About

Kamis, 29 Januari 2015

IPI_Metode Pendidikan Islam



KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, atas segala  Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Metode Pendidikan Islam”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada baginda Rasul, yakni  Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya serta pengikut sampai akhir.
Makalah Ilmu Pendidikan Islam tentang ini,terutama sekali dimaksudkan untuk menjadi salah satu bahan bacaan dan memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam.
Dalam penyusunan makalah ini ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang membantu baik secara moril maupun materil.
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih jauh dari kata sempurna. Atas segala kekurangan dan kekhilafan, kiranya para pembaca berkenan untuk menyampaikan saran dan kritik konstruktif demi kesempurnaan makalah ini pada masa yang akan datang. Amin ya Rabbal’Alamiin.


Bandung, 29 Oktober2011


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Tidaklah berlebihan jika ada sebuah ungkapan “aththariqah ahammu minal maddah”, bahwa metode jauh lebih penting dibandingkan dengan materi, karena sebaik apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh metode yang tepat, tujuan tersebut sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Sebuah metode akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap atau tidak.. Oleh sebab itu pemilihan metode pendidikan harus dilakukan secara cermat, disesuaikan dengan berbagai faktor terkait, sehingga hasil pendidikan dapat memuaskan. Apa yang dilakukan Rasulullah SAW saat menyampaikan wahyu Allah kepada para sahabatnya bisa kita teladani,  karena Rasul saw, sejak awal sudah   mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dalam menyampaikan ajaran Islam. Rasul saw sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang, sehingga nilai-nilai Islami dapat disampaikan dengan baik. Rasulullah saw juga sangat memahami naluri dan kondisi setiap orang, sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik meterial maupun spiritual, beliau senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah swt. dan syari’at-Nya.
B.     Rumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam makalah ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.   Bagaimana pengertian Metode Pendidikan Islam ?
2.   Apa Saja Dasar-dasar dari pelaksanaan metode tersebut?
3.   Macam-macam Metode Pendidikan Islam!
4.   Bagaimana cara pendekatan terhadap metode-metode itu sendiri?
Ketiga pertanyaan di atas akan menjadi sasaran pembahasan kami, dengan harapan pembahasan yang kami lakukan menjadi terarah.
C.    Tujuan
·         Agar mengetahui metode pendidikan Islam mana yang akan di pakai dalam proses belajar dan mengajar oleh guru.
·         Mengetahui lebih jelas tentang Metode itu sendiri itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Metode
Kata metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi, kata metode berasal dari dari dua suku perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui dan hodos berrti “jalan” atau “cara”. Dalam Bahasa Arab metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan dalam bahasa Inggris metode disebut method yang berarti cara dalam bahasa Indonesia.
Sedangkan menurut terminologi “istilah” para ahli memberikan definisi yang beragam tentang metode, terlebih jika metode itu sudah disandingkan dengan kata pendidikan atau pengajaran diantaranya :
  1. Winarno Surakhmad mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan
  2. Abu Ahmadi mendefinisikan bahwa metode adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur
  3. Ramayulis mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian metode mengajar merupaka alat untuk menciptakan proses pembelajaran.
  4. Omar Mohammad mendefinisikan bahwa metode mengajar bermakna segala kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, cirri-ciri perkembangan muridnya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli mengenai pengertian metode di atas, beberapa hal yang harus ada dalam metode adalah :
  1. Adanya tujuan yang hendak dicapai
  2. Adanya aktivitas untuk mencapai tujuan
  3. Aktivitas itu terjadi saat proses pembelaran berlangsung
  4. Adanya perubahan tingkah laku setelah aktivitas itu dilakukan.
Ada istilah lain yang dalam pendidikan yang mengandung makna berdekatan dengan metode, yaitu pendekatan dan teknik/ strategi. Pendekatan merupakan pandangan falsafi terhadap subject matter yang harus diajarkan, dapat juga diartikan sebagai pedoman mengajar yang bersifat realistis/ konseptual. Sedangkan teknik/ strategi adalah siasat atau cara penyajian yang dikuasai pendidik dalam mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik di dalam kelas, agar bahan pelajaran dapat dipahami dan digunakan dengan baik.
B.     Dasar Metode Pendidikan Islam
Dalam penerapannya, metode pendidikan Islam menyangkut permasalahan individual atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri. Untuk itu dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan Islam. Sebab  metode pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar metode pendidikan tersebut. Dasar metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah dasar agamis, biologis, psikologis, dan sosiologis.
1.            Dasar Agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam pendidikan Islam haruslah berdasarkan pada Agama. Sementara Agama Islam merujuk pada Al Qur’an dan Hadits. Untuk itu, dalam pelaksanannya berbagai metode yang digunakan oleh pendidik hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan yang muncul secara efektif dan efesien yang dilandasi nilai-nilai Al Qur’an dan Hadits.
2.            Dasar Biologis, Perkembangan biologis manusia mempunyai pengaruh dalam perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan biologis seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya intelektualnya. Untuk itu dalam menggunakan metode pendidikan Islam seorang guru harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.
3.            Dasar Psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan nilai pendidikan dan pengetahuan yang dilaksanakan, dalam kondisi yang labil pemberian ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karenanya metode pendidikan Islam baru dapat diterapkan secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis peserta didiknya. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi psikologis yang tumbuh pada peserta didik. Sebab dalam konsep Islam akal termasuk dalam tataran rohani.



4.            Dasar sosiologis. Saat pembelanjaran berlangsung ada interaksi antara pesrta didik dengan peserta didik dan ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik, atas dasar hal ini maka pengguna metode dalam pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau dasar ini. Jangan sampai terjadi ada metode yang digunakan tapi tidak sesuai dengan kondisi sosiologis peserta didik, jika hal ini terjadi bukan mustahil tujuan pendidikan akan sulit untuk dicapai.
Keempat dasar di atas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus diperhatikan oleh para pengguna metode pendidikan Islam agar dalam mencapai tujuan tidak mengunakan metode yang tidak tepat dan tidak cocok kondisi agamis, kondisi biologis, kondisi psikologis, dan kondisi sosiologis peserta didik.
C.    Macam-macam Metode dalam Pendidikan Islam
Sebagai ummat yang telah dianugerahi Allah Kitab AlQuran yang lengkap dengan petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal sebaiknya menggunakan metode mengajar dalam pendidikan Islam yang prinsip dasarnya dari Al Qur’an dan Hadits. Diantara metode-  metode tersebut adalah:
1.      Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian inforemasi melalui penuturan secara lisan oleh pendidik kepada peserta didik. Prinsip dasar metode ini terdapat di dalam Al Qur’an :
!$£Jn=sù öNßg8pgUr& #sŒÎ) öNèd tbqäóö7tƒ Îû ÇÚöF{$# ÎŽötóÎ/ Èd,ysø9$# 3 $pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# $yJ¯RÎ) öNä3ãŠøót/ #n?tã Nä3Å¡àÿRr& ( yì»tG¨B Ío4quysø9$# $u÷R9$# ( ¢OèO $uZøs9Î) öNä3ãèÅ_ótB Nä3ã¤Îm7t^ãZsù $yJÎ/ óOçFZä. šcqè=yJ÷ès?
Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, Sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri (hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (Q.S. Yunus : 23)
2.      Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca.
Prinsip dasar metode ini terdapat dalam hadits Tanya jawab antara Jibril dan Nabi Muhammad tentang iman, islam, dan ihsan.
Selain itu ada juga hadits yang lainnya seperti hadits berikut ini :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ ح وَقَالَ قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا بَكْرٌ يَعْنِي ابْنَ مُضَرَ كِلَاهُمَا عَنْ ابْنِ الْهَادِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَفِي حَدِيثِ بَكْرٍ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ قَالُوا لَا يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ قَالَ فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهِنَّ الْخَطَايَا.
Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sa’id, hadis Lâis kata Qutaibah hadis Bakr yaitu ibn Mudhar dari ibn Hâd dari Muhammad ibn Ibrahim dari Abi Salmah ibn Abdurrahmân dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda; Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu salah seorang di antara kalian. Ia mandi di sana lima kali sehari. Bagaimana pendapat kalian? Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka menjawab, tidak akan tersisa kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda; Begitulah perumpamaan salat lima waktu, dengannya Allah menghapus dosa-dosa. ( HR. Muslim )
3.      Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik/ membicarakan dan menganalisis secara ilmiyah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan atas sesuatu masalah. Abdurrahman Anahlawi menyebut metode ini dengan sebutan hiwar (dialog).
Prinsip dasar metode ini terdapat dalam Al Qur’an Surat Assafat : 20-23 yang berbunyi :
(#qä9$s%ur $uZn=÷ƒuq»tƒ #x»yd ãPöqtƒ ÈûïÏd9$# ÇËÉÈ   #x»yd ãPöqtƒ È@óÁxÿø9$# Ï%©!$# OçGYä. ¾ÏmÎ/ šcqç/Éjs3è? ÇËÊÈ (#rçŽà³ôm$# tûïÏ%©!$# (#qçHs>sß öNßgy_ºurør&ur $tBur (#qçR%x. tbrßç7÷ètƒ ÇËËÈ   `ÏB Èbrߊ «!$# öNèdrß÷d$$sù 4n<Î) ÅÞºuŽÅÀ ËLìÅspgø:$# ÇËÌÈ
(20) dan mereka berkata:"Aduhai celakalah kita!" Inilah hari pembalasan. (21). Inilah hari keputusan yang kamu selalu mendustakannya..(22) (kepada Malaikat diperintahkan): "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah,(23) selain Allah; Maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. (Q.S. Ash-Shaaffat: 20-23)
Selain itu terdapat juga dalam hadits yang berbunyi :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ.
Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sâ’id dan Ali ibn Hujr, katanya hadis         Ismail dan dia ibn Ja’far dari ‘Alâ’ dari ayahnya dari Abu   Hurairah ra. bahwasnya Rasulullah saw. bersabda: Tahukah kalian      siapa orang yang muflis (bangkrut)?, jawab mereka; orang yang tidak memiliki dirham dan harta.Rasul bersabda; Sesungguhnya orang yang muflis dari ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat   dengan (pahala) salat, puasa dan zakat,. Dia datang tapi telah mencaci ini, menuduh ini, memakan harta orang ini, menumpahkan darah   (membunuh) ini dan memukul orang ini. Maka orang itu diberi pahala miliknya. Jika kebaikannya telah habis  sebelum ia bisa menebus kesalahannya, maka dosa-dosa mereka diambil dan dicampakkan   kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke neraka.( HR. Muslim )
4.      Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid-murid, sedangkan hasil tersebut diperiksa oleh guru dan murid harus mempertanggung jawabkannya.
Prinsip dasar metode ini terdapat dalam Al Qur’an yang berbunyi :
$pkšr'¯»tƒ ãÏoO£ßJø9$# ÇÊÈ óOè% öÉRr'sù ÇËÈ y7­/uur ÷ŽÉi9s3sù ÇÌÈ y7t/$uÏOur öÎdgsÜsù ÇÍÈ tô_9$#ur öàf÷d$$sù ÇÎÈ   Ÿwur `ãYôJs? çŽÏYõ3tGó¡n@ ÇÏÈ šÎh/tÏ9ur ÷ŽÉ9ô¹$$sù ÇÐÈ  
(1) Hai orang yang berkemul (berselimut), (2) bangunlah, lalu berilah peringatan! (3) dan Tuhanmu agungkanlah! (4) dan pakaianmu bersihkanlah, (5) dan perbuatan dosa tinggalkanlah, (6) dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. (7) dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. (Q.S. Al-Muddatstsir : 1-7)
5.      Metode Demontrasi
Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru mempertunjukan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan murid memperhatikannya.
Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits yang berbunyi
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ قَالَ حَدَّثَنَا مَالِكٌ أَتَيْنَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ يَوْمًا وَلَيْلَةً وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحِيمًا رَفِيقًا فَلَمَّا ظَنَّ أَنَّا قَدْ اشْتَهَيْنَا أَهْلَنَا أَوْ قَدْ اشْتَقْنَا سَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا بَعْدَنَا فَأَخْبَرْنَاهُ قَالَ ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ فَأَقِيمُوا فِيهِمْ وَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ وَذَكَرَ أَشْيَاءَ أَحْفَظُهَا أَوْ لا أَحْفَظُهَا وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي.
Artinya: Hadis dari Muhammad ibn Muşanna, katanya hadis dari Abdul Wahhâb katanya Ayyũb dari Abi Qilâbah katanya hadis dari Mâlik. Kami mendatangi Rasulullah saw. dan kami pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama (dua puluh malam) 20 malam. Rasulullah saw  adalah seorang yang penyayang dan memiliki sifat lembut. Ketika beliau menduga kami ingin pulang dan rindu pada keluarga, beliau menanyakantentang orang-orang yang kami tinggalkan dan kami memberitahukannya. Beliau bersabda; kembalilah bersama keluargamu dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan suruhlah mereka. Beliau menyebutkan hal-hal yang saya hapal dan yang saya tidak hapal. Dan salatlah sebagaimana kalian melihat aku salat. ( HR. al-Bukhari )
6.      Metode eksperimen
Suatu cara mengajar dengan menyuruh murid melakukan suatu   percobaan, dan setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh setiap murid, sedangkan guru memperhatikan yang dilakukan oleh murid sambil memberikan arahan.
Prinsip dasar metode ini ada dalam hadits :
حَدَّثَنَا آدَمُ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا الْحَكَمُ عَنْ ذَرٍّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبْزَى عَنْ أَبِيهِ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ إِنِّي أَجْنَبْتُ فَلَمْ أُصِبْ الْمَاءَ فَقَالَ عَمَّارُ بْنُ يَاسِرٍ لِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ أَمَا تَذْكُرُ أَنَّا كُنَّا فِي سَفَرٍ أَنَا وَأَنْتَ فَأَمَّا أَنْتَ فَلَمْ تُصَلِّ وَأَمَّا أَنَا فَتَمَعَّكْتُ فَصَلَّيْتُ فَذَكَرْتُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ هَكَذَا فَضَرَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَفَّيْهِ الْأَرْضَ وَنَفَخَ فِيهِمَا ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ ….
Artinya: Hadis Adam, katanya hadis Syu’bah ibn Abdurrahmân ibn Abzâ dari ayahnya, katanya seorang laki-laki datang kepada Umar ibn Khattâb, maka katanya saya sedang janabat dan tidak menemukan air, kata Ammar ibn Yasir kepada Umar ibn Khattâb, tidakkah anda ingat ketika saya dan anda dalam sebuah perjalanan, ketika itu anda belum salat, sedangkan saya berguling-guling di tanah, kemudian saya salat. Saya menceritakannya kepada Rasul saw. kemudian Rasulullah saw. bersabda: ”Sebenarnya anda cukup begini”. Rasul memukulkan kedua telapak tangannya ke tanah dan meniupnya kemudian mengusapkan keduanya pada wajah.
( HR. al-Bukhari )
Hadis di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong şiqah dan şiqah hafiz, şiqah şubut. Menurut al-Asqalani, hadis ini mengajarkan sahabat tentang tata cara tayammum dengan perbuatan. (Al-Asqalani, I: 444) Sahabat Rasulullah saw. melakukan upaya pensucian diri dengan berguling di tanah ketika mereka tidak menemukan air untuk mandi janabat. Pada akhirnya Rasulullah saw. memperbaiki ekperimen mereka dengan mencontohkan tata cara bersuci menggunakan debu.
7.      Metode Amsal/ perumpamaan
Yaitu cara mengajar dimana guru menyampaikan materi pembelajaran melalui contoh atau perumpamaan.
Prinsip metode ini terdapat dalam Al Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 17
öNßgè=sVtB È@sVyJx. Ï%©!$# ys%öqtGó$# #Y$tR !$£Jn=sù ôNuä!$|Êr& $tB ¼ã&s!öqym |=ydsŒ ª!$# öNÏdÍqãZÎ/ öNßgx.ts?ur Îû ;M»yJè=àß žw tbrçŽÅÇö6ムÇÊÐÈ  
Artinya : Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.
(Q.S. Albaqarah : 17)
Selain itu terdapat pula dalam hadits yang berbunyi :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَاللَّفْظُ لَهُ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ يَعْنِي الثَّقَفِيَّ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ الْمُنَافِقِ كَمَثَلِ الشَّاةِ الْعَائِرَةِ بَيْنَ الْغَنَمَيْنِ تَعِيرُ إِلَى هَذِهِ مَرَّةً وَإِلَى هَذِهِ مَرَّةً .
Artinya; Hadis dari Muhammad ibn Mutsanna dan lafaz darinya, hadis dari Abdul Wahhâb yakni as- Śaqafi, hadis Abdullah dari Nâfi’ dari ibn Umar, Nabi saw. bersabda: Perumpamaan orang munafik dalam keraguan mereka adalah seperti kambing yang kebingungan di tengah kambing-kambing yang lain. Ia bolak balik ke sana ke sini. ( HR. Muslim )
Hadis di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong şiqah dan şiqah şubut, şiqah hâfiz, sedangkan ibn Umar adalah sahabat Rasulullah saw. Menurut ath-Thîby (1417H, XI: 2634), orang-orang munafik, karena mengikut hawa nafsu untuk memenuhi syahwatnya, diumpamakan seperti kambing jantan yang berada di antara dua kambing betina. Tidak tetap pada satu betina, tetapi berbolak balik pada ke duanya. Hal tersebut diumpamakan seperti orang munafik yang tidak konsisten dengan satu komitmen.
Perumpamaan dilakukan oleh Rasul saw. sebagai satu metode pembelajaran untuk memberikan pemahaman kepada sahabat, sehingga materi pelajaran dapat dicerna dengan baik. Matode ini dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang lebih konkrit. Perumpamaan yang digunakan oleh Rasulullah saw. sebagai satu metode pembelajaran selalu syarat dengan makna, sehinga benar-benar dapat membawa sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi sesuatu yang sangat jelas.
8.      Metode Targhib dan Tarhib
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan ganjaran terhadap kebaikan dan hukuman terhadap keburukan agar peserta didik melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan.
Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits berikut ini :
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ.
Artinya: Hadis Abdul Aziz ibn Abdillah katanya menyampaikan padaku Sulaiman dari Umar ibn Abi Umar dari Sâ’id ibn Abi Sa’id al-Makbârî dari Abu Hurairah, ia berkata: Ya Rasulullah, siapakah yang paling bahagia mendapat syafa’atmu pada hari kiamat?, Rasulullah saw bersabda: Saya sudah menyangka, wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada yang bertanya tentang hadis ini seorangpun yang mendahului mu, karena saya melihat semangatmu untuk hadis. Orang yang paling bahagia dengan syafaatku ada hari Kiamat adalah orang yang mengucapkan ”Lâilaha illa Allah” dengan ikhlas dari hatinya atau dari dirinya. ( HR. al-Bukhari )
Selain hadits juga hadits berikut ini :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرٌو عَنْ بَكْرِ بْنِ سَوَادَةَ الْجُذَامِيِّ عَنْ صَالِحِ بْنِ خَيْوَانَ عَنْ أَبِي سَهْلَةَ السَّائِبِ بْنِ خَلَّادٍ قَالَ أَحْمَدُ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَجُلًا أَمَّ قَوْمًا فَبَصَقَ فِي الْقِبْلَةِ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْظُرُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ فَرَغَ لَا يُصَلِّي لَكُمْ….
Artinya: Hadis Ahmad ibn Shalih, hadis Abdullah ibn Wahhab, Umar memberitakan padaku dari Bakr ibn Suadah al-Juzâmi dari Shâlih ibn Khaiwân dari Abi Sahlah as-Sâ’ib ibn Khallâd, kata Ahmad dari kalangan sahabat Nabi saw. bahwa ada seorang yang menjadi imam salat bagi sekelompok orang, kemudian dia meludah ke arah kiblat dan Rasulullah saw. melihat, setelah selesai salat Rasulullah saw. bersabda ”jangan lagi dia menjadi imam salat bagi kalian”( HR. Sijistani )
Hadis di atas tergolong syarîf marfū’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong şiqah hâfiz, şiqah dan şiqah azaly. Memberikan hukuman (marah) karena orang tersebut tidak layak menjadi imam. Seakan-akan larangan tersebut disampaikan beliau tampa kehadiran imam yang meludah ke arah kiblat ketika salat. Dengan demikian Rasulullah saw. memberi hukuman mental kepada seseorang yang berbuat tidak santun dalam beribadah dan dalam lingkungan social.
Sanksi dalam pendidikan mempunyai arti penting, pendidikan yang terlalu lunak akan membentuk pelajar kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati. Sanksi tersebut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut, dengan teguran, kemudian diasingkan dan terakhir dipukul dalam arti tidak untuk menyakiti tetapi untuk mendidik. Kemudian dalam menerapkan sanksi fisik hendaknya dihindari kalau tidak memungkinkan, hindari memukul wajah, memukul sekedarnya saja dengan tujuan mendidik, bukan balas dendam.
9.      Metode pengulangan ( tikror )
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi ajar dengan cara mengulang-ngulang materi tersebut dengan harapan siswa bisa mengingat lebih lama materi yang disampaikan, semakin terus terulang maka semakin ingat terus, dengan catatan, materi yang lainnya sudah di sampaikan.



Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits berikut :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ.
Artinya: Hadis Musaddad ibn Musarhad hadis Yahya dari Bahzâ ibn Hâkim, katanya hadis dari ayahnya katanya ia mendengar Rasulullah saw bersabda: Celakalah bagi orang yang berbicara dan berdusta agar orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya, kecelakaan baginya. ( HR. As-Sijistani )
Hadis di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong şiqah dan şiqah hafiz, şiqah sadũq. Rasulullah saw. mengulang tiga kali perkataan ”celakalah”, ini menunjukkan bahwa pembelajaran harus dilaksanakan dengan baik dan benar, sehingga materi pelajaran dapat dipahami dan tidak tergolong pada orang yang merugi.
Satu proses yang penting dalam pembelajaran adalah pengulangan/ latihan atau praktek yang diulang-ulang. Baik latihan mental dimana seseorang membayangkan dirinya melakukan perbuatan tertentu maupun latihan motorik yaitu melakukan perbuatan secara nyata merupakan alat-alat bantu ingatan yang penting. Latihan mental, mengaktifkan orang yang belajar untuk membayangkan kejadian-kejadian yang sudah tidak ada untuk berikutnya bayangan-bayangan ini membimbing latihan motorik. Proses pengulangan juga dipengaruhi oleh taraf perkembangan seseorang. Kemampuan melukiskan tingkah laku dan kecakapan membuat model menjadi kode verbal atau kode visual mempermudah pengulangan. Metode pengulangan dilakukan Rasulullah saw. ketika menjelaskan sesuatu yang penting untuk diingat para sahabat.
Selain itu metode pendidikan Islam menurut Para ahli pendidikan Islam seperti Muhammad Quthb, Abdurrohman an-Nahlawi dan Abdullah Ulwah, telah mengemukakan metode-metode pendidikan Islam. diantaranya ialah sebagai berikut :
a.       Keteladanan
Pendidikan dengan teladan berarti pendidikan dengan memberi contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berpikir, dan sebagainya. Banyak ahli pendidikan yang berpendapat bahwa pendidikan dengan teladan merupakan metode pendidikan yang paling berhasil guna. Hal itu karena dalam belajar, orang pada umumnya, lebih mudah menangkap yang kongkrit ketimbang yang abstrak.
Di dalam Al-Qur`an terdapat banyak ayat yang menunjukan kepentingan penggunaan teladan dalam pendidikan, diantaranya yang mengemukakan pribadi-pribadi taladan seperti dibawah ini :
             I.            Pribadi Rosululloh saw.: yang terdapat pada surat al-Ahzab ayat 21, yang artinya;
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q.s al-Ahzab : 21)
          II.            Pribadi Nabi Ibrahim as. Dan ummatnya : yang terdapat pada surat al-Mumtahanah ayat 4, yang artinya;
Sesungguhnya Telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan Dia; (Q.s al-Mumtahanah : 4)
Kepentingan penggunaan keteladanan juga terlihat dari teguran Allah terhadap orang-orang yang menyampaikan pesan tetapi tidak mengamalkan pesan itu, Allah menjelaskan : yang terdapat pada surat ash-Shaff ayat 2, yang artinya;
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (q.s al-Shaff : 2)
b.      Pembiasaan
Pembiaaan merupakan proses penanaman kebiasaan. Yang dimaksud dengan kebiasaan (habit) ialah cara-cara bertindak yang persistent, uniform, dan hampir-hampir otomatis maksudnya hampir tidak disadari oleh pelakunya.
Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting, terutama bagi anak-anak. Mereka belum menginsafi apa yang disebut baik dan buruk dalam arti susila. Demikian pula mereka belum mempunyai kewajiban-kewajbian yang harus dikerjakan seperti pada orang dewasa.
Seseorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat melaksanakannya dengan mudah dan senang hati. Bahkan segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk diubah dan tetap berlangsung sampai hari tua. Atas dasar ini, para ahli pendidikan senantiasa mengingatkan agar anak-anak segera dibiasakan dengan sesuatu yang diharapkan menjadi kebiasaan sebelum terlanjur mempunyai keibiasaan lain yang berlawanan dengannya.
Sunnah Rosululloh saw, yang sangat dikenal sehubungan dengan metode pembiasaan ialah sebagai berikut :
مُرُوْا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَ اَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهًُمْ اَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِيْنَ, وَفَرَّقُوْا بَيْنَهُمْ فِى المَضَاجِعْ رواه بو دود
Suruhlah anak-anak sekalian untuk melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh ahun, dan pukullah mereka apaila meninggalkannya ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka. (H.R Abu dawud)
Menanamkan kebiasaa itu sulit dan kadang-kadang memerlukan waktu yang lama kesulitan itu disebabkan pada mulanya seseorang atau anak belum mengenal secara praktis sesuatu yang hendak dibiasakannya. Apalagi yang dibiasakan itu kurang menyenagkan. Oleh sebab itu, dalam menanamkan kebiasaan diperlukan pengawasan. bahkan dalam hal ini, sebagaimana disarankan Abdulloh Ulwah, pendidikan bisa mengunakan motivasi dengan kata-kata yang baik, bisa memberi hadiah, hingga menggunakan hukuman apabila dipandang perlu dalam meluruskan penyimpangan.
Pembiasaan hendaknya disertai dengan usaha membangkitkan kesadaran atau pengertian terus menerus akan maksud dari tingkah laku yang dibiasakan. Sebab pembiasaan digunakan bukan untu memaksa peserta didik agar melakukan sesuatu secara otomatis tanpa disadari oleh dirinya tetapi dapat melaksanakan segala kebaikan dengan mudah tanpa merasa susah atau berat hati . dismping itu, tingkah laku muslim yang benar adalah yang sejalan dengan hatinya. Sesuai dengan yang ditegaskan oleh Rosul :
اِنَّمَا اْلاَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ وَاِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Sesunggunya nilai perbuatan ditentukan oleh niat, dan setiap orang akan mendapat balasan sesuai dengan niat perbuatannya.
Atas dasar hadis ini juga, pembiasaan yang pada awalnya bersifat mekanistis hendaknya diusahakan agar menjadi kebiasaan yang disertai kesadaran (kehendak dan kata hati) peserta didik sendiri. Hal ini sangat mungkin apabila pembiasaan secara berangsur-angsur disertai dengan penjelasan dan nasihat, sehingga makin lama timbul kesadaran dan pengertian bagi peserta didik.
c.       Memberi Nasihat.
Al-Qur`an sarat dengan nasihat, Allah menjelaskan yang terdapat pada surat An-Nisa ayat 58, yang artinya;
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. (Q.s an-Nisa : 58)
Yang dimaksud dengan nasihat ialah : penjelasan tentang kebenaran dan kemaslahatan dengan tujuan menghindarkan orang yang dinasihati dari bahaya serta menunjukannya kejalan yang mendatangkan kebahagiaan dan manfa’at.
Memberi nasihat merupakan salah satu metode penting dalam pendidikan islam. dengan metode ini pendidik dapat menanamkan pengaruh yang baik ke dalam jiwa peserta didik apabila digunakan dengan cara yang dapat mengetuk relung jiwa melalui pintunya yang tepat. Cara yang dimaksud adalah hendaknya nasihat lahir dari hati yang tulus, artinya pendidik berusaha menimbulkan kesan bagi peserta didiknya. Hal inilah yang membuat nasihat mendapat penerimaan yang baik dari orang yang diberi nasihat. Kata ini dalam bahasa arab berakar pada kata nashaha dan mengandung pengertian bersih dari noda dan tipuan rajulun nashih al-jaib orang yang tidak memiliki sifat menipu, dan al-nashih berarti madu murni. Atas dasar ini Abdurrahman an-Nahlawi indikasi nasihat yang tulus ialah orang yang memberi nasihat tidak berorientasi pada kepentingan material pribadi. Sebaiknya dalam metode ini pendidik menggunakan teknik-teknik tidak langsung seperti dengan bercerita dan membuat perumpamaan. Seperti dengan cerita atau kisah yang bermuatan ajaran moral dan nilai-nilai edukatif, seperti cerita yang disajikan dalam al-Qur`an yang tentunya banyak pelajaran dan nasihat yang dapat diambil oleh peserta didik.
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal..(Q.s Yusuf : 111).
Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri yang Telah musnah? Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata, Maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
(Q.s al-Taubat : 70)
Ketika menggunakan nasihat itu dengan bentuk kisah-kisah, pendidik dapat membahasnya secara panjang-lebar dan meninjaunya dari berbagai aspek selaras dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
Pendidik dapat pula menggunakan pelajaran sejarah untuk menyampaikan ajaran dan nasihat. Banyak umat yang jatuh karena akhlaknya rusak, maka kata Abdurrahman al-nahlawi, bukan untuk menanamkan fanatisme kebangsaan atau keagamaan tertentu, melainkan untuk memetik pelajarannya dan mengetahui intisarinya.
d.      Motivasi dan Intimidasi.
Metode ini telah digunakan masyarakat secara luas: orang tua terhadap anak, pendidik terhadap murid, bahkan masyarakat luas dalam interaksi antar sesamanya. Al-Qur`an ketika menggambarkan surga dan segala nikmatnya dan neraka dengan segala siksaannya menggunakan metode ini, kemudian pula ketika mengemukakan prinsip logis tentang keseimbangan antara balasan dan perbuatan.
Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka , Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula (Q.s al-Zaljalah : 6-8)
Dalam bahasa arab metode ini disebut uslub al-targhib wa al-tarhib. Metode ini sesuai dengan tabiat manusia dimanapun berada, apapun jenis, warna kulit, atau ideologinya. Manusia menurut tabiatnya bertingkah laku sesuai dengan kadar pengetahuannya tentang akibat yang mungkin lahir dari tingkah laku dan perbuatannya, apakah perbuatan itu membahayakan atau menyenangkan.
Metode ini digunakan sesuai dengan perbedaan tabiat dan kadar kepatuhan manusia terhadap prinsip dan kaidah islam, sebab pengaruh yang dihasilkan tiap-tiap metode itu tidaklah sama, metode motivasi lebih baik dari pada intmidasi. Yang pertama bersifat positif dan pengaruhnya relatif lebih lama karena bersandar pada pembangkitan dorongan instrinsik manusia, sementara itu metode kedua bersifat negatif dan pengaruhnya relatif temporal (sementara) karena berdasar pada rasa takut.
Penggunaan metode motivasi adalah prinsip yang mengutamakan dengan suasana yang menyenangkan dalam belajar. Karena ajaran Islam kata Abdul Fatah Jalal, memberikan prioritas pada upaya menggugah suasana gembira dibanding dengan ancama dan hukuman.
Pengutamaan penggunaan metode motivasi atas intimidasi terlihat melalui fakta-fakta sebagai berikut :
1.      Rosululloh saw diutus kepada ummat manusia dengan memberikan kabar gembira :
Sesungguhnya kami Telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.(Q.s al-Baqoroh : 119)
2.      Alloh memuji Rosululloh saw yang bersandar pada pemberian kabar gembira dan menyerunya untuk senantiasa menggunakannya :
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu . Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q.s al-Imron : 159)
3.      Dalam hal kebaikan, Alloh melipat gandakan pahalanya, sementara dalam hal keburukan, Dia membalasnya setimpal dengan keburukan itu :
Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat Maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (Q.s al-Imron : 160).
Semua ini menunjukan bahwa pendidikan Islam lebih mengutamakan penggunaan metode motivasi ketimbang intimidasi dan hukuman baru digunakan metode-metode lain seperti pemberian nasihat, petunjuk, dan bimbingan, bila tidak berhasil untuk mewujudkan tujuan.
e.       Hukuman
Para filosof dan pendidik muslim seperti Ibnu Sina, al-Gozali, al-Abdari, Ibnu khaldun dan Muammad al-Atiyah al-Abrasyi, mereka secara sepakat berpegang pada prinsip yang menyatakan :
اَلــوِقَـايَةُ خَيْرٌ مِنَ العِـــلاَجِ
Menjaga (tindakan preventif) lebih baik ketimbang mengobati (tindakan kuratif)
Hukuman merupakan metode terburuk, tetapi dalam kondisi tertentu harus digunakan. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang hendaknya diperhatikan pendidik dalam menggunakan hukuman :
1.      Hukuman adalah metode kuratif, artinya tujuan hukuman ialah untuk memperbaiki peserta didik yang melakukan kesalahan dan memelihara peserta didik lainnya. Dan pendidik hendaknya tidak boleh menjatuhkan hukuman ketika marah.
2.      Hukuman baru digunakan apabila metode lain seperti nasihat dan peringatan tidak berhasil, guna dalam memperbaiki peserta didik. Abdul Ulwah memberikan langkah-langkah untuk mengingtakan kesalahan yang mereka lakukan : memberi pengarahan, membujuk, memberi isyarat, mencela, mengucilkan, memukul dan yang mengandung pendidikan bagi orang lain. Dalam al-Qur`an prinsip dalam tahapan memberikan hukuman wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya , Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya . Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
3.      Sebelum dijatuhi hukuman peserta didik hendaknya lebih dahulu diberi kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki dirinya.
4.      Hukuman yang dijatuhkan hendaknya dapat dimengerti olehnya, sehingga ia sadar akan kesalahan dan tidak mengulanginya.
5.      Hukuman psikhis lebih baik ketimbang hukumnan fisik.
6.      Hukuman hendaknya disesuaikan dengan perbedaan latar belakang kondisi peserta didik, karena peserta didik mempunyai kesiapan yang berbeda-beda dalam hal kecerdasan ataupun respons yang dilahirkannya.
7.      Hukuman dijatuhkan sesuai dengan kesalahannya.
8.      Pendidik hendaknya tidak mengeluarkan ancaman hukuman yang tidak mungkin dilakukannya.
f.       Metode Persuasi
Metode ini ialah Meyakinkan peserta didik tetang suatu ajaran dengan kekuatan akal. Metode ini dalam bahasa arab dikenal dengan istilah uslub al-iqna wa al-iqtina.
Penggunaan metode ini didasarkan atas pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang berakal. Dengan metode ini pula pendidikan Islam menekankan pentingnya memperkenalkan dasar-dasar rasional dan logis segala persoalan yang dimajukan kepada peserta didik.
g.      Pengetahuan Teoritis
Metode ini merupakan paling tua dan umum digunakan dalam pendidikan. Termasuk pendidikan Islam. pengetahun teoritis itu penting karena ia mengembangkan akal pikiran manusia dan membantunya untuk membentuk latar belakang kultural yang memungkirinya untuk berinteraksi dengan masyarakatnya. Dan membantunya sebagai peranan masyarakat yang baik.



D.    Macam-macam Pendekatan Metode dalam Pendidikan Islam
Menurut Ramayulis pendekatan pandangan falsafi terhadap subject materi yang harus diajarkan dan selanjutnya melahirkan metode mengajar. Menurutnya setidaknya ada enam pendekatan yang dapat digunakan pendidikan Islam dalam pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu :
  1. Pendekatan pengalaman. Yaitu pemberian pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan. Dengan pendekatan ini peserta didik diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman keagamaan, baik secara individual maupun kelompok. Ada pepatah yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang paling baik.
  2. Pendekatan pembiasaan. Pembiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja yang kadang kala tanpa dipikirkan. Pendekatan pembiasaan dalam pendidikan berarti memberikan kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan ajarannya.
  3. Pendekatan emosional. Pendekatan emosional adalah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk.
  4. Pendekatan Rasional, yaitu suatu pendekatan mempergunakan rasio dalam memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah. Dengan kekuatan akalnya manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, bahkan dengan akal yang dimilikinya juga manusia juga dapat membenarkan dan membuktikan adanya Allah.
  5. Pendekatan fungsional, yaitu suatu pendekatan dalam rangka usaha menyampaikan materi agama dengan menekankan kepada segi kemanfaatan pada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan tingkat perkembangannya. Ilmu Agama yang dipelajari anak di sekolah bukanlah hanya sekedar melatih otak tetapi diharapkan berguna bagi kehidupan anak, baik dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan social.
  6. Pendekatan keteladanan. Pendekatan keteladanan adalah memperlihatkan keteladanan baik yang berlangsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antara personal sekolah, perilaku pendidik dan tenaga kependidikan lainnya yang mencerminkan akhlak terpuji, maupun yang tidak langsungmelalui suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah ketauladanan.
Selain itu pendekatan metode pendidikan Islam menurut Para ahli pendidikan Islam
1.      Pendekatan Tilawah : Pendekatan Ini meliputi membacakan ayat-ayat Alloh yang bertujuan memandang fenomena alam sebagai tanda kekuasannya, hal ini mempunyai indikasi tafakkur (berfikir) dan tadzakkur (berdzikir) sedangkan aplikasinya adalah pembentukan kelompok ilmiah, dan kegiatan ilmiah lainnya, dengan landasan Al-Qur`an dan Al-Hadist misalnya pengkajian, penelitian dan lain sebagainya.
2.      Pendekatan Tazkiyah : Pendekatan ini diartikan dengan menyucikan dirinya dengan cara amar ma’ruf nahyil mungkar (tindakan proaktif dan reaktif), untuk menjaga kebersihan dirinya dari laingkunganny, jelas indicator pendekatan ini fisik, psikis dan social. Aplikasinya adalah dengan gerakan kebersihan, ceramah, tabligh, serta pengembangan control social.
3.      Pendekatan Ta’lim Al-Kitab : Pendekatan Ini bertujuan untuk membaca, memahamim menghayati dan merenungkan Al-Qur`an dan As-Sunnah sebagai pedomannya.
4.      Pendekatan Ta’lim Al-Hikmah : Indikator utama dalam pendekatan ini adalah mengadakan interprestasi dan perenungan terhadap pendekatan al-kitab.
5.      Yuallimukum maa lam takuunuu ta’lamun : Pendekatan ini mungkin hanya dinikmati oleh Nabi dan Rosul saja, seperti adanya mukjijat, sedangkan manusia seperti kita hanya bisa menikmati sebagian kecil saja, indikator pendekatan ini adalah penemuan teknologi canggih yang dapat membawa manusia pada penjelajahan ruang angkasa, sedang aplikasinya adalah mengembangkan produk teknologi yang dapat membawa manusia pada penjelajahan ke angkasa, sedangkan aplikasinya mengembangkan produk teknologi yang dapat mempermudah dan membantu kehidupan manusia sehari-hari.
6.      Pendekatan Islah : Pelepasan beban dan belenggu yang bertujuan memiliki kepekaan terhadap penderitaan orang lain, memiliki komitmen memihak bagi kaum yang tertindas, dan berupaya menyeimbangkan perbedaan paham. Pendekatan ini bertujuan untuk memelihara ukhuwah islamiyah dengan aplikasinya kunjungan ke keompok kaum dlu’afa, kampanye amal sholeh dan lain sebagainya.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode dalam pendidikan Islam mempunyai peranan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan pendidikan. Sebaik-baiknya materi yang akan kita sampaikan tanpa disertai metode yang tepat dalam pencapaiannya dikhawatirkan esensi dari materi tersebut tidak sampai dan tidak difahami oleh peserta didik
Metode dan pendekatan pendidik terhadap peserta didik ini sama dengan metode pengejaran, maka untuk menjadi seorang pendidik yang profesional tentunya harus bisa menguasai metode terhadap peserta didik dalam menyampaikan pelajarannya.
Melalui metode pendidikan dan pendekatan pendidik terhadap peserta didik, memudahkan dalam penyampaian pendidik terhadap peserta didik, tentunya peserta didik merasa nyaman dan senang ketika mereka mengerti apa yang disampaikan oleh pendidik.
Pertimbangan Menggunakan Suatu Metode
Setiap metode memiliki kekurangan dan kelebihan, kadang-kadang pendidik cukup menggunkan satu metode dalam menyampaikan materi, tetapi kadang juga perlu memadukan berbagai macam metode.
Maka dari itu sebelum menggunakan proses metode pendidik harus matang mempertimbangkan yang terkait dengannya, seperti tujuan setiap materi pendidikan, sebagaimana dikemukakan oleh KH. Imam Zarkasyi, salah seorang pendidik dari Pondok Pesantren Darussalam Gontor Ponorogo metode lebih penting daripada materi; tetap kepribadi guru lebih penting dibanding metode.
Demikianlah pembahasan tentang metode dalam pendidikan Islam yang sangat sederhana ini. Untuk menyempurnakan makalah ini kami berharap kritik dan saran yang membangun dari semua peserta diskusi sore hari ini.
B.     Saran dan Kritik
Dalam penyusunan makalah sangat jauh sekali dari kesempurnaan, maka dari itu penulis harapkan dari pembaca khususnya agar saling bekerja sama memberikan saran dan kritiknya yang membantu dan mendukung. Kurang dan lebihnya penulis berharap agar makalah ini bias bermanfaat dan penulis sampaikan terimakasih.



DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetyo.
2005    Strategi Belajar Mengajar, Pusta Kasetia, , Bandung.
Ahmad Tafsir.
1992    Ilmu Pendidikan dalam Pesepektif Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Al Syaibani, Omar Mohammad.
1979    Falsafah Pendidikan Islam, Bulan Bintang , Bandung
Ramayulis, 2008, Ilmu Pendidikan Islam, KalamMulia, Jakarta.
________, 2008, Metodologi Pendidikan Islam, KalamMulia, Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar

Romi Syahrurrohim. Diberdayakan oleh Blogger.