KATA PENGATAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena dengan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan
penulisan buku ini adalah untuk menambah pengetahuan kepada pembaca tentang “Psikologi Kepribadian”
Buku ini
berisi beberapa informasi tentang “Psikologi Kepribadian” yang kami harapkan
dapat memberikan informasi kepada para pembaca tentang Psikologi Kepribadian
tersebut
Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan buku ini untuk kehidupan yang
akan datang.
Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Kepribadian sesuatu yang
selalu menarik perhatian banyak pihak, sepanjang masa. Oleh karena itu semua
orang memiliki sisi kepribadian yang menarik, akan tetapi tidak semua orang
mampu mengeksplorasinya untuk mencapai keberhasilan. Dalam pergaulan masyarakat
manusia, kepribadian merupakan sesuatu yang amat esensial. Kepribadian akan
mewarnai setiap intraksi sosial. Begitu menariknya, kepribadian dibahas dalam
berbagai buku, diseminarkan, diajarkan di sekolah-sekolah. Bahkan ada yang
mendirikan lembaga yang khusus untuk mengembangkan kepribadian.
Dalam konteks akademis,
kepribadian menjadi salah satu kajian dalam bidang psikologi, yang lahir dari pemikiran
para ahli. Lalu muncullah teori kepribadian. Kajian yang objeknya manusia ini
akan menjawab pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana kepribadian itu
terbentukl.
Dalam terminologi islam
kepribadian dapat disebut dengan akhlak. Begitu mulianya orang yang mempunyai
kepribadian yang baik atau berakhlak terfuji, hingga Tuhan pun mengutus Nabi
Muhammad Saw dengan misi menyempurnakan akhlak manusia, sebagai mana di
sabdakan Nabi Saw:
“Innama bu’tstu li utammima
makaarima-l akhlaaqi” (Sesungguhnya
aku diutus untuk menyempurnakan akhlak)
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Menurut asal katanya,
psikologi berasal dari kata-kata Yunani: psyche yang berarti jiwa, dan logos
yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Sejak
lahirnya ilmu psikologi pada akhir abad 18, kepribadian selalu menjadi salah
satu topik bahasan yang penting. Psokologi lahir sebagai ilmu yang berusaha
memahami manusia seutuhnya, yang dapat dilakukan melalui pemahaman tentang
kepribadian.
Akan tetapi pengertian atau
definisi psikologi menurut beberapa sarjana psikologi modern yaitu:
1. Clifford T. Morgan: “Psikologi adalah ilmu yang memperlajari
tingkah laku manusia dan hewan.”
2. Edwin G. Boring
dan Herbert S. Langfeld:
“psikologi adalah studi tentang hakikat manusia”
3. Garden Murphy: ”Psikologi adalah ilmu yang mempelajari
respons yang diberikan oleh mahkluk hidup terhadap lingkungannya”.
Dapat disimpulkan definisi
psikologi yang dikemukakan oleh para sarjana psikologi modern yaitu “Psikologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan
dengan lingkungannya.”
Kepribadian (personality)
merupakan salah satu kajian psikologi yang lahir berdasarkan pemikiran, kajian
atau temuan-temuan (hasil praktik penanganan kasus) para ahli. Objek kajian
kepribadian adalah “human behaviour”, perilaku manusia, yang pembahasannya terkait
dengan apa, mengapa, dan bagaimana perilaku tersebut.
Adapun kepribadian merupakan
terjemahan dari bahasa Inggris personality. Kata personality sendiri berasal
dari bahasa latin persona yang berarti topeng yang digunakan oleh para aktor
dalam suatu permainan atau pertunjukan. Disini para aktor menampilkan dirinya
sesuai dengan topeng yang digunakannya.
Dalam kehidupan sehari-hari,
kata kepribadian digunakan untuk menggambarkan: (1) identitas diri, jati diri
seseorang seperti “saya seorang yang terbuka” atau “saya seorang yang pendiam,”
(2) kesan umum seseorang tentang diri seseorang tentang diri anda atau orang
lain, seperti “Dia agresif” atau “Dia jujur,” dan (3) fungsi-fungsi kepribadian
yang sehat atau bermasalah, seperti “ Dia baik” atau “dia pendendam”.
Untuk memperoleh pemahaman
tentang kepribadian ini, berikut di kemukakan beberapa pengertian dari para ahli:
1. Hall dan Lindzey mengemukakan bahwa
secara populer, kepribadian dapat diartikan sebagai: (1) keterampilan atau
kecakapan sosial (social skill), dan (2) kesan yang paling menonjol,
yang ditunjukan seseorang terhadap orang lain (seperti seseorang yang
dikesankan sebagai orang yang agresif atau pendiam).
2. Woodworth mengemukakan bahwa kepribadian merupakan
“kualitas tingkah laku total individu”.
3. Dashiel mengartikan sebagai “gambara total
seseorang tentang tingkah laku individu yang terorganisasi”.
4. Allport mengemukakan pendapatnya tentang
pengertian kepribadian ini, yaitu “personality is the dynamic organization
within the individual of those psychophsical systems that determine his unique
adjustment to his evironment”. (kepribadian merupakan organisasi yang
dinamis dalam diri individu tentang sistem psikofisik/jiwa raga yang menentukan
penyesuainnya yang unik terhadap lingkungannya)
Pengertian tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Dynamic, merujuk kepada perubahan kualitas
perilaku individu, dari waktu ke waktu, atau dari situasi ke situasi.
2. Organization, yang menekankan pemolaan bagian-bagian
struktur kepribadian yang independen, yang masing-masing bagian tersebut
mempunyai hubungan khusus satu sama lainnya. Ini mengartikan bahwa kiepribadian
itu adanya keterkaitan antara sifa-sifat tersebut, yang satu sama lainnya
saling berhubungan atau berinterelasi.
3. Psychophysical
System, yang terdiri dari
atas kebiasaan, sikap, emosi, sentiment, motif, keyakinan, yang kesemuaannya
merupakan aspek psikis, juga mempunyai dasar fisik dalam diri individu,
seperti: syaraf, kelenjar, atau tubuh individu secara keseluruhan.
4. Determine, yang menunjukan peranan motivasional
sistem psikofisik. Dalam diri individu, sistem ini mendasari kegiatan-kegiatan
yang khas, dan mempengaruhi bentuk-bentuknya.
5. Unique, yang merujuk pada keunikan atau
keragaman tingkah laku individu sebagai ekspresi dari pola sistem psikofisiknya.
B. Hakikat
Kepribadian
1.
Makna Kepribadian
Mengenai
makna kepribadian yang dikemukakan oleh Raymond Cattell seorang peneliti
kepribadian dari inggris, bahwa ia menggagap upaya untuk mendefinisikan
kepribadian secara rinci harus menunggu spesifikasi yang penuh dengan
konsep-konsep pada saat seorang teoretis merencanakan untuk menggunakan
konsepnya dalam studinya mengenai tingkah laku. Dia mengemukakan definisi
keprbadian secara umum, yaitu: ”Personality is that which permits a
prediction of what a person will do in a given situation”(kepribadian
merupakan suatu yang prediktif tentang apa yang akan dilakukan oleh
individudalam situasi tertentu)
Berdasarkan
definisi tersebut, Cattell berpendapat bahwa tujuan penelitian psikologi
mengenai kepribadian adalah menetapkan hukum-hukum mengenai apa yang akan
dilakukan orang dalam berbagai situasi. Jadi kepribadian adalah persoalan
mengenai segala aktivitas individu, baik yang tampak maupun yang tidak tampak.
Dengan
demikian jelaslah, bahwa penekanan Cattell dalam mempelajari kepribadian
meliputi “all behaviour” (segala tingkah laku). Implikasi dari pendapat
ini, bahwa pengertian tentang bagian-bagian kecil dari tingkah laku hanya dapat
dimengerti secara sempurna, bila dilihat dalam kerangka kerja yang lebih luas
dalam fungsi organisme secara lengkap.
2. Traits
Raymond
Cattel memandang
kepribadian sebagai suatu struktur traits yang beragam dan kompleks, dengan motivasinya
(unsur pendorong) yang disebut “dynamic traits”. Konsep dia mengenai
trait ini bermacam-macam, seperti specification equation, dan dynamic
lattice.
Traits merupakan konsep yang paling penting
dalam pendapat Cattell. Sebenarnya konsep-konsep yang lan di pandang
sebagai bentuk-bentuk khusus dari traits.
Cattell berpendapat, bahwa traits
merupakan “mental structure”, yaitu kesimpulan yang diambil dari tingkah
laku yang dapat diamati, untuk menunjukan keajegan dan ketetapan dalam tingkah
laku itu[1].
Traits ini berfungsi untuk mengintegrasikan
kebiasaan, sikap, dan keterampilan kepada pola-pola berpikir, merasa, dan
bertindak. Sementara konsep diri berfungsi untuk mengintegrasikan
kapasitas-kapasitas psikologis dan prakarsa-prakarsa kegiatan.
Traits dapat diartikan sebagai aspek atau
dimensi kepribadian yang terkait dengan karakteristik respon atau reaksi
seseorang yang relatif konsisten (ajeg) dalam rangka menyesuaikan
dirinya secara khas. Diartikan juga sebagai kecenderungan yang dipelajari untuk
mereaksi rangsangan dari lingkungan.
Deskripsi
di atas menggambarkan bahwa traits merupakan kecenderungan-kecenderungan yang
dipelajari untuk (a) mengevaluasi situasi dan (b) mereaksi situasi dengan
cara-cara tertentu.
3.
Karakteristik Traits
Setiap traits
mempunyai tiga karakteristik: (a) uniqueness, kekhasan dalam berprilaku,
(b) likebleness, yaitu bahwa traits itu ada yang disenangi (liked)
dan ada yang tidak disenangi (unliked), sebab traits itu
berkontribusi kepada keharmonisan atau tidak keharmonisan, kepuasan atau
ketidakpuasan orang yang mempunyai traits tersebut. Traits yang
disenangi seperti; jujur, murah hati dan bertanggung jawab. Sementara yang
tidak disenangi seperti; egois, tidak sopan, dan kejam/ bengis. Sikap seseorang
terhadap traits ini merupakan ini berrasal dari lingkungan sosialnya;
dan (c) consistensy, artinya seseorang itu diharapkan dapat berprilaku
atau bertindak secara ajeg.
Sama
halnya dengan “self-concept”, “traits” pun dalam perkembangannya
dipengaruhi oleh faktor hereditas dan belajar. Faktor yang paling mempengruhi
adalah (a) Pola asuh orang tua, dan (b) imitasi anak terhadap orang yang
menjadi idolanya. Beberapa traits dipelajari secara “trial and
error”, artinya belajar anak lebih bersifat kebetulan, seperti prilaku
agresif dalam mereaksi frustasi. Contohnya: anak menangis sambil memecahkan vas
bunga, gara-gara tidak dibelikan mainan yang diinginkannya. Apabila dengan
buatan agresif itu, orang tua akhirnya membelikan mainan yang diinginkan anak,
maka anak cenderung akan mengulangi perbuatan tersebut.
Anak juga belajar (memahami) bahwa traits atau
sifat-sifat (karakteristik) dasar tertentu sangat dihargai (dijungjung tinggi)
oleh semua kelompok budaya secara univesal, seperti; Kejujuran, resfek terhadap
hak-hak orang lain, dan sikap apresiatif.
C. KARAKTERISTIK
KEPRIBADIAN
Menurut Alexander
A. Schneiders (1964), salah satu kata kunci dari definisi kepribadian
adalah “penyesuaian (adjusment)”. Penyesuaian itu dapat diartikan
sebagai:”suatu respon individu, baik yang bersifat behavioral maupun mental
dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, tegangan emosional,
frustasi dan konfli; dan memelihara keharmonisan antara pemenuhan kebutuhan
tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan”.
