Epistimologi
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن
الرحيم
Segala puji hanya milik Allah. Dia-lah yang
telah menganugerahkan ilmu sebagai petunjuk bagi manusia. Sholawat dan
salam semoga tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga,
dan sahabatnya. Semoga setiap
tetes peluh kita menjadi amal yang bernilai pahala.
Makalah
ini berisikan tentang materi Filsafat Ilmu yang
membahas tentang “Epistimologi”.
Penulis
ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, baik secara materi maupun non
materi, langsung maupun tidak
langsung.
Penulis
pun menyadari makalah yang penulis susun jauh dari kata
sempurna seperti ciptaan
Sang Kholiq, yang
telah menciptakan alam semesta ini tanpa kesalahan sedikitpun. Oleh
karena itu, penulis memohon maaf
atas kesalahan yang terdapat dalam penyusunan makalah ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi
kebaikan makalah ini selanjutnya. Adapun harapan penulis, semoga makalah
ini dapat dimanfaatkan di masa
yang akan datang. Amien.
Bandung, Februari 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jika mempelajari filsafat
ilmu, kita pasti menjumpai istilah “Epistemologi”. Yang merupakan salah satu
cabang ilmu filsafat. Dan karena Filsafat ilmu merupakan bagian dari
epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu
(pengetahuan ilmiah). Epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan
tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan,
batas-batas dan metode, dan kesahihan pengetahuan. sehingga dalam kesempatan
kali ini akan dibahas lebih lanjut mengenai sumber-sumber epistemologi. Manusia
pada dasarnya adalah makhluk pencari kebenaran. Manusia tidak pernah puas
dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari dan mencari kebenaran yang
sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk mendapatkan jawaban. Namun setiap jawaban-jawaban
tersebut juga selalu memuaskan manusia. Ia harus mengujinya dengan metode
tertentu untuk mengukur apakah yang dimaksud disini bukanlah kebenaran
yang bersifat semu, tetapi kebenaran yang bersifat ilmiah yaitu kebenaran yang
bisa diukur dengan cara-cara ilmiah.
Perkembangan
pengetahuan yang semakin pesat sekarang ini, tidaklah menjadikan manusia
berhenti untuk mencari kebenaran. Justru sebaliknya, semakin menggiatkan
manusia untuk terus mencari dan mencari kebenaran yang berlandaskan teori-teori
yang sudah ada sebelumnya untuk menguji sesuatu teori baru atau menggugurkan
teori sebelumnya. Sehingga manusia sekarang lebih giat lagi melakukan
penelitian-penelitian yang bersifat ilmiah untuk mencari solusi dari setiap
permasalahan yang dihadapinya. Karena itu bersifat statis, tidak kaku,
artinya ia tidak akan berhenti pada satu titik, tapi akan terus berlangsung
seiring dengan waktu manusia dalam memenuhi rasa keingintahuannya terhadap
dunianya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan ruang lingkup epistemologi ?
2. Apa objek dan tujuan epistemologi?
3. Apa yang menjadi landasan atau metode epistemologi serta pengaruhnya
dalam
kehidupan ilmiah ?
C. Tujuan masalah
1.
untuk mengetahui dan memahami pengertian dan ruang lingkup epistemologi.
2.
untuk mengetahui dan memahami Apa objek dan tujuan epistemologi.
3. untuk mengetahui dan
memahami Apa yang menjadi landasan atau metode
epistemologi serta pengaruhnya dalam kehidupan ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan ruang lingkup Epistemologi
Epistomologi atau teori
pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup
pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta
pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Secara linguistik kata
“Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu: kata “Episteme” dengan
arti pengetahuan dan kata “Logos” berarti teori, uraian, atau alasan.
Epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan yang dalam
bahasa Inggris dipergunakan istilah theory of knowledge. Istilah
epistemologi secara etimologis diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar
dan dalam bahasa Indonesia disebut filsafat pengetahuan. Secara terminologi
epistemologi adalah teori mengenai hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu filsafat
tentang pengetahuan.
Masalah utama dari
epistemologi adalah bagaimana cara memperoleh pengetahuan, Sebenarnya seseorang
baru dapat dikatakan berpengetahuan apabila telah sanggup menjawab pertanyaan-pertanyaan
epistemologi artinya pertanyaan epistemologi dapat menggambarkan manusia
mencintai pengetahuan. Hal ini menyebabkan eksistensi epistemologi sangat urgen
untuk menggambar manusia berpengetahuan yaitu dengan jalan menjawab dan
menyelesaikan masalah-masalah yang dipertanyakan dalam epistemologi. Makna
pengetahuan dalam epistemologi adalah nilai tahu manusia tentang sesuatu
sehingga ia dapat membedakan antara satu ilmu dengan ilmu yang
lainnya.
B. Objek danTujuan Epistemologi
Kehidupan masyarakat
sehari-hari, tidak jarang pemahaman objek disamakan dengan tujuan, sehingga
pengertiannya menjadi rancu bahkan kabur. Jika diamati secara cermat,
sebenarnya objek tidak sama dengan tujuan. Objek sama dengan sasaran sedangkan
tujuan hampir sama dengan harapan. Meskipun berbeda, tetapi antara objek
dan tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan, sebab objeklah yang
mengantarkan tercapainya tujuan.
Sebagai sub sistem
filsafat, epistemologi atau teori pengetahuan yang untuk pertama kali digagas
oleh Plato ini memiliki objek tertentu. Objek epistemologi ini menurut Jujun S.
Suriasuamantri berupa “ segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh
pengetahuan.” Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang mejadi sasaran
teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan,
sebab sasaran itu merupakan suatu tahap perantara yang harus dilalui dalam
mewujudkan tujan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir,
sebaliknya tanpa suatu tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali.
Selanjutnya, apakah
yang menjadi tujuan epistemologi tersebut? Jacques Martain mengatakan, “ tujuan
epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan, apakah saya
dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat
tahu.”hal ini menunjukkan, bahwa tujuan epistemologi bukan untuk memperoleh
pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi
pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah hal lebih penting dari itu,
yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan.
Rumusan tujuan
epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam dinamika pengetuhuan. Rumusan
tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa jangan sampai kita puas dengan
sekedar memperoleh pengetahuan, tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk
memperoleh pengetahuan, sebab keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap
pasif, sedangkan cara memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis.
C. Landasan Epistemologi
Landasan epistemologi
ilmu disebut metode ilmiah, yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun
pengetahuan yang benar. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan
pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan
yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah,
sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu
pengetahuan bisa disebut ilmu yakni tercantum dalam metode ilmiah.
Metode ilmiah berperan
dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan.
Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan sangat bergantung pada
metode ilmiah. Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar
pengetahuan, yaitu rasio dan fakta secara integratif. Pengetahuan yang
diperoleh oleh manusia melalui akal, indera mempunyai metode tersendiri dalam
teori pengetahuan,diantaranya adalah:
1. Metode induktif
Induksi
merupakan suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi
disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Menurut David Hume
(1711-1716), pernyataan yang berdasarkan observasi tunggal betapa pun besar
jumlahnya, secara logis tak dapat menghasilkan suatu pernyataan umum yang tak
terbatas.
2. Metode Deduktif
Deduksi
merupakan suatu metode yang menyimpulkan
bahwa data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang
runtut. Hal-hal yang harus ada dalam metode deduktif ialah adanya perbandingan
logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri.
3. Metode Positivisme
Metode
ini dikeluarkan oleh August Comte (1798-1857). Metode ini berpangkal dari apa
yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Ia menyampaikan segala uraian
atau persoalan di luar yang ada sebagai fakta.
Menurut
Comte perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga tahap yaitu
teologis, metofisis, dan positif.
4 Metode Kontemplatif
Metode
ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh
pengetahuan sehingga objek yang dihasilkan pun berbeda-beda harusnya
dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi.
5 Metode Dialektis
Merupakan
metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat.
D. Pengaruh Epistemologi
Sebagai teori pengetahuan
ilmiah, epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur
yang ditempuh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan harus berkembang terus,
sehingga tidak jarang temuan ilmu pengetahuan ditentang atau disempurnakan oleh
temuan ilmu pengetahuan yang kemudian.
Epistemologi juga
membekali daya kritik yang tinggi terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang
ada. Penguasaan epistemologi, terutama cara-cara memperoleh pengetahuan sangat
membantu seseorang dalam melakuakan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran
yang diajukan orang lain maupun dirinya sendirinya. Sehingga perkembangan ilmu
pengetahuan relatig mudah dicapai, bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya.
Secara global
epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu peradaban sudah
tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya. Epistemologilah yang menentukan
kemajuan sains dan teknologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan alat
strategis dalam merekayasa pegembangan alam menjadi sebuah produk sains yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Demikian halnya yang terjadi pada teknologi
meskipun teknologi sebagai penerapan sains, tetapi jika dilacak lebih jauh
ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan
epistemologi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Epistemologi secara
etimologis diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar dan dalam bahasa
Indonesia disebut filsafat pengetahuan. Secara terminologi epistemologi adalah
teori mengenai hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu filsafat tentang pengetahuan.
Objek epistemologi ini
menurut Jujun S. Suriasuamantri berupa “ segenap proses yang terlibat dalam
usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.” Selanjutnya, apakah yang menjadi
tujuan epistemologi tersebut? Jacques Martain mengatakan, “ tujuan epistemologi
bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu,
tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahu.”
Metode ilmiah berperan
dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan.
Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan sangat bergantung pada
metode ilmiah. Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar
pengetahuan, yaitu rasio dan fakta secara integratif.
Sebagai teori
pengetahuan ilmiah, epistemologi berfungsi dan bertugas menganalisis secara
kritis prosedur yang ditempuh ilmu pengetahuan. Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi
terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
2008 Ilmu Filsafat Suatu
Pengantar, Bumi Aksara. Jakarta.
1990 Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Mujammil Qomar.
2005 Epistemologi Pendidikan Islam: dari metode rasional hingga metode kritik, Erlangga. Jakarta
Theory,
Perspectives, and Practice. Teachers College. NewYork.
Cognition.
DC:
American Psychological Association. Washintong.
Paul
Suparno.
1997 Filsafat
Konstruktivisme dalam Pendidikan, Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Vygotsky, L.S.
Vygotsky, L.S.
1978 Mind
in Society. Harvard University Press. Cambridge.
0 komentar:
Posting Komentar