FILSAFAT PRA SOCRATES
Ciri-ciri
filsafat Yunani adalah rasionalisme,
yang mana puncak rasionalisme tersebut terjadi pada
orang-orang sofis. Untuk melihat rasionalisme sofis perlu dipahami lebih dulu
latar belakangnya.
Thales
Thales (624-546 SM), ia tinggal di Miletus pada abad ke-7. Ia digelari
sebagai Bapak Filsafat karena dialah orang yang mula-mula berfilsafat. Ia
mengajarkan filosofnya hanya melalui mulut saja, serta dikembangkannya pula
oleh muridnya dari mulut ke mulut pula. Baru Aristoteles, kemudian meuliskan
ajarannya.
Kesimpulan
ajaran Thales adalah: “semuanya itu air, air yang cair itu adalah pangkal,
pokok dan dasar (principe) segala-galanya” Apa asal alam itu? Suatu pertanyaan
yang mendasar, Thales menjawab yaitu air. Pertenyaan tersebut dijawab dengan
menggunakan akal, sebab menurutnya air penting bagi kehidupan. Ia menjawab
berdasarkan pengalaman yang dilihatnya sehari-hari dan dijadikannya pikirannya
untuk menyusun bangun alam. Ia menjawab seperti itu karena ia menganggap bahwa
dunia itu dikelilingi oleh air. Thales sama sekali tidak mengatakan bahwa
segala sesuatu terbuat dari air, ia sempat memperdebatkan bersama-sama dengan
para pemikir di zamannya bahwa dunia di kelilingi oleh air, dan tampaknya ia
menduga bahwa dalam arti tertentu sumber segala benda adalah air.
Bagi
Thales air adalah sebab yang pertama dari segala yang ada dan yang jadi, tetapi
juga akhir dari segala yang ada dan yang jadi tersebut. Dalam pandangan Thales
tidak ada jurang yang dapat memisahkan hidup dengan mati. Semuanya satu, dan ia
percaya setiap benda juga memiliki jiwa.
Thales
menganut kepercayaan pada animisme, yaitu kepercayaan bahwa bukan harus yang
hidup saja yang memiliki jiwa, tetapi bahan atau benda mati juga memiliki jiwa.
Terhadap pandangan Thales bahwa dunia terbuat dari air, ada yang menolaknya
yaitu berasal dari muridnya sendiri Anaximander.
Anaximander
Anaximander
merupakan murid dari Thales yang lahir pada tahun 610 SM dan meninggal pada
tahun 547 SM. Ia lebih muda 15 tahun dari Thales. Sebagai filosof ia lebih
mudah dari pada gurunya, ia ahli dalam bidang astronomi dan ahli ilmu bumi.
Ia
berpendapat bahwa langit itu bulat seperti bola, bumi terkandung di
tengah-tengahnya, bangunannya sebagai silinder, bulat panjang dan datar pada
bagian atasnya. Seperti halnya dengan gurunya, Anaximander mencari akar dari
segala sesuatu. Yang diterima oleh akalnya bahwa yang asal itu satu, tidak
banyak, tetapi yang satu tersebut bukanlah air sebagaimana yang dikemukakan
oleh Thales. Menurut pendapat Anaximander bahwa yang asal itu tidak berhingga
dan tidak berkeputusan, tetapi yang asal itu yang menjadi dasar alam yang
dinamainya sebagai “Apeiron”. Apeiron ini tidak dapat dirupakan, tidak
ada persamaanya dengan salah satu barang yang kelihatan di dunia ini.
Anaximander
membantu mengatur kosmologi Yunani tradisional, membedakan tanah, udara, api
dan air serta menjelaskan bagaimana sifat-sifat mereka yang bermacam-macam,
yang panas dan yang dingin, yang basah dan yang kering merupakan sesuatu yang
saling mempengaruhi dan bertentangan satu dengan yang lainnya yang kemudian
menghasilkan antara lain (fisik). Ketika didesak untuk menjawab pertanyaan
Thales mengenai mana di antara unsur-unsur tersebut yang paling dasariah atau
unsur fundamental, memiliki jawaban yang ia ajukan adalah yang sedemikian rupa
yang tidak dapat dicerap yang ia sebut dengan apeiron (bahan dasar) tadi.
Akan
tetapi, seperti air-nya Thales, begitu juga apeiron-nya
anaximander bukan memiliki jiwa dan bukan tanpa substansi rohaniah.
Anaximenes
Ia hidup dari tahun 585-528 SM, ia merupakan guru yang penghabisan
daripada para filosofi alam yang berkembang di Milatos, ia adalah murid dari
Anaximander. Ia merasa perlu untuk mengkritik tentang apeiron yang misterius
dan tidak bisa diserap yang dikemukakan oleh gurunya.
Anaximenes
berargumentasi bahwa udara merupakan unsur yang paling esensial yang mengembun
dan menguap, memanas dan mendingin, mendarat dan menipis. Dengan demikian
udaralah yang membuat dunia ini, yang menjadi sebab segala yang hidup.
Sebagai
kesimpulan dari ajarannya, yaitu: “Sebagaimana jiwa kita yang tidak lain
daripada udara, menyatukan tubuh kita, demikian pula udara mengikat dunia
menjadi satu, penghidupan masyarakat. Kepentingan jiwa itu tampak olehnya dalam
perubungan alam besar saja. Jiwa menyusun tubuh manusia jadi satu dan menjaga
supaya tubuh itu jangan gugur dan bercearai-berai. Anaximenes berpendapat bahwa
udara itu merupakan benda materi. Ia juga dapat membedakan antara yang hidup
dengan yang mati, yaitu bahwa yang mati itu tidak mempunyai jiwa.
Thales,
Anaximander dan Anaximenes memberi penjelasan yang menekankan pada unsur-unsur
yang dapat dicerap dalam upaya menjelaskan dunia sedemikian rupa. Ketiganya
termasuk para materialis, dalam arti bahwa mereka mengatakan dunia ini terbuat
dari sejenis bahan dasar, apakah itu air, ataupun apeiron.
Pytagoras
Pytagoras
berasal dari Samos. Ia dilahirkan sekitar tahun 580 SM. Menurut usianya ia
seangkatan dengan Xenophanes. Ia meninggal pada tahun 500 SM.
Pytagoras
bersikuku atas pendapatnya yang mengemukakan bahwa bahan dasar kosmos bukan
“bahan” tetapi lebih tepatnya bentuk-bentuk (forms) dan
hubungan-hubungan. Melalui Pytagoras, secara khusus problem utama ontologi kuno
m terfokus. Persoalannya adalah bagaimanakah tatanan abstrak atau bentuk-bentuk
benda memanifestasikan dalam segudang benda-benda aktual di dunia ini,
“persoalan yang tunggal dalam yang banyak.”
Ujung
tarikat Pytagoras adalah mendidik kebatinan dan mensucikan roh. Pytagoras
percaya akan kependidikan jiwa dari makhluk sekarang kepada makhluk yang akan
datang. Menurut kepercayaan Pytagoras, manusia itu asalnya Tuhan. Jiwa itu
adalah penjelmaan dari Tuhan yang jatuh ke dunia karena berdosa, dan ia akan kembali
ke langit apabila sudah dicuci dosanya. Adapun cara mensucikan jiwa dari dosa
tersebut adalah dengan hidup murni, tetapi hidup murni itu dilakukan secara
berangsur-angsur. Menurutnya hidup di dunia ini adalah persediaan untuk hidup
di akhirat. Oleh sebab itu semua dari sini dikerjakan untuk hidup di hari
kemudian.
Selain
dari hal mistik, Pytagoras juga sebagai ahli pikir tertentu dalam ilmu
matematika dan ilmu hitung lainnya. Dari matematika Pytagoras melompat ke dalam
dunia pandangan. Alam ini menurutnya tersusun sebagai angka-angka dimana ada
matematika, ada susunan dan ada kesejahteraan. Tetapi tidak di alam saja
berkuasa matematika, ia juga berkuasa dalam segala barang. Dengan jalan ini
Pytagoras sampai kepada pokok ajarannya yang menyatakan bahwa “segala barang
adalah angka-angka.”
Heracletos
Ia
lahir di kota Ephesos di Asia Minor pada tahun 540 SM, dan meninggal pada tahun
480 SM. Dia dipandang sebagai seorang filsuf ilmuwan awal yang masih menerima
unsur-unsur alamiah yang lain, api, dan menyatakan untuk itu sebagai hal yang
utama. Ia memandang api sebagai anasir yang asal. Pandangannya tersebut tidak
semata-mata terikat pada alam kiasan, alam besar. Anasir yang besar
dipandangnya pula sebagai kiasan daripada segala kejadian.
Di
samping itu, ia juga berpandangan bahwa dunia ini adalah satu. Semua benda
saling berhubungan, meskipun pada awalnya saling bertentangan, dan di balik
segudang benda yang ada di dunia ini ada satu kesatuan tunggal, yaitu logos.
Logos menyatakan bahwa segala hal yang tampak bertentangan, memberikan tatanan
bagi kekacauan, memberikan hukum bagi perubahan dan mengijinkan kita. Logos
dijadikan sebagai pusat pandangan oleh Heracletos tentang alam.
Parmenides
Ia lahir di Elea pada tahun 540 SM dan meninggal pada tahun 473 SM. Ia
dikenal sebagai orang besar di kotanya. Ia juga sebagai ahli politik dan pernah
memangku jabatan di pemerintahan. Parmenides bersama muridnya yaitu Zeno dan
Ela mengubah fokus perhatian filsafat tertuju pada teknik argumentasi sebagai
pokok pendiriannya, disebutnya bahwa ada kebenaran yang sepenuh-penuhnya. Parmenides
membulatkan keterangannya dengan semboyannya yang pendek yaitu: “Hanya yang ada
itu ada, dan yang tiada itu tiada.” Bahwa kebenaran terdapat pada pengakuan
bahwa yang ada itu ada. Ia memandang bahwa semuanya itu satu dan tetap. Ajaran
Parmenides yang pokok kepada yang satu dan tetap bertentangan dengan ajaran
Heracletos.
Zeno
Ia
lahir di Elea pada tahun 490 SM dan ajarannya kesohor empat tahun lamanya yaitu
dari tahun 464-460 SM.
Ia
mempertahankan ajaran gurunya dengan cara membalikan serangan terhadap
dalil-dalil lawannya. Menurut pendapatnya jika keterangan lawannya itu salah
pendirian Parmenides parmenides dengan sendirinya benar.
Melisson
Ia berasal dari Samos sebuah kota Grek di tanah perantauan. Ia sangat
terkeumuka dalam duni filosofi Elea dari tahu 444-441 SM. Ia mempertahankan
ajaran Parmenides dengan mengemukakan alasan yang positif. Artinya ia
melahirkan keterangan untuk mnguatkan ajaran gurunya. Dia berkata yang ada
selalu ada dan akan tetap ada. Menurutnya yang ada itu kekal serta yang ada itu
tidak berhingga.
Empedocles
Ia lahir di kota Acragas di pulau Sicilia pada tahun 490 SM dan
meninggal pada tahun 430 SM. Ia menduga bahwa dunia dibangun melalui konflik
juga tidak ada unsur atau tatanan yang mendasari, yang ada hanyalah konflik
abadi antara daya-daya cinta tentang perselisihan.
Ia
mengajarkan bahwa alam ini pada mulanya satu yaitu disatukan oleh cinta. Cinta
merupakan kodrat yang membawa bersatu dan bercampur. Tetapi alam yang satu tadi
dipecah oleh benci yang mana benci membalikan semua keadaan tersebut sehingga
semua terpisah-pisah dan tidak ada yang bercampur lagi. Dalam keadaan yang
dikuasai oleh benci tersebut barang satu-satunya pun tidak ada, yang ada
hanyalah anasir yang empat yang tidak bercampur sedikitpun juga.
Anaxagoras
Ia
dilahirkan di kota Klazomanae di Asia Minor. Ia hidup dari tahun 500-428 SM. Ia
merupakan filosof yang pertama di Athena.
Ia
menganggap bahwa terdapat banyak jenis benda-benda, tiap benda mempunyai
jenisnya sendiri-sendiri. Ia juga menunjukkan ada banyak jenis unsur sebanyak
jenis benda tersebut. Menurutnya tidak segala sesuatu berupa suatu unsur,
seorang person bukanlah suatu unsur melainkan suatu campuran kompleks dari berbagai
unsur. Sehingga ia mengklaim bahwa ada “segala sesuatu di dalam sesuatu.”
Secara alamiah ia memulai memikirkan kosmos bukan hanya dari sudut tatanan
tetapi juga dari sudut maksud dan tujuan.
Leokippos
Ia berasal dari Miletos, ia murid Parmenides dan guru dari Democritos
sejarah hidupnya hampir tidak diketahui orang.
Ia
mengupas ide tentang kepingan-kepingan “bahan” yang lebih kecil lagi, dan terus
mencari sampai akhirnya bertemu pada salah satu ide yang paling penting di
zaman modern yaitu konsep atom. Menurunya bahwa dunia terdiri dari sejulah
“partikel” yang bermacam-macam dan berbeda dalam ukuran serta bentuknya. Menurutnya
juga bahwa atom merupakan suatu ukuran yang sangat kecil dan tidak dapat dibagi
lagi. Leokippos merupakan pujangga yang pertama kali mengajarkan dari hal yaitu
atom. Atom berasal dari perkataan Grile yaitu “a” sama dengan tidak dan
“toom” berarti terbagi, sehingga atom berarti ‘tidak dapat dibagi.”
Democritos
Ia
lahir di Abdera sebuah kota di patai Trasia bagian Balkan. Ia hidup sekitar
tahun 460-360 SM. Ia adalah seorang ahli ilmu alam yang berpengetahuan luas.
Adapun karyanya yaitu yang mengenai ilmu alam diantaranya ilmu alam, ilmu
tumbuh-tumbuhan, ilmu tabib dan hal ikhwal penting serta yang lainnya.
Pemikiran Democrotos sepadan dengan pemikiran gurunya bahwa alam ini tak lain
daripada atom dan gerakannya. Atom itu tidak bermula dan tidak berakhir yang
jumlahnya sangat banyak dan merupakan benda yang bertubuh meskipun tidak dapat
dilihat. Di antara atom tersebut terdapat lapang yang kosong, tempat atom
bergerak. Untuk menyatakan bahwa ada lapang yang kosong, ia mengemukakan empat
fase, yaitu: (1) penggerak berkehendak akan lapang yang kosong; (2) sesuatu
barang bisa jadi kembang atau pandai jika ada lapang yang kosong; (3) hidup
dari kecil menjadi besar disebabkan karena makanan dapat masuk ke dalam lapang
yang kosong di dalam badan; (4) jika dimasukan abu ke dalam sebuah gelas yang
berisi air maka melimpahkan sebagian dari pada air tersebut.
SOFISME
Pada
pertengahan abad kelima sebelum Masehi, muncul aliran baru dalam filosofi
Yunani, yaitu sofisme. Sofisme berasal dari kata sophos yang artinya
cerdik pandai.
Kaum
sofis muncul di Athena dan ajarannya berkembang secara pesat di kota ini. Di
antara guru-guru sofis ada empat orang yang terkemuka, yaitu sebagai berikut:
Protagoras
Ia
lahir pada tahun 481 SM di Abdera dan meninggal pada tahun 411 SM. Protagoras
adalah seorang individualis yang mengemukakan orang-seorang dalam
segala-galanya. Bagi Protagoras manusia itu adalah ukuran bagi segalanya, bagi
yang ada karena adanya, dan bagi yang tidak ada karena tidak adanya. Maksudnya
bahwa semua itu harus ditinjau dari pendirian manusia sendiri-sendirinya. Sebagai
kelanjutan dari pendiriannya itu Protagoras mengatakan bahwa pandangan itu
betul memuat pengetahuan yang cukup tentang barang yang terpandang, tetapi
bukan pengetahuan tentang barang itu sendiri.
Gorgias
Ia berasal dari Liontinoi di Sicilia. Ia hidup dari tahun 483-375 SM.
Pada tahun 427 ia datang ke Athena sebagai utusan kotanya dan ia juga pandai
berpidato. Karena ia sebagai ahli pidato yang membatalkan segala-galanya, maka
ia disebut sebagai nihilis yang artinya tidak ada. Dasar yang
dikemukakannya sebagai alasan meniadakan ada tiga, yaitu: (1) tidak ada
sesuatunya; (2) jika sekiranya ada sesuatunya, ia tidak dapat diketahui; dan
(3) jika kiranya kita mengetahui sesuatunya, pengetahuan itu tidak dapat kita kabarkan
kepada orang lain.
Hippias
Ia berasal dari Elis. Tahun kelahirannya tidak diketahui melainkan ia
lebih muda sedikit daripada Protagoras. Pasal yang diuraikan oleh Hippias mengenai
soal etik. Menurut pendapatnya hukum negeri itu sangat perkasa bagi manusia.
Oleh sebab itu ia bertentangan dengan hukum alam.
Prodicos
Ia berasal dari Keos sebuah pulau kecil dekat Attika. Ia seumur dengan
Hippias. Kematian dipandang oleh Prodicos sebagai kejadian yang baik sekali
untuk menghindarkan kejahatan dalam kehidupan.
FILOSOFIS
KLASIK
Socrates
Ia
lahir di Athena pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun 399 SM. Ayahnya
adalah tukang pembuat patung serta ibunya adalah seorang bidan. Tujuan dari filosofi
Socrates adalah mencari kebenaran yang berlaku untuk selama-lamanya. Menurutnya
bahwa kebenaran itu tetap dan harus dicari. Dalam mencari kebenaran, ia tidak
berpikir sendiri melainkan setiap kali ia berdua dengan orang lain, dengan
jalan tanya-jawab. Cara sepert ini sering disebut dengan metode tanya-jawab
dari Socrates.
Socrates
juga mengajarkan tentang etika yang menyebutkan bahwa budi adalah tahu, dan
inilah intisari dari etika Socrates. Orang yang berpengetahuan dengan
sendirinya berbudi baik. Paham etikanya merupakan kelanjutan dari metodanya. Ajaran
etika Socrates sifatnya intelektuil serta rasional.
Plato
Ia dilahirkan di Athena pada tahun 427 SM dan meninggal di sana pula
pada tahun 347 SM. Ia berasal dari keluarga Aristokrasi yang turun-temurun
memegang peranan penting dalam politik Athena. Semasa mudanya ia bercita-cita
menjadi seorang negarawan. Nama aslinya adalah Aristokles.
Dalam
ajaran filosofi Plato, bertaut segala filosofi Grek yang dibentangkan
sebelumnya. Intisari filosofi Plato ialah pendapatny tentang idea, yaitu
suatu ajaran yang sangat sulit untuk dipahami.
Pokok
tinjauan filosofi Plato adalah mencari pengetahuan tentang pengetahuan. Ia
bertolak dari ajaran gurunya yaitu Socrates yang mengajarkan bahwa budi adalah tahu.
Seperti
halnya pandangan Socrates, etika Plato bersifat intelektuil dan rasionil. Dasar
ajarannya ialah mencapai budi baik. Tujuan hidupnya adalah mencapai kesenangan
hidup, yang mana kesenangan hidup itu bukanalah memuaskan hawa nafsu di dunia
ini melainkan kesenangan hidup diperoleh dengan pengetahuan.
Pandangan
Plato tentang negara dan luasnya masih terpaut pada masanya. Ia lebih memandang
ke belakang daripada ke muka. Negara Grek di masa itu adalah kota.
Aristoteles
Ia
lahir di Stageira di Semenanjung Kalkidike di Trasia (Balkan) pada tahun 3844
SM dan meninggal di Kalkis pada 322 SM. Bapaknya bernama Macaon yaitu seorang
dokte istaana.
Aristoteles
sependapat dengan gurunya yaitu Plato bahwa tujuan yang terakhir daripada
filosofi adalah pengetahuan tentang adanya dan yang umum. Pandangannya lebih
realis daripada Plato yang selalu didasarkan pada yang abstrak.
Ia
terkenal sebagai Bapak Logika. Intisari daripada ajaran logikanya adalah silogismos
atau dalam bahasa Indonesianya adalah silogistik, yang maksudnya uraian yang
berkunci, yaitu menarik kesimpulan dari kenyataan yang umum atas hal yang
khusus. Ia membedakan pengetahuan ilmiah dan pengertian tentang kebenaran
daripada pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman. Ia
membagi logika ke dalam tiga bagian, yaitu: mempertimbangkan, menarik
kesimpulan dan membuktikan atau menerangkan pengertian yang ada itu dibagi ke
dalam sepuluh macam, yaitu: barang, jumlah, sifat, hubungan, tempat, waktu,
sikap, keadaan, kerja dan menderita.
Metafisika
Aristoteles berpusat pada persoalan barang dan bentuk. Bentuk dikemukakannya
sebagai pengganti pengertian ide Plato yang ditolaknya. Barang adalah sesuatu
yang dapat mempunyai bentuk ini dan itu. Dengan bentuk pikiran seperti itu
Aristoteles dapat menyelesaikan masalah yang pokok dalam filosofi teoritika
Grek, yaitu memikirkan adanya begitu rupa, sehingga dari adanya dapat
diterangkan proses menjadi dan terjadi.
Menurut
Aristoteles alam ada untuk selama-lamanya. Ini kelanjutan dari pendapatnya
bahwa waktu tidak berhingga.
Etika
Aristoteles pada dasarnya serupa dengan etika Socrates dan Plato tujuannya
mencapai eudaemonie, yaitu kebahagiaan sebagai bahan tertinggi dalam
penghidupan. Oleh karena itu tugas dari etika adalah mendidik kemauan manusia
untuk memiliki sifat yang pantas dalam segala perbuatan. Budi pikiran, seperti
kebijaksanaan, kecerdasan dan pendapat yang sehat diutamakan oleh Aristoteles
dari budi perangai seperti keberania, kesederhanaan, pemurah hati serta yang
lainnya.
Mengenai
kenegaraannya, Aristoteles sependapat dengan Plato bahwa tabiat manusia yang
berlomba-lomba mengejar keuntungan yang jauh lebih besar dari keperluan
sehari-hari patut dicela. Ia menentang penumpukkan kapital. Ia mengemukakan
bentuk tata-negara, yaitu: Monarki atau basilia, aristokrasi, dan politia. Walaupun
demikian ia memandang demokrasi lebih rendah dari aristokrasi sebab dalam
demokrasi keahlian diganti dengan jumlah.
KESIMPULAN
Dari
paparan di atas, terlihat bahwa dari berbagai pemikira filsafat yang muncul
dari mulai Filsafat Pra Socrates sampai Filsafat Klasik zaman Socrates, dapat
digolongkan ke dalam tiga pemikiran yaitu: ada yang mengedepankan mitos-mitos,
ada yang mengedepankan logika serta ada yang mengedepankan kedua-duanya;
maksudnya mitos-mitos dipahami dengan rasio tanpa adannya pertentanngan di
antara keduanya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Hanafi.
1996 Pengantar Filsafat
Islam, Bulan Bintang: Jakarta.
Ahmad Tafsir.
2001 Alam
Pikiran Yuanani, Remaja Rosdakarya: Bandung.
Haarun
Nasution.
1991 Failsafat Agama, Bulan Bintang: Jakarta.
Mohammad
Hatt.
1986 Alam Pikiran Yunani, UI Press, Tinta Mas: Jakarta.
Robert C. Solmon dan Katlen M. Higgins.
2002 Sejarah
Filsafat (Terjemahan dari Short History of
Philosofy oleh Saut Pasaribu), Yayasan Bentang Budaya: Jogjakarta.
0 komentar:
Posting Komentar