Dalam
upaya memenuhi kebutuhan atau meemcahkan masalah yang di hadapi, ternyata tidak
semua individu mampu menampilkannya secara wajar, normal atau sehat (well
adjusment); di antara mereka banyak juga yang mengalaminya secara tidak
sehat (maladjusment). Upaya ini E.B. Hurlock (1986) mengemukakn
karakteristik penyesuaian sehat dan tidak sehat yang di tandai dengan.
1. Mampu menilai diri
secara realistik.
Setiap
individu yang kepribadiannya sehat mampu menilai diri apa adanya, baik
kelebihan maupun kelemahannya, menyangkut fisik dan kemampuannya.
2. Mampu menilai situasi
secara realistik.
Individu
dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara
realistik dan mau menerimanya secara wajar. Artinya dia mengharapkan kondisi
kehidupan itu sebagai suatu yang harus sempurna.
3. Mampu menilai
prestasi yang diperoleh secara realistik.
Individu
dapat menilai prestasi (hasil yang diperolehnya) secara realistik dan
mereaksinya secara rasional. Artinya ketika seseorang memperoleh prestasi yang
tinggi atau kesuksesan dalam hidupnya, dia tidak sombong, angkuh atau mengalami
“superiority complex”
4. Menerima tanggung
jawab.
Individu
yang sehat adalah individu yang bertanggung jawab, artinya dia mempunyaii
keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupannya.
5. Kemandirian (autonomy)
Individu
memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir dan bertindak, mampu mengambil
keputusan, mengarahkan, dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan
norma yang berlaku di lingkungannya.
6. Dapat mengontrol
emosi
Individu
merasa nyaman dengan emosinya. Dia dapat mengahadapi situasi frustasi, depresi
atau stres secara positif atau konstruktif, tidak destruktif
7. Penerimaan sosial
Individu
dinilai positif oleh orang lain, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan
memiliki interaksi yang baik dengan orang lain.
8. Memiliki filsafat
hidup
Dia
mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan
agama yang dianutnya.
Adapun
kepribadian yang tidak sehat ditandai dengan karakteristik seperti berikut:
1. Mudah marah
(tersinggung)
2. Menunjukan
kekhawatiran dan kecemasan
3. Sering merasa
tertekan (stress atau depresi)
4. Bersikap kejam
5. Ketidakmampuan untuk
menghindar dari prilaku menyimpang
6. Mempunyai kebiasan
berbohong
7. Hiperaktif
8. Senang mengkritik
atau menvemooh orang lain
9. Sulit tidur
10. Kurang memiliki rasa
tanggung jawab
11. Bersifat pesimis
dalam menghadapi kehidupan
12. Sering mengalami
pusing kepala
13. Kurang bergairah
dalam menjalani kehidupan
D. Jenis Kepribadian
Sekalipun
kepribadian itu unik, yaittu berbeda pada tiap-tiap orang, tetapi ada
sarjana-sarjana yang tetap berusaha mengolongkan kepribadian dalam beberapa
jenis. Usaha ini adalah usaha yang sukar sekali, karena itu penggolongan yang
mereka buat hanya dapat didasarkan pada satu atau dua aspek saja dari
keseluruhan kepribadian. Beberapa diantara penggolongan kepribadian itu akan
diuraikan di bawah ini.
1. Penggolongan menurut
Kretschermer
Kretschmer (1888-1964) mendasarkan penggolongannya
pada ciri-ciri fisik dan berorientasi kepada penyakit-penyakit kejiawan:
a. Jenis Asthenis:
bertubuh kurus, jangkung, mempunyai tempramen yang mirip dengan penderita
skizofrenia.
b. Jenis Atletis:
bertubuh tegap, seperti olahragawan, mempunyai tempramen yang mirip dengan
penderita epilepsi.
c. Jenis Piknis:
gemuk, pendek, mempunyai temprament mirip dengan penderita manis-depresif.
d. Jenis Displatis:
yang tidak termasuk ketiga jenis lainnya.
2. Penggolongan
kepribadian Yunani Kuno
Hiprocrates (460-375 SM) berpendapat bahwa
kepribadian seseorang dipengaruhi oleh proses-proses faali dalam tubuh,
terutama oleh bekerjanya cairan-cairan dalam tubuh:
a. Jenis Sanguinin:
sangat, periang, dipengaruhi sebagian besar oleh darah.
b. Jenis Fregmatik:
lamban, tak bersemangat, yang paling berpengaruh adalah kelenjar lidah.
c. Jenis Melankolik:
sedih, murung, banyak dipengaruhi oleh empedu hitam.
d. Jenis Kholerik:
pemarah, cepat bereaksi, banyak dipengaruhi oleh empedu kuning.
Pada zaman
modern ini, teori penggolongan seperti ini masih ada, yaitudengan berdasarkan
proses-proses kimiawi dalm tubuh dan keseimbangan antar kelenjar-kelenjar.
3. Penggolongan
kepribadian menurut Carl G. Jung
Sarjana
dari Swiss in (1875-1961) mendasarkan penggolongannya pada tingkah laku atau
karakteristik yang psikologis:
a.
Jenis Introver: dalam keadaan emosional
atau konflik orang dengan kepribadian ini cenderung untuk menarik diri dam
menyendiri. Ia pemalu dan lebih suka bekerja sendiri di laboratorium atau
perpustakaan dari pada bekerja di tengah-tengah orang banyak.
b.
Jenis Ekstrover: orang dengan kepribadian
ini kalau merasa tertekan akan menggabungkan diri di antaraorang banyak
sehingga individualitasnya berkurang. Ia pemarah dan memilihj pekerjan-pekerjaan
seperti pedagang, pekerja sosial, jurubicara, dan semacamnya, yaitu pekerjaan
yang melibatkan orang-orang.
c.
Jenis Ambiver: yaitu orang-orang yang tidak
termasuk introver maupun ekstrover. Ciri kepribadiannya merupakan
campuran dari kedua jenis tersebut.
E. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perubahan Kepribadian
Meskipun
kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun kenyataan sering ditemukan
adanya perubahan kepribadian. Perubahan itu terjadi dipengaruhi oleh faktor
gangguan fisik dan lingkungan.
Faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya perubahan kepribadian di antaranya sebagai berikut.
1. Faktor fisik,
seperti; gangguan otak, kurang gizi ( mal nutrisi), mengkonsumsi obat-obat
terlarang (NAFZA atau NARKOBA), minuman keras, dan gangguan organik (sakit atau
kecelakaan).
2. Faktor lingkingan
sosial budaya, seperti: krisis politik, ekonomi, dan keamanan yang menyebabkan
terjadinya masalah pribadi (stres, depresi) dan masalah sosial (pengangguran,
premanisme, dan kriminalitas).
3. Faktor diri sendiri,
seperti: tekanan emosiaonal (frustasi yang berkepanjangan), dan indentifikasi
atau imitasi terhadap orang lain yang berkepribadian menyimpang.
Sedangkan Roy Newton
mengemukakan dalam bukunya[2]
bahwa perubahan-perubahan kepribadian dapat muncul melalui bragam sebab.
Berikut beberapa yang paling umum.
1. Kecelakaan dapat
mengacukan keseimbangan kelenjar idividu dan mengakibatkanperubahan-perubahan
dalam ukuran tubuh, suara, pertumbuhan rambut, kesiagaan mental, dan lain-lain.
Kekacawan fisiologi semacam itu benar-benar mengubah temperamen dan
kepribadian.
Seorang gadis kampus yang cantik dan populer mengalami kecelakaan mobil
yang merusak wajahnya. Padahal sebelumnya dia telah, baik di SMU maupun kampus,
aktif pada banyak kegiatan sosial dan atletik, tetapi kini di menjadi begitu
sensitif dengan wajah-nya sehingga dia meninggalkan bangku kuliah dan tetap
berada di rumah pada sebagian besar waktunya. Dengan demikian seluruh pola
kehidupannya bebar-benar berubah.
2. Perubahan kepribadian
mungkin terjadi akibat dari perubahan lingkungan yang amat drastis. Seseorang
mungkin pindah atau dipindahkan ke dalam lingkungan yang berbeda, atau
lingkungan lamanya mengalami perubahan-perubahan yang mengejutkan. Anak-anak
yang dipingit dari panti asuhandi bawah rata-rata dan diadopsi oleh keluarga
kelas atas, sebagai contoh, akan mengelamai perubahan-perubahan kepribadian
yang mencengangkan. Anak-anak ini dengan tidak sengaja mengubah diri, perubahan
itu berangsur-angsur terjadi melalui tipe lingkungan yang lebih baik. Dalam
kadar yang lebih rendah, orang dewasa akan berubah tanpa sadar dalam
kepribadian ketika mereka berpindah ke tempat baru dan berbeda.
Apabila kita lebih dahulu mengetahui kalau lingkungan kita akan
mempengaruhi kepribadian kita dalam kadar yang mencolok, maka hanyalah akal sehat,
ketika memungkinkan, untuk memilih lingkungan yang akan mengembangkan
sifat-sifat yang diinginkan.
3. Krisis emosional
bertanggung jawab atas beberapa ksus berubahnya kepribadian. Suatu jalinan
asmara yang tidak bahagia dapat menyebabkan seseorang menjadi muak terhadap
manusi, sedangkan jalinan asmara yang bahgia dapat meluluhkan dan mereformasi
individu yang liar dan memberontak.
Koversai agama, dalam bentuk beribu-ribu contoh, telah mengubah individu
begitu radikalnya sehingga mereka hampir tidak dapat dikenal lagi sama orang
lain dan teman-temannya, contoh dalam buku Twice-Born Man memberikan
banyak contoh bagaimana kehidupan bebar-benar di tata ulang melaalui konversi
agama. Individu yang pole kepribadiannya adalah seorang pemabuk, mencuri, dan
bandit telah, melalui pengaruh pengalaman religius yang dalam, berubah
seutuhnya menjadi pola kepribadian yang penuh ketenangan, kejujuran dan
kebijaksanaan.
4. Kedewasaan norma masi
dapat menjelaskan contoh-contoh lain perubahan kepribadian. Sebagian besar anak
laki-laki mengalami perubahan kepribadian yang amat diamati dan kadang-kadang
menghawatirkan ketiaka mereka mulai dewasa secara fisiologis, dan wanita juga
seperti itu.
Selagi orang tumbuh lebih tua , merekasecara khas tumbuh lebih konsevatif;
sebagian dari perubahan kepribadian tertentu yang agak mencolok.
5. Perubahan-perubahan
kepribadian kadang-kadang merupakan perubahan oleh individu itu sendiri.
Terhadap perubahan kepribadian.
Sang individu merasakan perlunya peningkatan diri, mengalami dorongan kuat
untuk meningkatkan diri, mengumpulkan data-data mengenai titik-titik kuat dan
lemahnya, dan terakhir melaksanakan rencana sistematis ini, apabila
dilaksanakan sungguh-sungguh dalam waktu yang cukup panjang, tidak dapat
dipungkiri akan membimbing menuju peningkatan kepribadian.
Menurut
Sugmund Freud Perubahan dalam kepribadian tidak bisa
terjadi secara spontan, tetapi merupakan hasil pengamatan, pengalaman, tekanan
dari lingkungan sosial budaya, rentang usia dan faktor-faktor dari individu:
1.
Pengalaman Awal
Sigmund Freud menekankan
tentang pentingnya pengalaman awal (masa kanak kanak) dalam perkembangan
kepribadian. Trauma kelahiran, pemisahan dari ibu adalah pengalaman yang sulit
dihapus dari ingatan.
2.
Pengaruh Budaya
Dalam menerima budaya
anak mengalami tekanan untuk mengembangkan pola kepribadian yang sesuai dengan
standar yang ditentukan budayanya.
3.
Kondisi Fisik
Kondisi fisik berpengaruh
langsung dan tidak langsung terhadap kepribadian seseorang. Kondisi tubuh
meentukan apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan
seseorang. Secara tidak langsung seseorang akan merasakan tentang tubuhnya yang
juga dipengaruhi oleh perasaan orang lain terhadap tubuhnya. Kondisi fisik yang
mempengaruhi kepribadian antara lain adalah kelelahan, malnutrisi, gangguan
fisik, penyakit menahun, dan gangguan kelenjar endokrin ke kelenjar tiroid
(membuat gelisah, pemarah, hiperaktif, depresi, tidak puas, curiga, dan
sebagainya).
4.
Daya Tarik
Orang yang dinilai oleh
lingkungannya menarik biasanya memiliki lebih banyak karakteristik kepribadian
yang diinginkan dari pada orang yang dinilai kurang menarik, dan bagi mereka
yang memiliki karakteristik menarik akan memperkuat sikap sosial yang
menguntungkan.
5.
Inteligensi
Perhatian lebih terhadap
anak yang pandai dapat menjadikan ia sombong, dan anak yang kurang pandai
merasa bodoh. Apabila berdekatan dengan orang yang pandai tersebut, dan tidak
jarang memberikan perlakuan yang kurang baik.
6.
Emosi
Ledakan emosional tanpa
sebab yang tinggi dinali sebagai orang yang tidak matang. Penekanan ekspresi
emosional membuat seseorang murung dan cenderung kasar, tidak mau bekerja sama
dan sibuk sendiri.
7.
Nama
Walaupun hanya sekedar
nama, tetapi memiliki sedikit pengaruh terhadap konsep diri, namun pengaruh itu
hanya terasa apabila anak menyadari bagaimana nama itu mempengaruhi orang yang
berarti dalam hidupnya. Nama yang dipakai memanggil ,mereka (karena nama itu
mempunyai asosiasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam pikiran
orang lain) akan mewarnai penilainya orang terhadap dirinya.
8.
Keberhasilan dan Kegagalan
Keberhasilan dan
kegagalan akan mempengaruhi konsep diri, kegagalan dapat merusak konsep diri,
sedangkan keberhasilan akan menunjang konsep diri itu.
9.
Penerimaan Sosial
Anak yang diterima dalam
kelompok sosialnya dapat mengembangkan rasa percaya diri dan kepandaiannya.
Sebaliknya anak yang tidak diterima dalam lingkungan sosialnya akan membenci
orang lain, cemberut, dan mudah tersinggung.
10.
Pengaruh Keluarga
Pengaruh keluarga sangat
mempengaruhi kepribadian anak, sebab waktu terbanyak anak adalah keluarga dan
di dalam keluarga itulah diletakkan sendi sendi dasar kepribadian.
11.
Perubahan Fisik
Perubahan kepribadian
dapat disebabkan oleh adanya perubahan kematangan fisik yang mengarah kepada
perbaikan kepribadian. Akan tetapi, perubahan fisik yang mengarah pada
klimakterium dengan meningkatnya usia dianggap sebagai suatu kemunduran
menuju ke arah yang lebih buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol.
2009 Edisi
Revisi Psikologi Kepribadian, UMM PRESS, Bandung.
Sarlito W Sarwono.
2003 Pengantar
Umum Psikologi, PT. Bulan Bintang, Jakarta.
Roy Newton.
2007 Great
Personality Plus, Media Presindo, Yogyakarta.
Jatnika Nurhisan dan Syamsul LN Yusuf.
2008 Teori
Kepribadian, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
H. Jaali.
2007. Psikologi Pendidikan,
Bumi Aksara, Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar