About

Rabu, 28 Januari 2015

Kepribadian Raymaond Cattel


KATA PENGATAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan penulisan buku ini adalah untuk menambah pengetahuan kepada pembaca tentang “Psikologi Kepribadian
Buku ini berisi beberapa informasi tentang “Psikologi Kepribadian” yang kami harapkan dapat memberikan informasi kepada para pembaca tentang Psikologi Kepribadian tersebut
 Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan buku ini untuk kehidupan yang akan datang.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.





penulis


BAB I
PENDAHULUAN
Kepribadian sesuatu yang selalu menarik perhatian banyak pihak, sepanjang masa. Oleh karena itu semua orang memiliki sisi kepribadian yang menarik, akan tetapi tidak semua orang mampu mengeksplorasinya untuk mencapai keberhasilan. Dalam pergaulan masyarakat manusia, kepribadian merupakan sesuatu yang amat esensial. Kepribadian akan mewarnai setiap intraksi sosial. Begitu menariknya, kepribadian dibahas dalam berbagai buku, diseminarkan, diajarkan di sekolah-sekolah. Bahkan ada yang mendirikan lembaga yang khusus untuk mengembangkan kepribadian.
Dalam konteks akademis, kepribadian menjadi salah satu kajian dalam bidang psikologi, yang lahir dari pemikiran para ahli. Lalu muncullah teori kepribadian. Kajian yang objeknya manusia ini akan menjawab pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana kepribadian itu terbentukl.
Dalam terminologi islam kepribadian dapat disebut dengan akhlak. Begitu mulianya orang yang mempunyai kepribadian yang baik atau berakhlak terfuji, hingga Tuhan pun mengutus Nabi Muhammad Saw dengan misi menyempurnakan akhlak manusia, sebagai mana di sabdakan Nabi Saw:
“Innama bu’tstu li utammima makaarima-l akhlaaqi” (Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak)


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari kata-kata Yunani: psyche yang berarti jiwa, dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Sejak lahirnya ilmu psikologi pada akhir abad 18, kepribadian selalu menjadi salah satu topik bahasan yang penting. Psokologi lahir sebagai ilmu yang berusaha memahami manusia seutuhnya, yang dapat dilakukan melalui pemahaman tentang kepribadian.
Akan tetapi pengertian atau definisi psikologi menurut beberapa sarjana psikologi modern yaitu:
1.      Clifford T. Morgan: “Psikologi adalah ilmu yang memperlajari tingkah laku manusia dan hewan.”
2.      Edwin G. Boring dan Herbert S. Langfeld: “psikologi adalah studi tentang hakikat manusia”
3.      Garden Murphy: ”Psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang diberikan oleh mahkluk hidup terhadap lingkungannya”.
Dapat disimpulkan definisi psikologi yang dikemukakan oleh para sarjana psikologi modern yaitu “Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.”
Kepribadian (personality) merupakan salah satu kajian psikologi yang lahir berdasarkan pemikiran, kajian atau temuan-temuan (hasil praktik penanganan kasus) para ahli. Objek kajian kepribadian adalah “human behaviour”, perilaku manusia, yang pembahasannya terkait dengan apa, mengapa, dan bagaimana perilaku tersebut.
Adapun kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris personality. Kata personality sendiri berasal dari bahasa latin persona yang berarti topeng yang digunakan oleh para aktor dalam suatu permainan atau pertunjukan. Disini para aktor menampilkan dirinya sesuai dengan topeng yang digunakannya.
Dalam kehidupan sehari-hari, kata kepribadian digunakan untuk menggambarkan: (1) identitas diri, jati diri seseorang seperti “saya seorang yang terbuka” atau “saya seorang yang pendiam,” (2) kesan umum seseorang tentang diri seseorang tentang diri anda atau orang lain, seperti “Dia agresif” atau “Dia jujur,” dan (3) fungsi-fungsi kepribadian yang sehat atau bermasalah, seperti “ Dia baik” atau “dia pendendam”.
Untuk memperoleh pemahaman tentang kepribadian ini, berikut di kemukakan beberapa pengertian  dari para ahli:
1.      Hall dan Lindzey mengemukakan bahwa secara populer, kepribadian dapat diartikan sebagai: (1) keterampilan atau kecakapan sosial (social skill), dan (2) kesan yang paling menonjol, yang ditunjukan seseorang terhadap orang lain (seperti seseorang yang dikesankan sebagai orang yang agresif atau pendiam).
2.      Woodworth mengemukakan bahwa kepribadian merupakan “kualitas tingkah laku total individu”.
3.      Dashiel mengartikan sebagai “gambara total seseorang tentang tingkah laku individu yang terorganisasi”.
4.      Allport mengemukakan pendapatnya tentang pengertian kepribadian ini, yaitu “personality is the dynamic organization within the individual of those psychophsical systems that determine his unique adjustment to his evironment”. (kepribadian merupakan organisasi yang dinamis dalam diri individu tentang sistem psikofisik/jiwa raga yang menentukan penyesuainnya yang unik terhadap lingkungannya)
Pengertian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Dynamic, merujuk kepada perubahan kualitas perilaku individu, dari waktu ke waktu, atau dari situasi ke situasi.
2.      Organization, yang menekankan pemolaan bagian-bagian struktur kepribadian yang independen, yang masing-masing bagian tersebut mempunyai hubungan khusus satu sama lainnya. Ini mengartikan bahwa kiepribadian itu adanya keterkaitan antara sifa-sifat tersebut, yang satu sama lainnya saling berhubungan atau berinterelasi.
3.      Psychophysical System, yang terdiri dari atas kebiasaan, sikap, emosi, sentiment, motif, keyakinan, yang kesemuaannya merupakan aspek psikis, juga mempunyai dasar fisik dalam diri individu, seperti: syaraf, kelenjar, atau tubuh individu secara keseluruhan.
4.      Determine, yang menunjukan peranan motivasional sistem psikofisik. Dalam diri individu, sistem ini mendasari kegiatan-kegiatan yang khas, dan mempengaruhi bentuk-bentuknya.
5.      Unique, yang merujuk pada keunikan atau keragaman tingkah laku individu sebagai ekspresi dari pola sistem psikofisiknya.


B.     Hakikat Kepribadian
1.      Makna Kepribadian
Mengenai makna kepribadian yang dikemukakan oleh Raymond Cattell seorang peneliti kepribadian dari inggris, bahwa ia menggagap upaya untuk mendefinisikan kepribadian secara rinci harus menunggu spesifikasi yang penuh dengan konsep-konsep pada saat seorang teoretis merencanakan untuk menggunakan konsepnya dalam studinya mengenai tingkah laku. Dia mengemukakan definisi keprbadian secara umum, yaitu: ”Personality is that which permits a prediction of what a person will do in a given situation”(kepribadian merupakan suatu yang prediktif tentang apa yang akan dilakukan oleh individudalam situasi tertentu)
Berdasarkan definisi tersebut, Cattell berpendapat bahwa tujuan penelitian psikologi mengenai kepribadian adalah menetapkan hukum-hukum mengenai apa yang akan dilakukan orang dalam berbagai situasi. Jadi kepribadian adalah persoalan mengenai segala aktivitas individu, baik yang tampak maupun yang tidak tampak.
Dengan demikian jelaslah, bahwa penekanan Cattell dalam mempelajari kepribadian meliputi “all behaviour” (segala tingkah laku). Implikasi dari pendapat ini, bahwa pengertian tentang bagian-bagian kecil dari tingkah laku hanya dapat dimengerti secara sempurna, bila dilihat dalam kerangka kerja yang lebih luas dalam fungsi organisme secara lengkap.
2.      Traits
Raymond Cattel memandang kepribadian sebagai suatu struktur traits yang  beragam dan kompleks, dengan motivasinya (unsur pendorong) yang disebut “dynamic traits”. Konsep dia mengenai trait ini bermacam-macam, seperti specification equation, dan dynamic lattice.
Traits merupakan konsep yang paling penting dalam pendapat Cattell. Sebenarnya konsep-konsep yang lan di pandang sebagai bentuk-bentuk khusus dari traits.
Cattell berpendapat, bahwa traits merupakan “mental structure”, yaitu kesimpulan yang diambil dari tingkah laku yang dapat diamati, untuk menunjukan keajegan dan ketetapan dalam tingkah laku itu[1].
Traits ini berfungsi untuk mengintegrasikan kebiasaan, sikap, dan keterampilan kepada pola-pola berpikir, merasa, dan bertindak. Sementara konsep diri berfungsi untuk mengintegrasikan kapasitas-kapasitas psikologis dan prakarsa-prakarsa kegiatan.
Traits dapat diartikan sebagai aspek atau dimensi kepribadian yang terkait dengan karakteristik respon atau reaksi seseorang yang relatif konsisten (ajeg) dalam rangka menyesuaikan dirinya secara khas. Diartikan juga sebagai kecenderungan yang dipelajari untuk mereaksi rangsangan dari lingkungan.
Deskripsi di atas menggambarkan bahwa traits merupakan kecenderungan-kecenderungan yang dipelajari untuk (a) mengevaluasi situasi dan (b) mereaksi situasi dengan cara-cara tertentu.
3.      Karakteristik Traits
Setiap traits mempunyai tiga karakteristik: (a) uniqueness, kekhasan dalam berprilaku, (b) likebleness, yaitu bahwa traits itu ada yang disenangi (liked) dan ada yang tidak disenangi (unliked), sebab traits itu berkontribusi kepada keharmonisan atau tidak keharmonisan, kepuasan atau ketidakpuasan orang yang mempunyai traits tersebut. Traits yang disenangi seperti; jujur, murah hati dan bertanggung jawab. Sementara yang tidak disenangi seperti; egois, tidak sopan, dan kejam/ bengis. Sikap seseorang terhadap traits ini merupakan ini berrasal dari lingkungan sosialnya; dan (c) consistensy, artinya seseorang itu diharapkan dapat berprilaku atau bertindak secara ajeg.
Sama halnya dengan “self-concept”, “traits” pun dalam perkembangannya dipengaruhi oleh faktor hereditas dan belajar. Faktor yang paling mempengruhi adalah (a) Pola asuh orang tua, dan (b) imitasi anak terhadap orang yang menjadi idolanya. Beberapa traits dipelajari secara “trial and error”, artinya belajar anak lebih bersifat kebetulan, seperti prilaku agresif dalam mereaksi frustasi. Contohnya: anak menangis sambil memecahkan vas bunga, gara-gara tidak dibelikan mainan yang diinginkannya. Apabila dengan buatan agresif itu, orang tua akhirnya membelikan mainan yang diinginkan anak, maka anak cenderung akan mengulangi perbuatan tersebut.
Anak juga belajar (memahami) bahwa traits atau sifat-sifat (karakteristik) dasar tertentu sangat dihargai (dijungjung tinggi) oleh semua kelompok budaya secara univesal, seperti; Kejujuran, resfek terhadap hak-hak orang lain, dan sikap apresiatif.
C.    KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN
Menurut Alexander A. Schneiders (1964), salah satu kata kunci dari definisi kepribadian adalah “penyesuaian (adjusment)”. Penyesuaian itu dapat diartikan sebagai:”suatu respon individu, baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, tegangan emosional, frustasi dan konfli; dan memelihara keharmonisan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan”.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan atau meemcahkan masalah yang di hadapi, ternyata tidak semua individu mampu menampilkannya secara wajar, normal atau sehat (well adjusment); di antara mereka banyak juga yang mengalaminya secara tidak sehat (maladjusment). Upaya ini E.B. Hurlock (1986) mengemukakn karakteristik penyesuaian sehat dan tidak sehat yang di tandai dengan.
1.      Mampu menilai diri secara realistik.
Setiap individu yang kepribadiannya sehat mampu menilai diri apa adanya, baik kelebihan maupun kelemahannya, menyangkut fisik dan kemampuannya.
2.      Mampu menilai situasi secara realistik.
Individu dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerimanya secara wajar. Artinya dia mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai suatu yang harus sempurna.
3.      Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik.
Individu dapat menilai prestasi (hasil yang diperolehnya) secara realistik dan mereaksinya secara rasional. Artinya ketika seseorang memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan dalam hidupnya, dia tidak sombong, angkuh atau mengalami “superiority complex”
4.      Menerima tanggung jawab.
Individu yang sehat adalah individu yang bertanggung jawab, artinya dia mempunyaii keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupannya.
5.      Kemandirian (autonomy)
Individu memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
6.      Dapat mengontrol emosi
Individu merasa nyaman dengan emosinya. Dia dapat mengahadapi situasi frustasi, depresi atau stres secara positif atau konstruktif, tidak destruktif
7.      Penerimaan sosial
Individu dinilai positif oleh orang lain, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan memiliki interaksi yang baik dengan orang lain.
8.      Memiliki filsafat hidup
Dia mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
Adapun kepribadian yang tidak sehat ditandai dengan karakteristik seperti berikut:
1.      Mudah marah (tersinggung)
2.      Menunjukan kekhawatiran dan kecemasan
3.      Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
4.      Bersikap kejam
5.      Ketidakmampuan untuk menghindar dari prilaku menyimpang
6.      Mempunyai kebiasan berbohong
7.      Hiperaktif
8.      Senang mengkritik atau menvemooh orang lain
9.      Sulit tidur
10.  Kurang memiliki rasa tanggung jawab
11.  Bersifat pesimis dalam menghadapi kehidupan
12.  Sering mengalami pusing kepala
13.  Kurang bergairah dalam menjalani kehidupan
D.    Jenis Kepribadian
Sekalipun kepribadian itu unik, yaittu berbeda pada tiap-tiap orang, tetapi ada sarjana-sarjana yang tetap berusaha mengolongkan kepribadian dalam beberapa jenis. Usaha ini adalah usaha yang sukar sekali, karena itu penggolongan yang mereka buat hanya dapat didasarkan pada satu atau dua aspek saja dari keseluruhan kepribadian. Beberapa diantara penggolongan kepribadian itu akan diuraikan di bawah ini.
1.      Penggolongan menurut Kretschermer
Kretschmer (1888-1964) mendasarkan penggolongannya pada ciri-ciri fisik dan berorientasi kepada penyakit-penyakit kejiawan:
a.       Jenis Asthenis: bertubuh kurus, jangkung, mempunyai tempramen yang mirip dengan penderita skizofrenia.
b.      Jenis Atletis: bertubuh tegap, seperti olahragawan, mempunyai tempramen yang mirip dengan penderita epilepsi.
c.       Jenis Piknis: gemuk, pendek, mempunyai temprament mirip dengan penderita manis-depresif.
d.      Jenis Displatis: yang tidak termasuk ketiga jenis lainnya.
2.      Penggolongan kepribadian Yunani Kuno
Hiprocrates (460-375 SM) berpendapat bahwa kepribadian seseorang dipengaruhi oleh proses-proses faali dalam tubuh, terutama oleh bekerjanya cairan-cairan dalam tubuh:
a.       Jenis Sanguinin: sangat, periang, dipengaruhi sebagian besar oleh darah.
b.      Jenis Fregmatik: lamban, tak bersemangat, yang paling berpengaruh adalah kelenjar lidah.
c.       Jenis Melankolik: sedih, murung, banyak dipengaruhi oleh empedu hitam.
d.      Jenis Kholerik: pemarah, cepat bereaksi, banyak dipengaruhi oleh empedu kuning.
Pada zaman modern ini, teori penggolongan seperti ini masih ada, yaitudengan berdasarkan proses-proses kimiawi dalm tubuh dan keseimbangan antar kelenjar-kelenjar.
3.      Penggolongan kepribadian menurut Carl G. Jung
Sarjana dari Swiss in (1875-1961) mendasarkan penggolongannya pada tingkah laku atau karakteristik yang psikologis:
a.         Jenis Introver: dalam keadaan emosional atau konflik orang dengan kepribadian ini cenderung untuk menarik diri dam menyendiri. Ia pemalu dan lebih suka bekerja sendiri di laboratorium atau perpustakaan dari pada bekerja di tengah-tengah orang banyak.
b.        Jenis Ekstrover: orang dengan kepribadian ini kalau merasa tertekan akan menggabungkan diri di antaraorang banyak sehingga individualitasnya berkurang. Ia pemarah dan memilihj pekerjan-pekerjaan seperti pedagang, pekerja sosial, jurubicara, dan semacamnya, yaitu pekerjaan yang melibatkan orang-orang.
c.         Jenis Ambiver: yaitu orang-orang yang tidak termasuk introver maupun ekstrover. Ciri kepribadiannya merupakan campuran dari kedua jenis tersebut.
E.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Kepribadian
Meskipun kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun kenyataan sering ditemukan adanya perubahan kepribadian. Perubahan itu terjadi dipengaruhi oleh faktor gangguan fisik dan lingkungan.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kepribadian di antaranya sebagai berikut.
1.      Faktor fisik, seperti; gangguan otak, kurang gizi ( mal nutrisi), mengkonsumsi obat-obat terlarang (NAFZA atau NARKOBA), minuman keras, dan gangguan organik (sakit atau kecelakaan).
2.      Faktor lingkingan sosial budaya, seperti: krisis politik, ekonomi, dan keamanan yang menyebabkan terjadinya masalah pribadi (stres, depresi) dan masalah sosial (pengangguran, premanisme,  dan kriminalitas).
3.      Faktor diri sendiri, seperti: tekanan emosiaonal (frustasi yang berkepanjangan), dan indentifikasi atau imitasi terhadap orang lain yang berkepribadian menyimpang.
Sedangkan Roy Newton mengemukakan dalam bukunya[2] bahwa perubahan-perubahan kepribadian dapat muncul melalui bragam sebab. Berikut beberapa yang paling umum.
1.      Kecelakaan dapat mengacukan keseimbangan kelenjar idividu dan mengakibatkanperubahan-perubahan dalam ukuran tubuh, suara, pertumbuhan rambut, kesiagaan mental, dan lain-lain. Kekacawan fisiologi semacam itu benar-benar mengubah temperamen dan kepribadian.
Seorang gadis kampus yang cantik dan populer mengalami kecelakaan mobil yang merusak wajahnya. Padahal sebelumnya dia telah, baik di SMU maupun kampus, aktif pada banyak kegiatan sosial dan atletik, tetapi kini di menjadi begitu sensitif dengan wajah-nya sehingga dia meninggalkan bangku kuliah dan tetap berada di rumah pada sebagian besar waktunya. Dengan demikian seluruh pola kehidupannya bebar-benar berubah.
2.      Perubahan kepribadian mungkin terjadi akibat dari perubahan lingkungan yang amat drastis. Seseorang mungkin pindah atau dipindahkan ke dalam lingkungan yang berbeda, atau lingkungan lamanya mengalami perubahan-perubahan yang mengejutkan. Anak-anak yang dipingit dari panti asuhandi bawah rata-rata dan diadopsi oleh keluarga kelas atas, sebagai contoh, akan mengelamai perubahan-perubahan kepribadian yang mencengangkan. Anak-anak ini dengan tidak sengaja mengubah diri, perubahan itu berangsur-angsur terjadi melalui tipe lingkungan yang lebih baik. Dalam kadar yang lebih rendah, orang dewasa akan berubah tanpa sadar dalam kepribadian ketika mereka berpindah ke tempat baru dan berbeda.
Apabila kita lebih dahulu mengetahui kalau lingkungan kita akan mempengaruhi kepribadian kita dalam kadar yang mencolok, maka hanyalah akal sehat, ketika memungkinkan, untuk memilih lingkungan yang akan mengembangkan sifat-sifat yang diinginkan.
3.      Krisis emosional bertanggung jawab atas beberapa ksus berubahnya kepribadian. Suatu jalinan asmara yang tidak bahagia dapat menyebabkan seseorang menjadi muak terhadap manusi, sedangkan jalinan asmara yang bahgia dapat meluluhkan dan mereformasi individu yang liar dan memberontak.
Koversai agama, dalam bentuk beribu-ribu contoh, telah mengubah individu begitu radikalnya sehingga mereka hampir tidak dapat dikenal lagi sama orang lain dan teman-temannya, contoh dalam buku Twice-Born Man memberikan banyak contoh bagaimana kehidupan bebar-benar di tata ulang melaalui konversi agama. Individu yang pole kepribadiannya adalah seorang pemabuk, mencuri, dan bandit telah, melalui pengaruh pengalaman religius yang dalam, berubah seutuhnya menjadi pola kepribadian yang penuh ketenangan, kejujuran dan kebijaksanaan.
4.      Kedewasaan norma masi dapat menjelaskan contoh-contoh lain perubahan kepribadian. Sebagian besar anak laki-laki mengalami perubahan kepribadian yang amat diamati dan kadang-kadang menghawatirkan ketiaka mereka mulai dewasa secara fisiologis, dan wanita juga seperti itu.
Selagi orang tumbuh lebih tua , merekasecara khas tumbuh lebih konsevatif; sebagian dari perubahan kepribadian tertentu yang agak mencolok.
5.      Perubahan-perubahan kepribadian kadang-kadang merupakan perubahan oleh individu itu sendiri. Terhadap perubahan kepribadian.
Sang individu merasakan perlunya peningkatan diri, mengalami dorongan kuat untuk meningkatkan diri, mengumpulkan data-data mengenai titik-titik kuat dan lemahnya, dan terakhir melaksanakan rencana sistematis ini, apabila dilaksanakan sungguh-sungguh dalam waktu yang cukup panjang, tidak dapat dipungkiri akan membimbing menuju peningkatan kepribadian.
Menurut Sugmund Freud Perubahan dalam kepribadian tidak bisa terjadi secara spontan, tetapi merupakan hasil pengamatan, pengalaman, tekanan dari lingkungan sosial budaya, rentang usia dan faktor-faktor dari individu:
1.      Pengalaman Awal
Sigmund Freud menekankan tentang pentingnya pengalaman awal  (masa kanak kanak) dalam perkembangan kepribadian. Trauma kelahiran, pemisahan dari ibu adalah pengalaman yang sulit dihapus dari ingatan.
2.      Pengaruh Budaya
Dalam menerima budaya anak mengalami tekanan untuk mengembangkan pola kepribadian yang sesuai dengan standar yang ditentukan budayanya.
3.      Kondisi Fisik
Kondisi fisik berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kepribadian seseorang. Kondisi tubuh meentukan apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan seseorang. Secara tidak langsung seseorang akan merasakan tentang tubuhnya yang juga dipengaruhi oleh perasaan orang lain terhadap tubuhnya. Kondisi fisik yang mempengaruhi kepribadian antara lain adalah kelelahan, malnutrisi, gangguan fisik, penyakit menahun, dan gangguan kelenjar endokrin ke kelenjar tiroid (membuat gelisah, pemarah, hiperaktif, depresi, tidak puas, curiga, dan sebagainya).
4.      Daya Tarik
Orang yang dinilai oleh lingkungannya menarik biasanya memiliki lebih banyak karakteristik kepribadian yang diinginkan dari pada orang yang dinilai kurang menarik, dan bagi mereka yang memiliki karakteristik menarik akan memperkuat sikap sosial yang menguntungkan.
5.      Inteligensi
Perhatian lebih terhadap anak yang pandai dapat menjadikan ia sombong, dan anak yang kurang pandai merasa bodoh. Apabila berdekatan dengan orang yang pandai tersebut, dan tidak jarang memberikan perlakuan yang kurang baik.
6.      Emosi
Ledakan emosional tanpa sebab yang tinggi dinali sebagai orang yang tidak matang. Penekanan ekspresi emosional membuat seseorang murung dan cenderung kasar, tidak mau bekerja sama dan sibuk sendiri.
7.      Nama
Walaupun hanya sekedar nama, tetapi memiliki sedikit pengaruh terhadap konsep diri, namun pengaruh itu hanya terasa apabila anak menyadari bagaimana nama itu mempengaruhi orang yang berarti dalam hidupnya. Nama yang dipakai memanggil ,mereka (karena nama itu mempunyai asosiasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam pikiran orang lain) akan mewarnai penilainya orang terhadap dirinya.
8.      Keberhasilan dan Kegagalan
Keberhasilan dan kegagalan akan mempengaruhi konsep diri, kegagalan dapat merusak konsep diri, sedangkan keberhasilan akan menunjang konsep diri itu.
9.      Penerimaan Sosial
Anak yang diterima dalam kelompok sosialnya dapat mengembangkan rasa percaya diri dan kepandaiannya. Sebaliknya anak yang tidak diterima dalam lingkungan sosialnya akan membenci orang lain, cemberut, dan mudah tersinggung.
10.  Pengaruh Keluarga
Pengaruh keluarga sangat mempengaruhi kepribadian anak, sebab waktu terbanyak anak adalah keluarga dan di dalam keluarga itulah diletakkan sendi sendi dasar kepribadian.
11.  Perubahan Fisik
Perubahan kepribadian dapat disebabkan oleh adanya perubahan kematangan fisik yang mengarah kepada perbaikan kepribadian. Akan tetapi, perubahan fisik yang mengarah pada klimakterium  dengan meningkatnya usia dianggap sebagai suatu kemunduran menuju ke arah yang lebih buruk.

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol.
2009    Edisi Revisi Psikologi Kepribadian, UMM PRESS, Bandung.
Sarlito W Sarwono.
2003    Pengantar Umum Psikologi, PT. Bulan Bintang, Jakarta.
Roy Newton.
2007    Great Personality Plus, Media Presindo, Yogyakarta.
Jatnika Nurhisan dan Syamsul LN Yusuf.
2008    Teori Kepribadian, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
H. Jaali.
2007. Psikologi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.


[1] Teori kepribadian, Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M.Pd. Dr. A. Juntika Nurihsan, M.Pd. hal 186-195
[2] Great Personality Plus.2007/Roy Newton

0 komentar:

Posting Komentar

Romi Syahrurrohim. Diberdayakan oleh Blogger.