, tenang dan abadi, manusia harus melalui berbagai fase:
§  Kamadatu: manusia masih dikuasai oleh nafsu dan kebodohan.
§  Rupadatu: manusia sekalipun masih memikirkan keduniaan tetapi sudah mulai memerangi hawa nafsu dan kebodohan;
§  Arupdatu: manusia sudah mulai melupakan kehidupan keduniaan;
§  Nirwana: manusia sudah mencapai tingkatan alam yang tidak bernafas, tidak keinginanan, tidak berupa, jernih, tenang dan abadi.
c)      Keadaan Manusia dan Budayanya
Diperkirakan pada permulaan tarikh masehi bangsa Indonesia sudah mengenal agam Hindu dan Budha yang berasal dari India. Hubungan dengan India bermula dari hubungan dagang yang kemudian berkembang menjadi hubungan agama dan budaya. Melalui hubungan dagang, para pendeta ikut serta dengan maksud menyebarkan agama.
Mula-mula agam Hindu masuk, dan kemudian diikuti oleh agama Budha. Lama kelamaan agama ini terus berkembang dan silih berganti menjadi agama yang paling utama dalam kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Di Negri asalnya agama Budha dan Hindu saling berselisih, karena pada hakekatnya kelahiran agama Budha adalah sebagai reaksi terhadap peraturan kasta dalam agama Hindu di Indonesia.
Dalam agama Hindu manusia tergolong-golong pada kasta-kasta tertentu (Brahmana, Ksatria, waisa, sudra) sedangkan dalam agama Budha tidak menyetujui pembagian kasta, dan berpendirian bahwa semua orang itu sama tingkatannya.
Adapun kerajaan-kerajaan besar yang pernah dominan di Indonesiadi masa pengaruh agama Hindu dan Budha antara lain:
1.      Tarumanagara;
2.      Kutai;
3.      Sriwijaya;
4.      Mataram kuno;
5.      Singosari dan Kediri;
6.      Majapahit;
7.      Pajajaran dan Bali.

d)     Keadaan pendidikannya
Agama Hindhu bertujuan untuk mencapai derajat rohani yang tertinggi mencapai kebahagiaan di nirwana, hal itu dapat dicapai dengan selalu berbuat baik dan berkelakuan mulia, dan sebagainya, sehingga pada reinkarnasi yang akan datang mendapatkan derajat kehidupan yang lebih tinggi dan akhirnya lepas dari samsara dan mencapai nirwana, bahagia kekal dan abadi.
Demikian pula agama Budha bertujuan untuk melepaskan nafsu Dan penderitaan hidup dengan nirwana. Agama Budha mendidik penganutnya bersifat Ahimsa (sabar,menerima dan tawakal).
Bangsa Indonesia mempunyai cita-cita pendidikan berupa pembentukan manusia yang berakhlak tinggi dan budi pekerti yang baik yang didapat melalui pendidikan agama yang menjadi pedoman hidup.
Dan pelaksanaan pendidikannya dilakukan secara ekstrim dengan pedoman kepada filsafat agama yang negatif dan mengarah pada kekosongan jiwa raga dan mengharuskan sekalian nafsu.sangat erat hubungannya dengn pasang surutnya kerajaan-kerajaan besar.
Pendidikan yang didukung oleh semangat gotong royong antara rakyat dan penguasa, yang dapat menumbuhkan solidaritas dan nasionalismedan rasa kerja sama yang mendalam dapat merupakan modal pokok kejayaan bangsa.
Pada golongan atas (satria,brahma) telah melakukan pendidikan formal yang bertujuan untuk mempertahankan eksistensi dan kedudukannya disamping untuk diabadikan pada kesejahteraan rakyatnya yang dilandasi oleh filsafat agama yang dalam. Pendidikan dilaksanakan melalui cara Guru Kula diman murid dan guru tinggal bersama-sama dan murid menjadi anggota keluarga gurunya dan membantu mengatasi kebutuhan hidup sehari-hari. Dan bertujuan untuk melestarikan kebudayaan yang telah dicapai dengan menyampaikannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan. Hal ini dilakukan oleh orang tua kepada anaknya.
Pendidikan dilakukan oleh ayah kepada anaknya laki-laki dan ibu kepada anaknya wanita untuk dapat mengemban tugasnya masing-masing. Dengan dilandasi pula oleh filsafat agama yang dalam tujuan pendidikan dimaksudkan untuk:
1.      Membentuk manusia yang berakhlak tinggi dan berbudi luhur;
2.      Memenuhi tuntutan kebutuhan sehari-hari;
3.      Memelihara semangat gotong royong ;
4.      Memelihara ketaatan-ketaatan adat ;
5.      Mewariskan pengetahuan orang tua kepada anakya sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing .
Kurikulumnya meliputi agama, bahasa sansekerta, termasuk membaca dan menulis, keterampilan memahat dan membuat candi serta bela diri.
Dari  keadaan pendidikan di atas, maka keadaan pendidikan di masa pengaruh Hindu dan Budha dapat diambil kesimpulannya sebagai berikut:
1.      Cita-cita pendidikan bangsa Indonesia berabad-abad yang lalu adalah terbentuknya manusia yang berakhlak yang tinggi serta berbudi luhur yang bersumber kepada ajaran agama sebagai pedoman hidup.
2.      Bangsa Indonesia adalah bangsa yang menganut toleransi yang tinggi dan pandangan yang luas terhadap agama-agama, sehingga dapat hidup rukun dan damai diantara umat beragama yang paling berlainan satu dengan yang lainnya.
3.      Pendidikan agama yang ekstrim yang bersifat statis dan hanya mementingkan kekosongan jiwa raga dan menahan nafsu semata-mata dapat berakibat negative bagi kelestarian bangsa.
4.      Pendidikan yang bertujuan untuk memelihara semangat gotong royong untuk kepentingan bersama (nasionalisme) sangat besar pengaruhnya kepada kejayaan bangsa.









BAB III
PENUTUP
Simpulan
            Pada zaman purba ini, pendidikan bertujuan agar generasi muda dapat mencari nafkah, membela diri dan hidup bermasyarakat, yaitu mempunyai semangat gotong-royong, menghormati para empu, dan taat terhadap adat. Kurikulum pendidikannya meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan mengenai keagamaan melalui upacara-upacara keagamaan dalam rangka menyembah nenek moyang.
Di zaman Hindu-Budha,agama berpengaruh pada sistem pendidikan yang bersifat aristokratis artinya masih terbatas hanya untuk minoritas yaitu anak-anak kasta brahma pendeta) dan ksatria (tentara perang), belum menjangkau masyarakat mayoritas yaitu anak-anak waisya (pedagang,penguasa) dan syudra (buruh,petani).
.




DAFTAR PUSTAKA


Afifuddin, M.Sobbry Sutikno dan Hj.Enung K. Rukiati.
2007    Sejarah Pendidikan, CV.Insan Mandiri, Bandung.
mahierra.wordpress.com/.../kondisi-pendidikan-di-.Dec 6, 2011

0 komentar:

Posting Komentar

Romi Syahrurrohim. Diberdayakan oleh Blogger.