KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT,
Tuhan semesta alam, atas segala Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang
berjudul “Metode Pendidikan Islam”. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurah limpahkan kepada
baginda Rasul, yakni Nabi Muhammad SAW
beserta keluarganya dan para sahabatnya serta pengikut sampai akhir.
Makalah Ilmu Pendidikan Islam tentang ini,terutama sekali dimaksudkan
untuk menjadi salah satu bahan bacaan dan memenuhi salah satu tugas pada
mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam.
Dalam penyusunan makalah ini ucapan
terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang membantu baik secara moril
maupun materil.
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari
masih jauh dari kata sempurna. Atas segala kekurangan dan kekhilafan, kiranya
para pembaca berkenan untuk menyampaikan saran dan kritik konstruktif demi
kesempurnaan makalah ini pada masa yang akan datang. Amin ya Rabbal’Alamiin.
Bandung, 29 Oktober2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Tidaklah berlebihan jika ada sebuah ungkapan “aththariqah
ahammu minal maddah”, bahwa metode jauh lebih penting dibandingkan dengan
materi, karena sebaik apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh metode
yang tepat, tujuan tersebut sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik.
Sebuah metode akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap
atau tidak.. Oleh sebab itu pemilihan metode pendidikan harus dilakukan secara
cermat, disesuaikan dengan berbagai faktor terkait, sehingga hasil pendidikan
dapat memuaskan. Apa yang dilakukan Rasulullah SAW saat menyampaikan wahyu
Allah kepada para sahabatnya bisa kita teladani, karena Rasul saw, sejak
awal sudah mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat
terhadap para sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat
akurat dalam menyampaikan ajaran Islam. Rasul saw sangat memperhatikan situasi,
kondisi dan karakter seseorang, sehingga nilai-nilai Islami dapat disampaikan
dengan baik. Rasulullah saw juga sangat memahami naluri dan kondisi setiap
orang, sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik meterial maupun
spiritual, beliau senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah swt. dan
syari’at-Nya.
B. Rumusan
Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam makalah ini dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian Metode
Pendidikan Islam ?
2. Apa Saja Dasar-dasar dari
pelaksanaan metode tersebut?
3. Macam-macam Metode Pendidikan Islam!
4. Bagaimana cara pendekatan terhadap
metode-metode itu sendiri?
Ketiga pertanyaan di atas akan menjadi sasaran pembahasan
kami, dengan harapan pembahasan yang kami lakukan menjadi terarah.
C. Tujuan
·
Agar mengetahui metode pendidikan Islam mana yang akan di
pakai dalam proses belajar dan mengajar oleh guru.
·
Mengetahui lebih
jelas tentang Metode itu sendiri itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Metode
Kata metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi,
kata metode berasal dari dari dua suku perkataan, yaitu meta dan hodos.
Meta berarti “melalui dan hodos berrti “jalan” atau “cara”. Dalam
Bahasa Arab metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti
langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu
pekerjaan. Sedangkan dalam bahasa Inggris metode disebut method yang berarti
cara dalam bahasa Indonesia.
Sedangkan menurut terminologi “istilah” para ahli
memberikan definisi yang beragam tentang metode, terlebih jika metode itu sudah
disandingkan dengan kata pendidikan atau pengajaran diantaranya :
- Winarno Surakhmad mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan
- Abu Ahmadi mendefinisikan bahwa metode adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur
- Ramayulis mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian metode mengajar merupaka alat untuk menciptakan proses pembelajaran.
- Omar Mohammad mendefinisikan bahwa metode mengajar bermakna segala kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, cirri-ciri perkembangan muridnya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli mengenai
pengertian metode di atas, beberapa hal yang harus ada dalam metode adalah :
- Adanya tujuan yang hendak dicapai
- Adanya aktivitas untuk mencapai tujuan
- Aktivitas itu terjadi saat proses pembelaran berlangsung
- Adanya perubahan tingkah laku setelah aktivitas itu dilakukan.
Ada istilah lain yang dalam pendidikan yang mengandung makna
berdekatan dengan metode, yaitu pendekatan dan teknik/ strategi. Pendekatan
merupakan pandangan falsafi terhadap subject matter yang harus diajarkan, dapat
juga diartikan sebagai pedoman mengajar yang bersifat realistis/ konseptual.
Sedangkan teknik/ strategi adalah siasat atau cara penyajian yang dikuasai
pendidik dalam mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik di
dalam kelas, agar bahan pelajaran dapat dipahami dan digunakan dengan baik.
B. Dasar
Metode Pendidikan Islam
Dalam penerapannya, metode pendidikan Islam menyangkut permasalahan
individual atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri. Untuk itu dalam
menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode
pendidikan Islam. Sebab metode pendidikan merupakan sarana atau jalan
menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang
pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar metode pendidikan tersebut. Dasar
metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah dasar agamis, biologis,
psikologis, dan sosiologis.
1.
Dasar Agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam pendidikan
Islam haruslah berdasarkan pada Agama. Sementara Agama Islam merujuk pada Al
Qur’an dan Hadits. Untuk itu, dalam pelaksanannya berbagai metode yang
digunakan oleh pendidik hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan yang muncul
secara efektif dan efesien yang dilandasi nilai-nilai Al Qur’an dan Hadits.
2.
Dasar Biologis, Perkembangan biologis manusia mempunyai pengaruh dalam
perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan biologis seseorang,
maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya intelektualnya. Untuk itu
dalam menggunakan metode pendidikan Islam seorang guru harus memperhatikan
perkembangan biologis peserta didik.
3.
Dasar Psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik akan
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan nilai pendidikan dan
pengetahuan yang dilaksanakan, dalam kondisi yang labil pemberian ilmu
pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Oleh karenanya metode pendidikan Islam baru dapat diterapkan secara
efektif bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis peserta
didiknya. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi
psikologis yang tumbuh pada peserta didik. Sebab dalam konsep Islam akal
termasuk dalam tataran rohani.
4.
Dasar sosiologis. Saat pembelanjaran berlangsung ada interaksi antara pesrta
didik dengan peserta didik dan ada interaksi antara pendidik dengan peserta
didik, atas dasar hal ini maka pengguna metode dalam pendidikan Islam harus
memperhatikan landasan atau dasar ini. Jangan sampai terjadi ada metode yang
digunakan tapi tidak sesuai dengan kondisi sosiologis peserta didik, jika hal
ini terjadi bukan mustahil tujuan pendidikan akan sulit untuk dicapai.
Keempat dasar di atas merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan dan harus diperhatikan oleh para pengguna metode pendidikan
Islam agar dalam mencapai tujuan tidak mengunakan metode yang tidak tepat dan
tidak cocok kondisi agamis, kondisi biologis, kondisi psikologis, dan kondisi
sosiologis peserta didik.
C. Macam-macam
Metode dalam Pendidikan Islam
Sebagai ummat yang telah dianugerahi Allah Kitab AlQuran
yang lengkap dengan petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat
universal sebaiknya menggunakan metode mengajar dalam pendidikan Islam yang
prinsip dasarnya dari Al Qur’an dan Hadits. Diantara metode- metode
tersebut adalah:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian inforemasi melalui penuturan
secara lisan oleh pendidik kepada peserta didik. Prinsip dasar metode ini
terdapat di dalam Al Qur’an :
!$£Jn=sù öNßg8pgUr& #sÎ) öNèd tbqäóö7t Îû ÇÚöF{$# ÎötóÎ/ Èd,ysø9$# 3 $pkr'¯»t â¨$¨Z9$# $yJ¯RÎ) öNä3ãøót/ #n?tã Nä3Å¡àÿRr& ( yì»tG¨B Ío4quysø9$# $u÷R9$# ( ¢OèO $uZøs9Î) öNä3ãèÅ_ótB Nä3ã¤Îm7t^ãZsù $yJÎ/ óOçFZä. cqè=yJ÷ès?
Maka tatkala Allah menyelamatkan
mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang
benar. Hai manusia, Sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu
sendiri (hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian
kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan (Q.S. Yunus : 23)
2. Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana seorang
guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran yang
telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca.
Prinsip dasar metode ini terdapat dalam hadits Tanya jawab
antara Jibril dan Nabi Muhammad tentang iman, islam, dan ihsan.
Selain itu ada juga hadits yang lainnya seperti hadits
berikut ini :
حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ ح وَقَالَ قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا
بَكْرٌ يَعْنِي ابْنَ مُضَرَ كِلَاهُمَا عَنْ ابْنِ الْهَادِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ
إِبْرَاهِيمَ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَفِي حَدِيثِ
بَكْرٍ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ
يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ قَالُوا لَا يَبْقَى
مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ قَالَ فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو
اللَّهُ بِهِنَّ الْخَطَايَا.
Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sa’id,
hadis Lâis kata Qutaibah hadis Bakr yaitu ibn Mudhar dari ibn Hâd dari Muhammad
ibn Ibrahim dari Abi Salmah ibn Abdurrahmân dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah
saw. bersabda; Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu
salah seorang di antara kalian. Ia mandi di sana lima kali sehari. Bagaimana
pendapat kalian? Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka menjawab, tidak
akan tersisa kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda; Begitulah perumpamaan
salat lima waktu, dengannya Allah menghapus dosa-dosa. ( HR. Muslim )
3. Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian/ penyampaian
bahan pelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik/
membicarakan dan menganalisis secara ilmiyah guna mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan atas sesuatu masalah.
Abdurrahman Anahlawi menyebut metode ini dengan sebutan hiwar (dialog).
Prinsip dasar metode ini terdapat dalam Al Qur’an Surat
Assafat : 20-23 yang berbunyi :
(#qä9$s%ur $uZn=÷uq»t #x»yd ãPöqt ÈûïÏd9$# ÇËÉÈ #x»yd ãPöqt È@óÁxÿø9$# Ï%©!$# OçGYä. ¾ÏmÎ/ cqç/Éjs3è? ÇËÊÈ (#rçà³ôm$# tûïÏ%©!$# (#qçHs>sß öNßgy_ºurør&ur $tBur (#qçR%x. tbrßç7÷èt ÇËËÈ `ÏB Èbrß «!$# öNèdrß÷d$$sù 4n<Î) ÅÞºuÅÀ ËLìÅspgø:$# ÇËÌÈ
(20)
dan mereka berkata:"Aduhai celakalah kita!" Inilah hari pembalasan. (21).
Inilah hari keputusan yang kamu selalu mendustakannya..(22) (kepada Malaikat
diperintahkan): "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat
mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah,(23) selain Allah; Maka
tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. (Q.S. Ash-Shaaffat: 20-23)
Selain itu terdapat juga dalam
hadits yang berbunyi :
حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ
وَهُوَ ابْنُ جَعْفَرٍ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا
الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ
فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ
وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ
هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ
وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا
عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ.
Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sâ’id
dan Ali ibn Hujr, katanya hadis
Ismail dan dia ibn Ja’far dari ‘Alâ’ dari ayahnya dari Abu Hurairah ra.
bahwasnya Rasulullah saw. bersabda: Tahukah kalian
siapa orang yang muflis (bangkrut)?, jawab mereka; orang yang tidak memiliki
dirham dan harta.Rasul bersabda; Sesungguhnya orang yang muflis dari ummatku
adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) salat, puasa
dan zakat,. Dia datang tapi telah mencaci ini, menuduh ini, memakan harta orang
ini, menumpahkan darah (membunuh) ini dan memukul orang ini. Maka orang
itu diberi pahala miliknya. Jika kebaikannya telah habis sebelum ia bisa
menebus kesalahannya, maka dosa-dosa mereka diambil dan dicampakkan kepadanya,
kemudian ia dicampakkan ke neraka.( HR. Muslim )
4. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara mengajar dimana
seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid-murid, sedangkan
hasil tersebut diperiksa oleh guru dan murid harus mempertanggung jawabkannya.
Prinsip dasar metode ini terdapat dalam Al Qur’an yang
berbunyi :
$pkr'¯»t ãÏoO£ßJø9$# ÇÊÈ óOè% öÉRr'sù ÇËÈ y7/uur ÷Éi9s3sù ÇÌÈ y7t/$uÏOur öÎdgsÜsù ÇÍÈ tô_9$#ur öàf÷d$$sù ÇÎÈ wur `ãYôJs? çÏYõ3tGó¡n@ ÇÏÈ Îh/tÏ9ur ÷É9ô¹$$sù ÇÐÈ
(1) Hai orang yang berkemul (berselimut), (2)
bangunlah, lalu berilah peringatan! (3) dan Tuhanmu agungkanlah! (4) dan
pakaianmu bersihkanlah, (5) dan perbuatan dosa tinggalkanlah, (6) dan janganlah
kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. (7) dan
untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. (Q.S. Al-Muddatstsir : 1-7)
5.
Metode Demontrasi
Metode demontrasi adalah suatu cara
mengajar dimana guru mempertunjukan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan
sesuatu sedangkan murid memperhatikannya.
Prinsip dasarnya terdapat dalam
hadits yang berbunyi
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ قَالَ حَدَّثَنَا
أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ قَالَ حَدَّثَنَا مَالِكٌ أَتَيْنَا إِلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ
فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ يَوْمًا وَلَيْلَةً وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحِيمًا رَفِيقًا فَلَمَّا ظَنَّ أَنَّا قَدْ
اشْتَهَيْنَا أَهْلَنَا أَوْ قَدْ اشْتَقْنَا سَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا
بَعْدَنَا فَأَخْبَرْنَاهُ قَالَ ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ فَأَقِيمُوا فِيهِمْ
وَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ وَذَكَرَ أَشْيَاءَ أَحْفَظُهَا أَوْ لا أَحْفَظُهَا
وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي.
Artinya: Hadis dari Muhammad ibn
Muşanna, katanya hadis dari Abdul Wahhâb katanya Ayyũb dari Abi Qilâbah katanya
hadis dari Mâlik. Kami mendatangi Rasulullah saw. dan kami pemuda yang sebaya.
Kami tinggal bersama beliau selama (dua puluh malam) 20 malam. Rasulullah
saw adalah seorang yang penyayang dan memiliki sifat lembut. Ketika
beliau menduga kami ingin pulang dan rindu pada keluarga, beliau
menanyakantentang orang-orang yang kami tinggalkan dan kami memberitahukannya.
Beliau bersabda; kembalilah bersama keluargamu dan tinggallah bersama mereka,
ajarilah mereka dan suruhlah mereka. Beliau menyebutkan hal-hal yang saya hapal
dan yang saya tidak hapal. Dan salatlah sebagaimana kalian melihat aku salat. (
HR. al-Bukhari )
6. Metode eksperimen
Suatu cara mengajar dengan menyuruh murid melakukan suatu
percobaan, dan setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh setiap
murid, sedangkan guru memperhatikan yang dilakukan oleh murid sambil memberikan
arahan.
Prinsip dasar metode ini ada dalam hadits :
حَدَّثَنَا آدَمُ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا
الْحَكَمُ عَنْ ذَرٍّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبْزَى عَنْ
أَبِيهِ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ إِنِّي
أَجْنَبْتُ فَلَمْ أُصِبْ الْمَاءَ فَقَالَ عَمَّارُ بْنُ يَاسِرٍ لِعُمَرَ بْنِ
الْخَطَّابِ أَمَا تَذْكُرُ أَنَّا كُنَّا فِي سَفَرٍ أَنَا وَأَنْتَ فَأَمَّا
أَنْتَ فَلَمْ تُصَلِّ وَأَمَّا أَنَا فَتَمَعَّكْتُ فَصَلَّيْتُ فَذَكَرْتُ
لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ هَكَذَا فَضَرَبَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَفَّيْهِ الْأَرْضَ وَنَفَخَ فِيهِمَا ثُمَّ مَسَحَ
بِهِمَا وَجْهَهُ ….
Artinya: Hadis Adam, katanya hadis
Syu’bah ibn Abdurrahmân ibn Abzâ dari ayahnya, katanya seorang laki-laki datang
kepada Umar ibn Khattâb, maka katanya saya sedang janabat dan tidak menemukan
air, kata Ammar ibn Yasir kepada Umar ibn Khattâb, tidakkah anda ingat ketika
saya dan anda dalam sebuah perjalanan, ketika itu anda belum salat, sedangkan
saya berguling-guling di tanah, kemudian saya salat. Saya menceritakannya
kepada Rasul saw. kemudian Rasulullah saw. bersabda: ”Sebenarnya anda cukup
begini”. Rasul memukulkan kedua telapak tangannya ke tanah dan meniupnya
kemudian mengusapkan keduanya pada wajah.
( HR. al-Bukhari )
Hadis di
atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong
şiqah dan şiqah hafiz, şiqah şubut. Menurut al-Asqalani, hadis ini mengajarkan
sahabat tentang tata cara tayammum dengan perbuatan. (Al-Asqalani, I: 444)
Sahabat Rasulullah saw. melakukan upaya pensucian diri dengan berguling di
tanah ketika mereka tidak menemukan air untuk mandi janabat. Pada akhirnya
Rasulullah saw. memperbaiki ekperimen mereka dengan mencontohkan tata cara bersuci
menggunakan debu.
7. Metode Amsal/ perumpamaan
Yaitu cara
mengajar dimana guru menyampaikan materi pembelajaran melalui contoh atau
perumpamaan.
Prinsip metode ini terdapat dalam Al
Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 17
öNßgè=sVtB È@sVyJx. Ï%©!$# ys%öqtGó$# #Y$tR !$£Jn=sù ôNuä!$|Êr& $tB ¼ã&s!öqym |=yds ª!$# öNÏdÍqãZÎ/ öNßgx.ts?ur Îû ;M»yJè=àß w tbrçÅÇö6ã ÇÊÐÈ
Artinya : Perumpamaan mereka adalah
seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya
Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam
kegelapan, tidak dapat melihat.
(Q.S. Albaqarah : 17)
Selain itu terdapat pula dalam
hadits yang berbunyi :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَاللَّفْظُ لَهُ
أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ يَعْنِي الثَّقَفِيَّ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ
عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ الْمُنَافِقِ كَمَثَلِ الشَّاةِ الْعَائِرَةِ بَيْنَ
الْغَنَمَيْنِ تَعِيرُ إِلَى هَذِهِ مَرَّةً وَإِلَى هَذِهِ مَرَّةً .
Artinya; Hadis dari Muhammad ibn
Mutsanna dan lafaz darinya, hadis dari Abdul Wahhâb yakni as- Śaqafi, hadis Abdullah
dari Nâfi’ dari ibn Umar, Nabi saw. bersabda: Perumpamaan orang munafik dalam
keraguan mereka adalah seperti kambing yang kebingungan di tengah
kambing-kambing yang lain. Ia bolak balik ke sana ke sini. ( HR. Muslim )
Hadis di
atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong
şiqah dan şiqah şubut, şiqah hâfiz, sedangkan ibn Umar adalah sahabat
Rasulullah saw. Menurut ath-Thîby (1417H, XI: 2634), orang-orang munafik,
karena mengikut hawa nafsu untuk memenuhi syahwatnya, diumpamakan seperti
kambing jantan yang berada di antara dua kambing betina. Tidak tetap pada satu
betina, tetapi berbolak balik pada ke duanya. Hal tersebut diumpamakan seperti
orang munafik yang tidak konsisten dengan satu komitmen.
Perumpamaan
dilakukan oleh Rasul saw. sebagai satu metode pembelajaran untuk memberikan
pemahaman kepada sahabat, sehingga materi pelajaran dapat dicerna dengan baik.
Matode ini dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain,
mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang lebih konkrit. Perumpamaan yang
digunakan oleh Rasulullah saw. sebagai satu metode pembelajaran selalu syarat
dengan makna, sehinga benar-benar dapat membawa sesuatu yang abstrak kepada
yang konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi
sesuatu yang sangat jelas.
8. Metode Targhib dan Tarhib
Yaitu cara
mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan ganjaran
terhadap kebaikan dan hukuman terhadap keburukan agar peserta didik melakukan
kebaikan dan menjauhi keburukan.
Prinsip dasarnya terdapat dalam
hadits berikut ini :
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ
حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي
سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ
أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ
مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ.
Artinya: Hadis Abdul Aziz ibn
Abdillah katanya menyampaikan padaku Sulaiman dari Umar ibn Abi Umar dari Sâ’id
ibn Abi Sa’id al-Makbârî dari Abu Hurairah, ia berkata: Ya Rasulullah, siapakah
yang paling bahagia mendapat syafa’atmu pada hari kiamat?, Rasulullah saw
bersabda: Saya sudah menyangka, wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada yang
bertanya tentang hadis ini seorangpun yang mendahului mu, karena saya melihat
semangatmu untuk hadis. Orang yang paling bahagia dengan syafaatku ada hari
Kiamat adalah orang yang mengucapkan ”Lâilaha illa Allah” dengan ikhlas dari
hatinya atau dari dirinya. ( HR. al-Bukhari )
Selain hadits juga hadits berikut
ini :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ
بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي عَمْرٌو عَنْ بَكْرِ بْنِ سَوَادَةَ الْجُذَامِيِّ عَنْ
صَالِحِ بْنِ خَيْوَانَ عَنْ أَبِي سَهْلَةَ السَّائِبِ بْنِ خَلَّادٍ قَالَ
أَحْمَدُ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ
رَجُلًا أَمَّ قَوْمًا فَبَصَقَ فِي الْقِبْلَةِ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْظُرُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ حِينَ فَرَغَ لَا يُصَلِّي لَكُمْ….
Artinya: Hadis Ahmad ibn Shalih,
hadis Abdullah ibn Wahhab, Umar memberitakan padaku dari Bakr ibn Suadah
al-Juzâmi dari Shâlih ibn Khaiwân dari Abi Sahlah as-Sâ’ib ibn Khallâd, kata
Ahmad dari kalangan sahabat Nabi saw. bahwa ada seorang yang menjadi imam salat
bagi sekelompok orang, kemudian dia meludah ke arah kiblat dan Rasulullah saw.
melihat, setelah selesai salat Rasulullah saw. bersabda ”jangan lagi dia menjadi
imam salat bagi kalian”( HR. Sijistani )
Hadis di
atas tergolong syarîf marfū’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong
şiqah hâfiz, şiqah dan şiqah azaly. Memberikan hukuman (marah) karena orang
tersebut tidak layak menjadi imam. Seakan-akan larangan tersebut disampaikan
beliau tampa kehadiran imam yang meludah ke arah kiblat ketika salat. Dengan
demikian Rasulullah saw. memberi hukuman mental kepada seseorang yang berbuat
tidak santun dalam beribadah dan dalam lingkungan social.
Sanksi dalam pendidikan mempunyai arti penting, pendidikan yang terlalu lunak akan membentuk pelajar kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati. Sanksi tersebut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut, dengan teguran, kemudian diasingkan dan terakhir dipukul dalam arti tidak untuk menyakiti tetapi untuk mendidik. Kemudian dalam menerapkan sanksi fisik hendaknya dihindari kalau tidak memungkinkan, hindari memukul wajah, memukul sekedarnya saja dengan tujuan mendidik, bukan balas dendam.
Sanksi dalam pendidikan mempunyai arti penting, pendidikan yang terlalu lunak akan membentuk pelajar kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati. Sanksi tersebut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut, dengan teguran, kemudian diasingkan dan terakhir dipukul dalam arti tidak untuk menyakiti tetapi untuk mendidik. Kemudian dalam menerapkan sanksi fisik hendaknya dihindari kalau tidak memungkinkan, hindari memukul wajah, memukul sekedarnya saja dengan tujuan mendidik, bukan balas dendam.
9. Metode pengulangan ( tikror )
Yaitu cara
mengajar dimana guru memberikan materi ajar dengan cara mengulang-ngulang
materi tersebut dengan harapan siswa bisa mengingat lebih lama materi yang
disampaikan, semakin terus terulang maka semakin ingat terus, dengan catatan,
materi yang lainnya sudah di sampaikan.
Prinsip dasarnya terdapat dalam
hadits berikut :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ
بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ
فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ.
Artinya: Hadis Musaddad ibn Musarhad
hadis Yahya dari Bahzâ ibn Hâkim, katanya hadis dari ayahnya katanya ia
mendengar Rasulullah saw bersabda: Celakalah bagi orang yang berbicara dan
berdusta agar orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya, kecelakaan baginya. ( HR.
As-Sijistani )
Hadis di
atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong
şiqah dan şiqah hafiz, şiqah sadũq. Rasulullah saw. mengulang tiga kali
perkataan ”celakalah”, ini menunjukkan bahwa pembelajaran harus dilaksanakan
dengan baik dan benar, sehingga materi pelajaran dapat dipahami dan tidak tergolong
pada orang yang merugi.
Satu
proses yang penting dalam pembelajaran adalah pengulangan/ latihan atau praktek
yang diulang-ulang. Baik latihan mental dimana seseorang membayangkan dirinya
melakukan perbuatan tertentu maupun latihan motorik yaitu melakukan perbuatan
secara nyata merupakan alat-alat bantu ingatan yang penting. Latihan mental,
mengaktifkan orang yang belajar untuk membayangkan kejadian-kejadian yang sudah
tidak ada untuk berikutnya bayangan-bayangan ini membimbing latihan motorik.
Proses pengulangan juga dipengaruhi oleh taraf perkembangan seseorang.
Kemampuan melukiskan tingkah laku dan kecakapan membuat model menjadi kode
verbal atau kode visual mempermudah pengulangan. Metode pengulangan dilakukan
Rasulullah saw. ketika menjelaskan sesuatu yang penting untuk diingat para
sahabat.
Selain itu metode
pendidikan Islam menurut Para ahli pendidikan Islam seperti Muhammad Quthb,
Abdurrohman an-Nahlawi dan Abdullah Ulwah, telah mengemukakan metode-metode pendidikan
Islam. diantaranya ialah sebagai berikut :
a.
Keteladanan
Pendidikan dengan teladan berarti pendidikan dengan
memberi contoh, baik berupa tingkah laku, sifat, cara berpikir, dan sebagainya.
Banyak ahli pendidikan yang berpendapat bahwa pendidikan dengan teladan
merupakan metode pendidikan yang paling berhasil guna. Hal itu karena dalam
belajar, orang pada umumnya, lebih mudah menangkap yang kongkrit ketimbang yang
abstrak.
Di dalam Al-Qur`an terdapat banyak ayat yang
menunjukan kepentingan penggunaan teladan dalam pendidikan, diantaranya yang
mengemukakan pribadi-pribadi taladan seperti dibawah ini :
I.
Pribadi
Rosululloh saw.: yang terdapat pada surat al-Ahzab ayat 21, yang artinya;
“Sesungguhnya
Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah”. (Q.s al-Ahzab : 21)
II.
Pribadi Nabi
Ibrahim as. Dan ummatnya : yang terdapat pada surat al-Mumtahanah ayat 4, yang
artinya;
Sesungguhnya Telah ada
suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan
Dia; (Q.s al-Mumtahanah : 4)
Kepentingan
penggunaan keteladanan juga terlihat dari teguran Allah terhadap orang-orang
yang menyampaikan pesan tetapi tidak mengamalkan pesan itu, Allah menjelaskan :
yang terdapat pada surat ash-Shaff ayat 2, yang artinya;
Wahai orang-orang yang
beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (q.s
al-Shaff : 2)
b.
Pembiasaan
Pembiaaan
merupakan proses penanaman kebiasaan. Yang dimaksud dengan kebiasaan (habit)
ialah cara-cara bertindak yang persistent, uniform, dan hampir-hampir otomatis
maksudnya hampir tidak disadari oleh pelakunya.
Pembiasaan
merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting, terutama bagi
anak-anak. Mereka belum menginsafi apa yang disebut baik dan buruk dalam arti
susila. Demikian pula mereka belum mempunyai kewajiban-kewajbian yang harus
dikerjakan seperti pada orang dewasa.
Seseorang
yang telah mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat melaksanakannya dengan mudah
dan senang hati. Bahkan segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dalam usia
muda sulit untuk diubah dan tetap berlangsung sampai hari tua. Atas dasar ini,
para ahli pendidikan senantiasa mengingatkan agar anak-anak segera dibiasakan
dengan sesuatu yang diharapkan menjadi kebiasaan sebelum terlanjur mempunyai
keibiasaan lain yang berlawanan dengannya.
Sunnah
Rosululloh saw, yang sangat dikenal sehubungan dengan metode pembiasaan ialah
sebagai berikut :
مُرُوْا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَ
اَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهًُمْ اَبْنَاءُ عَشْرِ
سِنِيْنَ, وَفَرَّقُوْا بَيْنَهُمْ فِى المَضَاجِعْ رواه بو دود
Suruhlah
anak-anak sekalian untuk melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh ahun,
dan pukullah mereka apaila meninggalkannya ketika mereka berumur sepuluh tahun,
dan pisahkanlah tempat tidur mereka. (H.R Abu dawud)
Menanamkan kebiasaa itu sulit dan kadang-kadang
memerlukan waktu yang lama kesulitan itu disebabkan pada mulanya seseorang atau
anak belum mengenal secara praktis sesuatu yang hendak dibiasakannya. Apalagi
yang dibiasakan itu kurang menyenagkan. Oleh sebab itu, dalam menanamkan
kebiasaan diperlukan pengawasan. bahkan dalam hal ini, sebagaimana disarankan
Abdulloh Ulwah, pendidikan bisa mengunakan motivasi dengan kata-kata yang baik,
bisa memberi hadiah, hingga menggunakan hukuman apabila dipandang perlu dalam
meluruskan penyimpangan.
Pembiasaan hendaknya disertai dengan usaha
membangkitkan kesadaran atau pengertian terus menerus akan maksud dari tingkah
laku yang dibiasakan. Sebab pembiasaan digunakan bukan untu memaksa peserta
didik agar melakukan sesuatu secara otomatis tanpa disadari oleh dirinya tetapi
dapat melaksanakan segala kebaikan dengan mudah tanpa merasa susah atau berat
hati . dismping itu, tingkah laku muslim yang benar adalah yang sejalan dengan
hatinya. Sesuai dengan yang ditegaskan oleh Rosul :
اِنَّمَا
اْلاَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ وَاِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Sesunggunya nilai perbuatan ditentukan oleh niat,
dan setiap orang akan mendapat balasan sesuai dengan niat perbuatannya.
Atas dasar hadis ini juga, pembiasaan yang pada
awalnya bersifat mekanistis hendaknya diusahakan agar menjadi kebiasaan yang
disertai kesadaran (kehendak dan kata hati) peserta didik sendiri. Hal ini
sangat mungkin apabila pembiasaan secara berangsur-angsur disertai dengan
penjelasan dan nasihat, sehingga makin lama timbul kesadaran dan pengertian
bagi peserta didik.
c.
Memberi Nasihat.
Al-Qur`an
sarat dengan nasihat, Allah menjelaskan yang terdapat pada surat An-Nisa ayat
58, yang artinya;
Sesungguhnya
Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. (Q.s an-Nisa : 58)
Yang
dimaksud dengan nasihat ialah : penjelasan tentang kebenaran dan kemaslahatan
dengan tujuan menghindarkan orang yang dinasihati dari bahaya serta
menunjukannya kejalan yang mendatangkan kebahagiaan dan manfa’at.
Memberi nasihat merupakan salah satu metode penting dalam pendidikan islam. dengan metode ini pendidik dapat menanamkan pengaruh yang baik ke dalam jiwa peserta didik apabila digunakan dengan cara yang dapat mengetuk relung jiwa melalui pintunya yang tepat. Cara yang dimaksud adalah hendaknya nasihat lahir dari hati yang tulus, artinya pendidik berusaha menimbulkan kesan bagi peserta didiknya. Hal inilah yang membuat nasihat mendapat penerimaan yang baik dari orang yang diberi nasihat. Kata ini dalam bahasa arab berakar pada kata nashaha dan mengandung pengertian bersih dari noda dan tipuan rajulun nashih al-jaib orang yang tidak memiliki sifat menipu, dan al-nashih berarti madu murni. Atas dasar ini Abdurrahman an-Nahlawi indikasi nasihat yang tulus ialah orang yang memberi nasihat tidak berorientasi pada kepentingan material pribadi. Sebaiknya dalam metode ini pendidik menggunakan teknik-teknik tidak langsung seperti dengan bercerita dan membuat perumpamaan. Seperti dengan cerita atau kisah yang bermuatan ajaran moral dan nilai-nilai edukatif, seperti cerita yang disajikan dalam al-Qur`an yang tentunya banyak pelajaran dan nasihat yang dapat diambil oleh peserta didik.
Memberi nasihat merupakan salah satu metode penting dalam pendidikan islam. dengan metode ini pendidik dapat menanamkan pengaruh yang baik ke dalam jiwa peserta didik apabila digunakan dengan cara yang dapat mengetuk relung jiwa melalui pintunya yang tepat. Cara yang dimaksud adalah hendaknya nasihat lahir dari hati yang tulus, artinya pendidik berusaha menimbulkan kesan bagi peserta didiknya. Hal inilah yang membuat nasihat mendapat penerimaan yang baik dari orang yang diberi nasihat. Kata ini dalam bahasa arab berakar pada kata nashaha dan mengandung pengertian bersih dari noda dan tipuan rajulun nashih al-jaib orang yang tidak memiliki sifat menipu, dan al-nashih berarti madu murni. Atas dasar ini Abdurrahman an-Nahlawi indikasi nasihat yang tulus ialah orang yang memberi nasihat tidak berorientasi pada kepentingan material pribadi. Sebaiknya dalam metode ini pendidik menggunakan teknik-teknik tidak langsung seperti dengan bercerita dan membuat perumpamaan. Seperti dengan cerita atau kisah yang bermuatan ajaran moral dan nilai-nilai edukatif, seperti cerita yang disajikan dalam al-Qur`an yang tentunya banyak pelajaran dan nasihat yang dapat diambil oleh peserta didik.
Sesungguhnya
pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal..(Q.s Yusuf : 111).
Belumkah
datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka,
(yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri
yang Telah musnah? Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa
keterangan yang nyata, Maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan
tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
(Q.s
al-Taubat : 70)
Ketika
menggunakan nasihat itu dengan bentuk kisah-kisah, pendidik dapat membahasnya
secara panjang-lebar dan meninjaunya dari berbagai aspek selaras dengan tujuan pendidikan
yang hendak dicapai.
Pendidik
dapat pula menggunakan pelajaran sejarah untuk menyampaikan ajaran dan nasihat.
Banyak umat yang jatuh karena akhlaknya rusak, maka kata Abdurrahman
al-nahlawi, bukan untuk menanamkan fanatisme kebangsaan atau keagamaan
tertentu, melainkan untuk memetik pelajarannya dan mengetahui intisarinya.
d.
Motivasi dan
Intimidasi.
Metode
ini telah digunakan masyarakat secara luas: orang tua terhadap anak, pendidik
terhadap murid, bahkan masyarakat luas dalam interaksi antar sesamanya.
Al-Qur`an ketika menggambarkan surga dan segala nikmatnya dan neraka dengan
segala siksaannya menggunakan metode ini, kemudian pula ketika mengemukakan
prinsip logis tentang keseimbangan antara balasan dan perbuatan.
Pada
hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya
diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka , Barangsiapa yang
mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya pula (Q.s al-Zaljalah : 6-8)
Dalam
bahasa arab metode ini disebut uslub al-targhib wa al-tarhib. Metode ini sesuai
dengan tabiat manusia dimanapun berada, apapun jenis, warna kulit, atau
ideologinya. Manusia menurut tabiatnya bertingkah laku sesuai dengan kadar
pengetahuannya tentang akibat yang mungkin lahir dari tingkah laku dan
perbuatannya, apakah perbuatan itu membahayakan atau menyenangkan.
Metode
ini digunakan sesuai dengan perbedaan tabiat dan kadar kepatuhan manusia
terhadap prinsip dan kaidah islam, sebab pengaruh yang dihasilkan tiap-tiap
metode itu tidaklah sama, metode motivasi lebih baik dari pada intmidasi. Yang
pertama bersifat positif dan pengaruhnya relatif lebih lama karena bersandar
pada pembangkitan dorongan instrinsik manusia, sementara itu metode kedua
bersifat negatif dan pengaruhnya relatif temporal (sementara) karena berdasar
pada rasa takut.
Penggunaan metode motivasi adalah prinsip yang mengutamakan dengan suasana yang menyenangkan dalam belajar. Karena ajaran Islam kata Abdul Fatah Jalal, memberikan prioritas pada upaya menggugah suasana gembira dibanding dengan ancama dan hukuman.
Penggunaan metode motivasi adalah prinsip yang mengutamakan dengan suasana yang menyenangkan dalam belajar. Karena ajaran Islam kata Abdul Fatah Jalal, memberikan prioritas pada upaya menggugah suasana gembira dibanding dengan ancama dan hukuman.
Pengutamaan
penggunaan metode motivasi atas intimidasi terlihat melalui fakta-fakta sebagai
berikut :
1. Rosululloh
saw diutus kepada ummat manusia dengan memberikan kabar gembira :
Sesungguhnya kami Telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.(Q.s al-Baqoroh : 119)
Sesungguhnya kami Telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.(Q.s al-Baqoroh : 119)
2. Alloh
memuji Rosululloh saw yang bersandar pada pemberian kabar gembira dan
menyerunya untuk senantiasa menggunakannya :
Maka disebabkan rahmat
dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu . Kemudian apabila kamu Telah
membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q.s al-Imron : 159)
3. Dalam
hal kebaikan, Alloh melipat gandakan pahalanya, sementara dalam hal keburukan,
Dia membalasnya setimpal dengan keburukan itu :
Barangsiapa membawa
amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan
barangsiapa yang membawa perbuatan jahat Maka dia tidak diberi pembalasan
melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya
(dirugikan). (Q.s al-Imron : 160).
Semua ini
menunjukan bahwa pendidikan Islam lebih mengutamakan penggunaan metode motivasi
ketimbang intimidasi dan hukuman baru digunakan metode-metode lain seperti
pemberian nasihat, petunjuk, dan bimbingan, bila tidak berhasil untuk
mewujudkan tujuan.
e.
Hukuman
Para
filosof dan pendidik muslim seperti Ibnu Sina, al-Gozali, al-Abdari, Ibnu
khaldun dan Muammad al-Atiyah al-Abrasyi, mereka secara sepakat berpegang pada
prinsip yang menyatakan :
اَلــوِقَـايَةُ خَيْرٌ مِنَ العِـــلاَجِ
Menjaga
(tindakan preventif) lebih baik ketimbang mengobati (tindakan kuratif)
Hukuman merupakan metode terburuk, tetapi dalam kondisi tertentu harus digunakan. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang hendaknya diperhatikan pendidik dalam menggunakan hukuman :
Hukuman merupakan metode terburuk, tetapi dalam kondisi tertentu harus digunakan. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang hendaknya diperhatikan pendidik dalam menggunakan hukuman :
1. Hukuman
adalah metode kuratif, artinya tujuan hukuman ialah untuk memperbaiki peserta
didik yang melakukan kesalahan dan memelihara peserta didik lainnya. Dan
pendidik hendaknya tidak boleh menjatuhkan hukuman ketika marah.
2. Hukuman
baru digunakan apabila metode lain seperti nasihat dan peringatan tidak
berhasil, guna dalam memperbaiki peserta didik. Abdul Ulwah memberikan
langkah-langkah untuk mengingtakan kesalahan yang mereka lakukan : memberi
pengarahan, membujuk, memberi isyarat, mencela, mengucilkan, memukul dan yang
mengandung pendidikan bagi orang lain. Dalam al-Qur`an prinsip dalam tahapan
memberikan hukuman wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya , Maka
nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah
mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan
untuk menyusahkannya . Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
3. Sebelum
dijatuhi hukuman peserta didik hendaknya lebih dahulu diberi kesempatan untuk
bertaubat dan memperbaiki dirinya.
4. Hukuman
yang dijatuhkan hendaknya dapat dimengerti olehnya, sehingga ia sadar akan
kesalahan dan tidak mengulanginya.
5. Hukuman
psikhis lebih baik ketimbang hukumnan fisik.
6. Hukuman
hendaknya disesuaikan dengan perbedaan latar belakang kondisi peserta didik,
karena peserta didik mempunyai kesiapan yang berbeda-beda dalam hal kecerdasan
ataupun respons yang dilahirkannya.
7. Hukuman
dijatuhkan sesuai dengan kesalahannya.
8. Pendidik
hendaknya tidak mengeluarkan ancaman hukuman yang tidak mungkin dilakukannya.
f.
Metode Persuasi
Metode ini ialah Meyakinkan peserta didik tetang
suatu ajaran dengan kekuatan akal. Metode ini dalam bahasa arab dikenal dengan
istilah uslub al-iqna wa al-iqtina.
Penggunaan metode ini didasarkan atas pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang berakal. Dengan metode ini pula pendidikan Islam menekankan pentingnya memperkenalkan dasar-dasar rasional dan logis segala persoalan yang dimajukan kepada peserta didik.
Penggunaan metode ini didasarkan atas pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang berakal. Dengan metode ini pula pendidikan Islam menekankan pentingnya memperkenalkan dasar-dasar rasional dan logis segala persoalan yang dimajukan kepada peserta didik.
g.
Pengetahuan
Teoritis
Metode
ini merupakan paling tua dan umum digunakan dalam pendidikan. Termasuk
pendidikan Islam. pengetahun teoritis itu penting karena ia mengembangkan akal
pikiran manusia dan membantunya untuk membentuk latar belakang kultural yang
memungkirinya untuk berinteraksi dengan masyarakatnya. Dan membantunya sebagai
peranan masyarakat yang baik.
D. Macam-macam
Pendekatan Metode dalam Pendidikan Islam
Menurut
Ramayulis pendekatan pandangan falsafi terhadap subject materi yang harus
diajarkan dan selanjutnya melahirkan metode mengajar. Menurutnya setidaknya ada
enam pendekatan yang dapat digunakan pendidikan Islam dalam pelaksanaan
proses pembelajaran, yaitu :
- Pendekatan pengalaman. Yaitu pemberian pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan. Dengan pendekatan ini peserta didik diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman keagamaan, baik secara individual maupun kelompok. Ada pepatah yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang paling baik.
- Pendekatan pembiasaan. Pembiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja yang kadang kala tanpa dipikirkan. Pendekatan pembiasaan dalam pendidikan berarti memberikan kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan ajarannya.
- Pendekatan emosional. Pendekatan emosional adalah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini ajaran Islam serta dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk.
- Pendekatan Rasional, yaitu suatu pendekatan mempergunakan rasio dalam memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah. Dengan kekuatan akalnya manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, bahkan dengan akal yang dimilikinya juga manusia juga dapat membenarkan dan membuktikan adanya Allah.
- Pendekatan fungsional, yaitu suatu pendekatan dalam rangka usaha menyampaikan materi agama dengan menekankan kepada segi kemanfaatan pada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan tingkat perkembangannya. Ilmu Agama yang dipelajari anak di sekolah bukanlah hanya sekedar melatih otak tetapi diharapkan berguna bagi kehidupan anak, baik dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan social.
- Pendekatan keteladanan. Pendekatan keteladanan adalah memperlihatkan keteladanan baik yang berlangsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antara personal sekolah, perilaku pendidik dan tenaga kependidikan lainnya yang mencerminkan akhlak terpuji, maupun yang tidak langsungmelalui suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah ketauladanan.
Selain
itu pendekatan metode pendidikan Islam menurut Para ahli pendidikan Islam
1.
Pendekatan
Tilawah : Pendekatan Ini meliputi membacakan ayat-ayat Alloh
yang bertujuan memandang fenomena alam sebagai tanda kekuasannya, hal ini
mempunyai indikasi tafakkur (berfikir) dan tadzakkur (berdzikir) sedangkan
aplikasinya adalah pembentukan kelompok ilmiah, dan kegiatan ilmiah lainnya,
dengan landasan Al-Qur`an dan Al-Hadist misalnya pengkajian, penelitian dan
lain sebagainya.
2.
Pendekatan
Tazkiyah : Pendekatan ini diartikan dengan menyucikan
dirinya dengan cara amar ma’ruf nahyil mungkar (tindakan proaktif dan reaktif),
untuk menjaga kebersihan dirinya dari laingkunganny, jelas indicator pendekatan
ini fisik, psikis dan social. Aplikasinya adalah dengan gerakan kebersihan,
ceramah, tabligh, serta pengembangan control social.
3.
Pendekatan
Ta’lim Al-Kitab : Pendekatan Ini bertujuan untuk membaca,
memahamim menghayati dan merenungkan Al-Qur`an dan As-Sunnah sebagai
pedomannya.
4.
Pendekatan
Ta’lim Al-Hikmah : Indikator utama dalam pendekatan ini adalah
mengadakan interprestasi dan perenungan terhadap pendekatan al-kitab.
5.
Yuallimukum
maa lam takuunuu ta’lamun : Pendekatan ini mungkin
hanya dinikmati oleh Nabi dan Rosul saja, seperti adanya mukjijat, sedangkan
manusia seperti kita hanya bisa menikmati sebagian kecil saja, indikator
pendekatan ini adalah penemuan teknologi canggih yang dapat membawa manusia
pada penjelajahan ruang angkasa, sedang aplikasinya adalah mengembangkan produk
teknologi yang dapat membawa manusia pada penjelajahan ke angkasa, sedangkan
aplikasinya mengembangkan produk teknologi yang dapat mempermudah dan membantu
kehidupan manusia sehari-hari.
6.
Pendekatan
Islah : Pelepasan beban dan belenggu yang bertujuan memiliki
kepekaan terhadap penderitaan orang lain, memiliki komitmen memihak bagi kaum
yang tertindas, dan berupaya menyeimbangkan perbedaan paham. Pendekatan ini
bertujuan untuk memelihara ukhuwah islamiyah dengan aplikasinya kunjungan ke
keompok kaum dlu’afa, kampanye amal sholeh dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode dalam pendidikan Islam
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Sebaik-baiknya materi yang akan kita sampaikan tanpa disertai metode yang tepat
dalam pencapaiannya dikhawatirkan esensi dari materi tersebut tidak sampai dan
tidak difahami oleh peserta didik
Metode dan pendekatan pendidik terhadap peserta
didik ini sama dengan metode pengejaran, maka untuk menjadi seorang pendidik
yang profesional tentunya harus bisa menguasai metode terhadap peserta didik dalam
menyampaikan pelajarannya.
Melalui metode pendidikan dan pendekatan pendidik
terhadap peserta didik, memudahkan dalam penyampaian pendidik terhadap peserta
didik, tentunya peserta didik merasa nyaman dan senang ketika mereka mengerti
apa yang disampaikan oleh pendidik.
Pertimbangan Menggunakan Suatu Metode
Setiap metode
memiliki kekurangan dan kelebihan, kadang-kadang pendidik cukup menggunkan satu
metode dalam menyampaikan materi, tetapi kadang juga perlu memadukan berbagai
macam metode.
Maka dari itu sebelum
menggunakan proses metode pendidik harus matang mempertimbangkan yang terkait
dengannya, seperti tujuan setiap materi pendidikan, sebagaimana dikemukakan
oleh KH. Imam Zarkasyi, salah seorang pendidik dari Pondok Pesantren Darussalam
Gontor Ponorogo metode lebih penting daripada materi; tetap kepribadi guru
lebih penting dibanding metode.
Demikianlah pembahasan tentang metode dalam pendidikan Islam
yang sangat sederhana ini. Untuk menyempurnakan makalah ini kami berharap
kritik dan saran yang membangun dari semua peserta diskusi sore hari ini.
B. Saran dan Kritik
Dalam penyusunan makalah sangat jauh
sekali dari kesempurnaan, maka dari itu penulis harapkan dari pembaca khususnya
agar saling bekerja sama memberikan saran dan kritiknya yang membantu dan mendukung.
Kurang dan lebihnya penulis berharap agar makalah ini bias bermanfaat dan
penulis sampaikan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetyo.
2005 Strategi
Belajar Mengajar, Pusta Kasetia, , Bandung.
Ahmad Tafsir.
1992 Ilmu Pendidikan dalam Pesepektif Islam, PT
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Al Syaibani, Omar Mohammad.
1979 Falsafah
Pendidikan Islam, Bulan Bintang , Bandung
Ramayulis, 2008, Ilmu Pendidikan Islam, KalamMulia, Jakarta.
________, 2008, Metodologi Pendidikan Islam, KalamMulia,
Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar