Pengelolaan Sistem Informasi Pendidikan
KATA
PENGANTAR
Dengan
memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa dan shalawat serta
salam semoga terlimpah curah kepada Nabi Muhammad saw, sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah yang telah kami buat yang berjudul “ Pengelolaan Sistem Informasi Pendidikan”
diambil dari salah satu materi matakuliah kami yaitu Pengelolaan Pendidikan.
Kami berharap
dengan hasil terselesainya makalah ini benar-benar bisa memberikan manfaat bagi
pendidik terutama mahasiswa, dalam memahami dan menerapkan konsep dan
dasar-dasar tentang materi pendidikan agama islam di sekolah..
Kami menyadari
dalam pembuatan atau penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangan. Oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun khususnya bagi
kelompok kami di masa yang akan datang, umumnya kebaikan bagi kita semua.
Akhir kata kami
mohon maaf sebesar-besarnya apabila ada hal–hal yang masih kurang baik, dalam
penulisan, memadukan kata-kata, dan penyampaian materi, karena kami masih dalam
proses pembimbingan dan pembelajaran.
Bandung,
11 Maret 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Dewasa ini persaingan antara sumber daya manusia semakin hari
semakin terasa sangat ketat, hal ini tidak terlepas dari perkembangan dunia
yang menuntut tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas sumber
daya manusia salah satunya ditentukan oleh berapa lama manusia tersebut
mengenyam pendidikan formal maupun pendidikan non formal, sebab melalui
pendidikan manusia akan menjadi tahu apa yang mereka belum mereka ketahui.
Jenjang pendidikan di negara kita sudah sangat memadai mulai dari sekolah dasar
sampai keperguruan tinggi, tinggal bagaimana para peserta didik bersedia
mengikuti serta mentaati semua kurikulum yang ada pada lembaga pendidikan,
setelah para peserta didik bersedia untuk dididik dan dibina maka kesiapan
lembaga pendidikanlah yang pada akhirnya menentukan kualitas peserta didiknya
setelah mereka selesai mengenyam pendidikan pada lembaganya masing-masing.
Persaingan antara lembaga pendidikan kian hari kian kuat saja, hal ini memaksa
sekolah-sekolah yang ada berlomba-lomba menawarkan pelayanan terbaik bagi calon
peserta didiknya. Sejalan dengan perkembangan dunia teknologi setiap sekolah
dituntut untuk memasukkan sistem khususnya sistem informasi sebagai bagian dari
pengelolaan manajemen di sekolah, dengan masuknya sistem informasi ke dalam
sekolah diharapkan lulusannya kelak memiliki keterampilan lain disamping
pengetahuan-pengetahuan inti yang mereka dapatkan selama mengikuti proses
pembelajaran di sekolah. Masuknya sistem informasi pada setiap sekolah juga
dapat meningkatkan daya saing sekolah bersangkutan dengan sekolah lain, dengan
adanya sistem informasi segala informasi yang berkaitan dengan sekolah akan
mudah dan cepat diakses bagi mereka yang membutuhkan khususnya calon peserta
didik baru. Sistem informasi untuk pendidikan sangat diperlukan untuk
mengefektifkan dan mengoptimalkan kegiatan pembelajaran di sekolah sehingga
siswa mampu meningkatkan prestasinya. Berdasarkan pemaparan di atas kami akan
membahas tentang penyusunan sistem informasi untuk pendidikan untuk sekolah dan
melalui makalah ini diharapkan akan dihasilkan suatu kajian tentang penyusunan
sistem informasi untuk pendidikan untuk sekolah.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa Pengertian Sistem Informasi Pendidikan ?
2.
Apa komponen sistem informasi dalam sekolah?
3.
Bagaimana langkah menyusun sistem informasi pendidikan untuk
sekolah?
4.
Apa saja kendala dalam penyusunan sistem informasi pendidikan di
sekolah?
5.
Bagaimana manfaat sistem informasi pendidikan di sekolah?
6.
Apa Pengertian Komunikasi Nonverbal?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sistem Informasi Pendidikan
Sistem Informasi menurut Wikipedia Indonesia, 2010 adalah:
1.
Sistem Informasi adalah sekumpulan hardware, software, brainware,
prosedur atau aturan yang diorganisasikan secara integral untuk mengolah data
menjadi informasi yang bermanfaat guna memecahkan masalah dan pengambilan
keputusan.
2.
Sistem informasi adalah sekumpulan komponen pembentuk sistem yang
mempunyai keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lain yang bertujuan
menghasilkan suatu informasi dalam suatu bidang tertentu. Sedangkan dari sumber
lain, ada beberapa pengertian sistem informasi, yaitu:
3.
Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan
diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang
saling terkait dan saling mendukung sehingga menjadi suatu informasi yang
berharga bagi yang menerimanya.
4.
Menurut Lani Sidharta, sistem informasi adalah sistem buatan
manusia yang berisi himpunan terintegrasi dari komponen-komponen manual dan
komponen-komponen terkomputerisasi yang bertujuan untuk mengumpulkan data,
memproses data, dan menghasilkan informasi.
5.
Menurut Gelinas, sistem informasi adalah suatu sistem buatan
manusia yang terdiri atas sekumpulan komponen berbasis komputer dan manual yang
dibuat untuk menghimpun, menyimpan, dan mengelola data serta menyediakan
informasi keluaran kepada para pemakainya
6.
Dalam buku Sistem Informasi Pendidikan yang ditulis oleh Hamid Al
Jufri dikatakan bahwa sistem informasi dalam suatu organisasi dapat dikatakan
sebagai suatu sistem yang menyediakan informasi bagi semua tingkatan dalam
organisasi tersebut kapan saja diperlukan. Sistem ini menyimpan, mengambil,
mengubah, mengolah, dan mengkomunikasikan informasi yang diterima dengan
menggunakan sistem informasi atau perlengkapan sistem lainnya. Sistem informasi
juga dapat didefinisikan sebagai suatu sistem dalam suatu organisasi yang
merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media,
prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur
komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal
kepada manajemen dan pihak lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan
eksternal yang penting dan menyediakan suatu dasar informasi untuk pengambilan
keputusan.
7.
Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan kepada seseorang agar ia
berkembang secara maksimal
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem
informasi untuk pendidikan adalah suatu sistem yang merupakan kombinasi yang
terdiri dari manusia, fasilitas, teknologi dan pengendalian yang berfungsi
untuk mengolah data menjadi informasi yang bermanfaat dalam proses mendidik
atau membimbing dari guru kepada peserta didik.
B.
Komponen Sistem
Informasi dalam Sekolah
Sistem informasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sistem
informasi manual dan sistem informasi berbasis komputer atau lebih dikenal
dengan computer based information system (CBIS).
Komponen-komponen Sistem informasi berbasis komputer terdiri dari
sumber daya-sumber daya sebagai berikut:
1.
Manusia Manusia mengambil peranan penting dalam sistem informasi.
Manusia dibutuhkan untuk mengoperasikan sistem informasi.
2.
Hardware Hardware adalah semua peralatan yang digunakan dalam
pemrosesan informasi. Sumber daya hardware tidak hanya sebatas komputer saja,
melainkan semua media data seperti lembaran kertas dll.
3.
Software Software adalah semua rangkaian perintah yang digunakan
untuk memproses informasi. Sumber daya software tidak hanya sekedar program
saja, tetapi juga berupa prosedur.
4.
Data Data merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian dan
kesatuan yang nyata, data merupakan material atau bahan baku ynag belum
mempunyai makna atau belum berpengaruh langsung kepada pengguna sehingga perlu
diolah untuk menghasilkan sesuatu yang lebih bermakna.
5.
Jaringan Jaringan merupakan media komunikasi yang menghubungkan
computer, pemroses komunikasi dan peralatan lainnya, sumber daya jaringan dapat
berupa kabel, satelit, dan dukungan jaringan seperti modem, software pengendali
dll. Kelima komponen tersebut digunakan oleh sistem informasi untuk menjalankan
aktivitas input, pemrosesan, output, penyimpanan dan pengendalian yang mengubah
sumber daya data menjadi produk informasi. Komponen sistem informasi dapat
digambarkan sebagai berikut.
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa komponen sistem informasi
dalam sekolah diantaranya yaitu sumber daya manusia (kepala sekolah, Guru,
karyawan, dan peserta didik), sumber daya software (program), sumber daya
hardware (mesin dan media), sumber daya jaringan (dukungan jaringan), dan
sumber daya data (dasar data dan pengetahuan). Komponen-komponen di atas
bersenergi melakukan aktivitas sistem, yaitu menginput sumber daya data,
memproses data, dan menghasilkan output produk informasi sehingga informasi
dalam sekolah dapat diterima dengan baik oleh warga sekolah, khususnya siswa.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa komponen sistem informasi
pendidikan untuk sekolah terdiri dari manusia sebagai operator dan fasilitas
teknologi (komputer) yang dihubungkan dalam suatu jaringan kerja yang efektif
untuk kepentingan proses pembelajaran di sekolah .
C. Langkah
penyusunan Sistem Informasi untuk Pendidikan untuk Sekolah
Tahap-tahap untuk menyusun sistem informasi untuk pendidikan untuk
sekolah adalah sebagai berikut:
1.
Tahap masukan Langkah yang pertama dilakukan adalah pengumpulan
data. Pengumpulan data dimulai dengan penangkapan data (data capture), data
ditarik ke dalam sistem, langkah selanjutnya adalah mencatat data (recorder)
pada formulir-formulir yang disebut sebagai sumber dokumen. Data kemudian
diklasifikasikan untuk dimasukkan dalam kategori-kategori yang telah
ditentukan. Selanjutnya data dapat ditransmisikan/dipindahkan dari titik
tangkapan ke titik pemrosesan.
2.
Tahap pemrosesan atau pengolahan Data yang sudah dikumpulkan
kemudian diproses melalui tahap-tahap validasi dan diklasifikasikan menurut
bagian-bagiannya masing-masing, selanjutnya diproses oleh manusia sebagai
pengguna teknologi. Data yang telah diproses kemudian disimpan, data dapat
disimpan secara permanen/sementara untuk menunggu proses selanjutnya.
3.
Tahap keluaran Tahap yang terakhir adalah tahap keluaran yaitu
menyediakan informasi ke pengguna. Informasi yang telah diolah kemudian
menghasilkan data yang dapat diserap atau disajikan kepada semua pihak yang
berkepentingan, dalam hal ini yaitu oleh siswa untuk tujuan pendidikan.
D.
Kendala dalam
penyusunan Sistem Informasi Pendidikan untuk Sekolah
Ada beberapa kendala dalam penyusunan Sistem Informasi untuk
Pendidikan untuk Sekolah, diantaranya:
1. Masih
belum memadainya sarana/prasarana sekolah.
2. Masih
kurangnya SDM yang memahami dan menguasai konsep dan implementasi sistem dan
teknologi informasi.
3. Belum
adanya aturan yang jelas dari pemerintah.
4. Etika
dan moralitas masih belum mendapat tempat yang memadai.
5. Sulitnya
mengubah perilaku siswa yang cenderung pasif untuk menghadapi pola siswa aktif.
E. Manfaat
Sistem Informasi untuk Pendidikan untuk Sekolah
Beberapa manfaat dari adanya sistem informasi pendidikan di sekolah
antara lain:
1. Keberadaan
teknologi informasi dirasakan sangat perlu dan sangat membantu dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
2. Dengan
adanya sistem infomasi berbasis komputer juga akan meningkatkan daya saing
sekolah juga dapat meningkatkan pelayanan bagi para peserta didik di lingkungan
sekolah bersangkutan.
3. Dapat
memberikan contoh langsung salah satu penerapan dan pemanfaatan teknologi
informasi dalam kehidupan sehari-hari.
4. Menyederhanakan
dan mempermudah kegiatan belajar mengajar di sekolah.
5. Mempercepat
pelayanan terhadap siswa maupun pihak-pihak yang terkait dengan sekolah.
6. Tujuan
dari sistem informasi adalah agar pengelolaan data dan informasi sebuah
organisasi dapat menyeluruh, terintegrasi, terpadu dan menghasilkan informasi
cepat dan akurat.
7. Para
siswa yang ingin mendapatkan ilmu tak harus bertatap muka dengan pengajar,
cukup dengan mengakses internet, maka kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan
meskipun tidak 100% menggantikan sistem konvensional. Para siswa dapat
mempelajari materi tertentu secara mandiri dengan bantuan komputer yang
dilengkapi dengan fasilitas multimedia.
F.
Komunikasi Nonverbal
Kita
mengkomunikasikan begitu banyak informasi secara nonverbal dalam
percakapau,sjnuhjn-percakapan sehingga sering kali aspek verbal percakapan
terabaikan. Terutama ini berlaku bagi fungsi-fungsi bahasa interaktif dimana
kontak sosial sangat penting, di mana bukan apa yang Anda katakan yang
diperhitungkan tetapi bagaimana Anda mengatakannya-apa yang Anda
sampaikan dengan bahasa tubuh, gerak tubuh, kontak mata, jarak fisik, dan
pesan-pesan nonverbal lainnya. Bagaimanapun komunikasi nonverbal sedemikian
subtil dan spontan dalam diri penutur asli sehingga bahas verbal, jika
diperbandingkan, tanpak sangat mekanis dan sistematis. Bahasa menjadi amat
manusiawi berkat dimensi nonverbalnya, atau apa yang oleh Edward Hall (1959)
disebut “bahasa diam” ekspresi budaya begitu terikat dengan komunikasi nonverbal hingga rentangan bagi
pembelajaran budaya lebih bersifat nonverbal ketimbang verbal. Bahasa verbal
mensyaratkan penggunaan hanya satu dari lima modalitas indra: pendengaran.
Tetapi masih ada tiga indra lain dalam perbendaharaan kita yang kita pakai
berkomunikasi setiap hari, jika untuk sesaat kita mengesampingkan indra perasa
ke dalam sebuah kategori komunikatif (walaupun pesan sebetulnya dikirimkan dan
diterima melalui indra perasa). Kita telaah masing-masing modalitas itu.
a.
Kinesik
Setiap
budaya dan bahasa menggunakan bahasa menggunakan bahasa tubuh, atau Kinesik,
dbalam cara-cara unik tetapi bisa ditafsirkan dengan jelas. “Ada bicara
dalam bisu mereka, bahasa dalam gerak tubuh mereka,” tulis Shakespeare dalam The
Winter’s Tale. Semua kebudayaan di sepanjang sejarah.
b.
Kontak Mata
Kapan
diperbolehkan tidak mempertahankan Kontak Mata? Apa yang diisyaratkan oleh
kontak mata atau tidak adanya kontak mata? Berbagai budaya sangat berbeda-beda
dalam modalitas visual komunikasi nonverbal ini. Dalam budaya Amerika
diperbolehkan, misalnya, bagi dua orang partisipan bersetatus sederajat untuk
mempertahankan kontak mata yang lain. Bahkan. Orang Amerika akan menafsirkan
tidak adanya kontak mata sebagai tidak adanya perhatian yang tidak sopan,
sedangkan dalam budaya jepang kontak mata bisa dianggap kasar. Interferensi
antar budaya dalam kategori nonverbal ini bisa mengakibatkan kesalah pahaman.
Bahkan
hanya kontak mata itu sendiri yang merupakan sebuah kategori penting, tetapi
gerak mata dalam beberapa hal merupakan kunci komunikasi. Mata bisa
mengisyaratkan minat, kebosanan, empati, permusuhan, ketertarikan, pemahaman,
kesalah pahaman, dan pesan-pesan lain. Sebuah aspek penting dari percakapan
yang leluasa dan tidak ambigu dalam bahasa kedua adalah pemerolehan
konvensi-konvensi untuk menyampaikan pesan dengan isyarat mata.
c.
Proksemik
Keadaan
fisik, atau proksemik, juga merupakan sebuah kategori komunikatif yang penting.
Berbagai kebudayaan memiliki gaya yang berbeda mengenai jarak yang bisa
diterima untuk percakapan. Edward Hall (1966) memperhitungkan jarak yang bisa
diterima bagi wacana publik, sosial-konsutatif, personal dan akrab. Dia
mengatakan, misalnya bahwa orang-orang Amerika merasa bahwa sebuah “gelembung”
ruang personal tertentu sudah dilanggar ketika seorang asing berdiri lebih
dekat dari 20 hingga 24 inci kecuali ruangan terbatas, seperti di dalam lift.
d.
Artefak
Pesan-pesan
nonverbal Artefak, seperti, pakaian dan perhiasan juga merupakan aspek penting
komunikasi dan informasi. Pakaian sering mengisyaratkan kesan harga diri, kelas
sosial-ekonomi, dan karakter umum seseorang. Perhiasan juga menyampaikan
pesan-pesan tertentu. Dalam sebuah kelompok percakapan miltikiltural,
artefak-artefak semacam itu bersama isyarat-isyarat nonverbal lain, bisa
menjadi sebuah faktor
Signifikan
dalam menyingkirkan rintangan, mengidentifikasi karakteristik personalitas
tertentu, dan menetapakan suasana umum.
e.
Kinestetik
Menyentuh,
kadang-kadang disebut sebagai kinestrik, adalah aspek lain yang
bermuatan budaya komunikasi nonverbal. Bagaimana kita menyentuh orang lain dan
dimana menyentuh mereka kadang-kadang merupakan aspek komunikasi nonverbal yang
paling banyak disalah pahami. Dalam beberapa budaya sentuhan mengisyaratkan
gaya sangat personal atau akrab, sementara dalam budaya-budaya yang lain
bersentuhan dalam arti luas adalah hal lumrah. Mengetahui batas konvensi adalah
penting bagi komunikasi yang jelas dan tak-ambigu.
f.
Dimensi olfaktori
Hidung
kita juga menerima pesan-pesan nonverbal indrawi. Modalitas olfaktori tentu
saja penting bagi dunia satwa, tetapi bagi manusia pun budaya-budaya berbeda membangun
dimensi-dimensi berbeda komunikasi olfaktori. Abad kedua puluh menciptakan,
dalam kebanyakan masyarakat maju, kecenderungan pada farfum,losin, krim, dan
bedak sebagai bisa diterima dan bahkan perlu; bau alami alami manusia, terutama
keringat, di anggap tidakdikehendaki. Dalam beberapa masyarakat tertentu, tentu
saja, bau keringat manusia sangat bisa diterima dan malah memikat. Para
pembelajar bahasa kedua dan khususnya budaya kedua perlu mengerti adat istiadat
yang bisa diterima budaya-budaya lain dalam modalitas olfaktori.
KONEKSI KELAS
1.
Temuan Penelitian:
Pengamatan
dan penelitian umum sama-sama menu jukkan bahwa komunikasi nonverbal adalah
aspek sangat penting, kalau bukan krusial, komunikasi tatap muka. Edward Hall
(1966), Julius Fast (1970), dan Norine Dresser (1996) mengakui komponen kritis
komunikasi ini.
2.
Implikasi Pengajaran:
Sejauh
mana anda diajar secara khusus tentang bahasa nonverbal seperti gerak tubuh,
kontak mata, dan proksemik/ banyak kursus bahasa yang gagal memperhatikan mode
signifikan komunikasi ini, dengan asumsi keliru bahwa bentuk-bentuk
verbal-bunyi, kata, frase, dan kalimat-kalimat cukup bagi seorang pembelajar
untuk berhasil dalam sebuah bahasa asing.
Kita
tidak bisa meremehkan pentingnya komunikasi verbal dalam pembelajaran bahasa
kedua dan dalam analisis percakapan (decapua dan Wintergerst, 2004;
Matsumoto,2000; kellerman, 1992). Kompetensi Komunikatif meliputi kompetensi
nonverbal-pengetahuan tentang semua ragam semantik nonverbal budaya kedua, dan
kemampuan untuk mengirim maupun menerima isyarat-isyarat verbal secara jelas.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Sistem informasi pendidikan adalah suatu sistem dalam sekolah yang
merupakan kombinasi yang terdiri dari manusia, fasilitas, teknologi dan
pengendalian yang berfungsi untuk mengolah data menjadi informasi yang
bermanfaat untuk sekolah. Komponen sistem informasi pendidikan dalam sekolah
diantaranya yaitu sumber daya manusia (kepala sekolah, Guru, karyawan, dan
peserta didik), sumber daya software, sumber daya hardware, sumber daya
jaringan, dan sumber daya data (dasar data dan pengetahuan). Tahap-tahap untuk
menyusun sistem informasi untuk pendidikan untuk sekolah adalah tahap masukan,
tahap pengolahan dan tahap keluaran. Contoh aplikasi penggunaan sistem
informasi untuk pendidikan diantaranya: E-Education, E-Learning, E-Qari, dan
Virtual gamelan. Kendala dalam penyusunan Sistem Informasi Pendidikan untuk
Sekolah, diantaranya adalah masih belum memadainya sarana/prasarana sekolah,
masih kurangnya SDM yang memahami dan menguasai konsep dan implementasi sistem
dan teknologi informasi, sulitnya mengubah perilaku siswa yang cenderung pasif
untuk menghadapi pola siswa aktif, dll. Manfaat dari adanya sistem informasi
pendidikan di sekolah antara lain membantu dalam pelaksanaan manajerial
sekolah, menyederhanakan dan mempermudah administrasi sekolah, mempercepat pelayanan
terhadap siswa maupun pihak-pihak yang terkait dengan sekolah, dll. Saran Kita sebagai calon pendidik harus terus
belajar, menambah pengetahuan dan wawasan mengenai teknologi informasi agar
dapat menjadi operator sistem informasi pendidikan yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad.
2011 Ilmu Pendidikan
dalam Perspektif Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung
Elis Ratna Wulan.
2010 Komunikasi dan
Teknologi Informasi, Batic Press, Bandung.
Lani Sidharta.
1995 Pengantar
Sistem Informasi Bisnis, PT. ELEX Media Komputindo, Jakarta
Muhyuzir T.D
2001 Analisa Perancangan Sistem Pengolahan
Data, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Agus Mulyanto.
2009 Sistem Informasi
(Konsep dan Aplikasi), Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Nasution.
2009 Berbagai
Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Pt. Jakarta.
James A O’Brein.
2005 Pengantar
Sistem Informasi, Salemba Empat. Tafsir, Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar