Hakikat Belajar Dan Pembelajaran
KATA PENGANTAR
Bismilahirrahmanirahim
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT,
Tuhan semesta alam, atas segala Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang
berjudul “Hakikat Belajar dan
Pembelajaran”. Shalawat dan
salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada baginda Rasul, yakni Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya dan
para sahabatnya serta pengikut sampai akhir zaman.
Makalah Belajar dan
Pembelajaran tentang ini, terutama sekali dimaksudkan untuk
menjadi salah satu bahan bacaan dan memenuhi salah satu tugas pada mata
kuliah Belajar dan Pembelajaran.
Dalam penyusunan makalah ini ucapan
terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang membantu baik secara moril
maupun materil.
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari
masih jauh dari kata sempurna. Atas segala kekurangan dan kekhilafan, kiranya
para pembaca berkenan untuk menyampaikan saran dan kritik konstruktif demi
kesempurnaan makalah ini pada masa yang akan datang. Amin ya Rabbal’Alamiin.
Bandung, Desember 2014
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Saat ini era globalisasi menuntut kesiapan yang
lebih matang dalam segala hal. Bidang pendidikan merupakan salah satu andalan
untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menghadapi
tantangan zaman. Persiapan tersebut dapat dimulai dari pendidikan usia dini,
pendidikan menengah, hingga pendidikan tinggi.
Peranan pendidikan dalam mempersiapkan sumber daya
manusia dalam menghadapi era globalisasi tidaklah mudah. Pendidikan selalu
menghadapi tantangan yang berat dalam proses pelaksanaannya. Masalah mutu
adalah salah satu tantangan terbesar dalam bidang pendidikan. Mendidik anak
mulai dari nol hingga mamperoleh pengetahuan yang bermutu kemudian mempertahankan
mutu tersebut sangatlah sulit. Dengan demikian diperlukan perhatian yang
intensif dalam pelaksanaan proses pendidikan tersebut. Dan jika kita berbicara proses maka pasti berkaitan
dengan belajar.
Proses belajar pada hakikatnya juga merupakan kegiatan
mental yang tidak dapat dilihat artinya, proses perubahan yang terjadi dalam
diri seseorang yang belajar tidak dapat disaksikan. Manusia hanya mungkin dapat
menyaksikan diri adanya gelaja-gejala perubahan perilaku yang tampak.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis
mengajukan makalah berjudul “ hakikat belajar dan Pembelajaran” yang nantinya
dapat memperjalas pengertian dan hakikat dari belajar dan pembelajaran itu
sendiri.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
masalah yang ingin diajukan penulis dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa
hakikat belajar ?
2. Apa
hakikat pembelajaran ?
3. Bagaimana
Hubungan antara Belajar dan Pembelajaran ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Hakikat
Belajar
1.
Pengertian Belajar
1)
Pengertian belajar menurut kamus
bahasa Indonesia
:
Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,
berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
2)
Pengertian belajar menurut beberapa
ahli
:
1.
James O. Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi
Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah Proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
2.
Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.
3.
Cronchbach (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar;
Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
4.
Howard L. Kingskey (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi
Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
5.
Drs. Slameto (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar;
Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan
lingkungannya.
6.
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan
psikomotor.
7.
R. Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka
Cipta; 1999) hal 22. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi
dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku
8.
Herbart (swiss) Belajar adalah suatu proses pengisian jiwa
dengan pengetahuan dan pengalamn yang sebanyak-banyaknya dengan melalui hafaln
9.
Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu
proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru
secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya”.
10.
Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam
kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
11.
Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
12.
Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu
perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap
sesuatu situasi”
13.
Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan
perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
belajar pada hakikatnya adalah “ perubahan” yang terjadi di dalam diri
seseorang setelah berakhirnya melakukan aktifitas tertentu. Walaupun pada
kenyataan tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya, kaki
seseorang patah karena terkena benda yang berat yang jatuh dari atas loteng,
ini tidak bias disebut perubahan hasil dari belajar.
Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang didalamnya
terkandung beberapa aspek, aspek-aspek tersebut adalah :(1) Bertambahnya jumlah
pengetahuan, (2) adanya kemampuan mengingat dan memproduksi, (3) ada penerapan
pengetahuan, (4) menyimpulkan makna, (5) menafsirkan dan mengaitkannya dengan
realitas, dan (6) adanya perubahan sebagai pribadi.
2.
Ciri-Ciri Belajar
Ciri ciri belajar sebagai berikut :
a. Belajar ditandai dengan adanya
perubahan tingkah laku (change behavior)
b. Perubahan prilaku relative permanent
c. Perubahan tingkah laku tidak harus
segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan
prilaku tersebut bersifat potensial.
d. Pengamalan atau pelatihan itu dapat
memberi pengetahuan sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau
dorongan untuk mengubah tingkah laku.(Drs.H.Baharuddin,M.Pd.I: 2008)
1)
Ciri-ciri belajar adalah sebagai
berikut :
1. Adanya kemampuan baru atau
perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan
(psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).
2. Perubahan itu tidak berlangsung
sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.
3. Perubahan itu tidak terjadi begitu
saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan
lingkungan.
4. Perubahan tidak semata-mata
disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit
atau pengaruh obat-obatan.
Dari beberapa pengertian belajar
tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. Dalam hal
ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :
1.
Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari
individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang
bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya
pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat,
dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang
mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan. Dia menyadari bahwa dia
sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi Pendidikan. Begitu juga, setelah
belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi
perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi Pendidikan.
2.
Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki
pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah
diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap
dan keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar
Psikologi Pendidikan tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia mengikuti
perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan
keterampilannya tentang “Hakekat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat
dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”.
3.
Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa
sekarang maupun masa mendatang. Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang
psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam psikologi
pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku
dirinya sendiri maupun mempelajari dan mengembangkan perilaku para peserta didiknya
kelak ketika dia menjadi guru.
4.
Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan
menujukkan ke arah kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar
tentang Psikologi Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose Belajar
Mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau
perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti
pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk
menerapkan prinsip – prinsip perbedaan individual maupun prinsip-prinsip
perkembangan individu jika dia kelak menjadi guru.
5.
Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan
aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh
pengetahuan baru tentang psikologi pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif
melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi pendidikan,
berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan sebagainya.
6.
Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar
cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya,
mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan
mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa
tersebut.
7.
Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang
ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka
panjang. Misalnya, seorang mahasiswa belajar psikologi pendidikan, tujuan yang
ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan,
sikap dan keterampilan tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam
bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya
dia ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki kompetensi yang memadai
tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut.
8.
Perubahan perilaku secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh
pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan
keterampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori Belajar”,
disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”,
dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru menguasai
“Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam
menerapkan “Teori-Teori Belajar”.
Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan
perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk :
1.
Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk
verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama
terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.
2.
Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam
melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol,
misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual
adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep
abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi
pemecahan masalah.
3.
Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan
pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses
pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara
– cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual
menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih
menekankan pada pada proses pemikiran.
4.
Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan
individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain.
Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan
vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat
unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk
bertindak.
5.
Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan
pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
Sementara itu, Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil
belajar akan tampak dalam :
1.
Kebiasaan; seperti : peserta didik belajar bahasa
berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang
keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan
benar.
2.
Keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga yang
meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi
gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.
3.
Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi
arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga
peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.
4.
Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara
mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat.
5.
Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan
prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis
seperti “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why).
6.
Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk
bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai
dengan pengetahuan dan keyakinan.
7.
Inhibisi (menghindari hal yang mubazir).
8.
Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu.
9.
Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan
perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan
sebagainya.
Sedangkan menurut Bloom, perubahan perilaku yang terjadi
sebagai hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan (domain) kognitif,
afektif dan psikomotor, beserta tingkatan aspek-aspeknya.
Berikut beberapa faktor pendorong mengapa manusia memiliki
keinginan untuk belajar:
1.
Adanya dorongan rasa ingin tahu
2.
Adanya keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi sebagai tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya.
3.
Mengutip dari istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas
manusia didasari atas kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis
sampai aktualisasi diri.
4.
Untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah
diketahuinya.
5.
Agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan
lingkungannya.
6.
Untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi
diri.
7.
Untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.
8.
Untuk mengisi waktu luang
3.
Unsur unsur Belajar
Cronbach (1954) dalam Nana syaodih sukmadinata (2007)
mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar, yaitu:
a.
Tujuan, karena ada sesuatu
yang ingin dicapai.
b.
Kesiapan,
c.
Situasi,
d.
Interpretasi, yaitu melihat hubungan di antara
komponen-komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan
menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan.
e.
Respons,
f.
Konsekuensi,
g.
Reaksi terhadap kegagalan.
4.
Tujuan Belajar
Menurut hemat tujuan Belajar adalah
sebagai berikut:
1. Pengumpulan pengetahuan
2. Penanaman konsep dan kecekatan
3. Pembentukan sikap dan perbuatan.
5.
Jenis - Jenis Belajar
a. Menurut
Robert M. Gagne
Manusia memilki beragam potensi, karakter, dan kebutuhan
dalam belajar. Karena itu banyak tipre-tipe belajar yang dilakukan manusia.
Gagne mencatat ada delapan tipe belajar:
1.
Belajar isyarat (signal learning). Menurut Gagne, ternyata
tidak semua reaksi sepontan manusia terhadap stimulus sebenarnya tidak
menimbulkan respon. Dalam konteks inilah signal learning terjadi. Contohnya
yaitu seorang guru yang memberikan isyarat kepada muridnya yang gaduh dengan
bahasa tubuh tangan diangkat kemudian diturunkan.
2.
Belajar stimulus respon. Belajar tipe ini memberikan respon
yang tepat terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan
penguatan (reinforcement) sehingga terbentuk perilaku tertentu (shaping).
Contohnya yaitu seorang guru memberikan suatu bentuk pertanyaan atau gambaran tentang
sesuatu yang kemudian ditanggapi oleh muridnya. Guru member pertanyaan kemudian
murid menjawab.
3.
Belajar merantaikan (chaining). Tipe ini merupakan belajar
dengan membuat gerakan-gerakan motorik sehingga akhirnya membentuk rangkaian
gerak dalam urutan tertentu. Contohnya yaitu pengajaran tari atau senam yang
dari awal membutuhkan proses-proses dan tahapan untuk mencapai tujuannya.
4.
Belajar asosiasi verbal (verbal Association). Tipe ini
merupakan belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu obyek yang berupa
benda, orang atau kejadian dan merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang
tepat. Contohnya yaitu Membuat langkah kerja dari suatu praktek dengan bntuan
alat atau objek tertentu. Membuat prosedur dari praktek kayu.
5.
Belajar membedakan (discrimination). Tipe belajar ini
memberikan reaksi yang berbeda–beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan.
Contohnya yaitu seorang guru memberikan sebuah bentuk pertanyaan dalam berupa
kata-kata atau benda yang mempunyai jawaban yang mempunyai banyak versi tetapi masih
dalam satu bagian dalam jawaban yang benar. Guru memberikan sebuah bentuk
(kubus) siswa menerka ada yang bilang berbentuk kotak, seperti kotak kardus,
kubus, dsb.
6.
Belajar konsep (concept learning). Belajar mengklsifikasikan
stimulus, atau menempatkan obyek-obyek dalam kelompok tertentu yang membentuk
suatu konsep. (konsep : satuan arti yang mewakili kesamaan ciri). Contohnya
yaitu memahami sebuah prosedur dalam suatu praktek atau juga teori. Memahami
prosedur praktek uji bahan sebelum praktek, atau konsep dalam kuliah mekanika
teknik.
7.
Belajar dalil (rule learning). Tipe ini meruoakan tipe
belajar untuk menghasilkan aturan atau kaidah yang terdiri dari penggabungan
beberapa konsep. Hubungan antara konsep biasanya dituangkan dalam bentuk
kalimat. Contohnya yaitu seorang guru memberikan hukuman kepada siswa yang
tidak mengerjakan tugas yang merupakan kewajiban siswa, dalam hal itu hukuman
diberikan supaya siswa tidak mengulangi kesalahannya.
8.
Belajar memecahkan masalah (problem solving). Tipe ini
merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan
masalah, sehingga terbentuk kaedah yang lebih tinggi (higher order rule).
Contohnya yaitu seorang guru memberikan kasus atau permasalahan kepada
siswa-siswanya untuk memancing otak mereka mencari jawaban atau penyelesaian
dari masalah tersebut
b. Menurut
Bloom
Benyamin S. Bloom (1956) adalah ahli pendidikan yang
terkenal sebagai pencetus konseptaksonomi belajar. Taksonomi belajar adalah
pengelompokkan tujuan berdasarkan domain atau kawasan belajar. Menurut Bloom
ada tiga domain belajar yaitu
1.
Cognitive Domain (Kawasan Kognitif). Adalah kawasan yang
berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang bias diukur
dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini tediri dari:
1) Pengetahuan (Knowledge)
2) Pemahaman (Comprehension).
3) Penerapan (Aplication)
4) Penguraian (Analysis).
5) Memadukan (Synthesis)
6) Penilaian (Evaluation).
2.
Affective Domain (Kawasan afektif). Adalah kawasan yang
berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan
terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari:Penerimaan
(receiving/attending).
a)
Sambutan (responding).
b)
Penilaian (valuing).
c)
Pengorganisasian (organization).
d)
Karakterisasi (characterization)
3.
Psychomotor Domain (Kawasan psikomotorik). Adalah kawasan
yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem
syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri
dari:
1. Kesiapan (set)
2. Meniru (imitation)
3. Membiasakan (habitual)
4. Adaptasi (adaption)
4. Prinsip-prinsip
Belajar
Prinsip belajar ialah petunjuk atau cara yang perlu diikuti
untuk melakukan kegiatan belajar. Ada 8 prinsip belajar yang perlu di ketahui,
sebagai berikut:
1. Belajar perlu memiliki pengalaman
dasar.
2. Belajar harus bertujuan yang jelas dan
terarah.
3. Belajar memerlukan situasi yang
problematis.
4. Belajar harus memiliki tekat dan
kemauan yang keras dan tidak mudah putus asa.
5. Belajar memerlukan bimbingan,
arahan, serta dorongan.
6. Belajar memerlukan latihan.
7. Belajar memerlukan metode yang
tepat.
8. Belajar memebutuhkan waktu dan
tempat yang tepat.( M. Sobry Sutikno:2007 )
5. Tipe-tipe
belajar
Ada
2 dimensi tipe-tipe belajar, yaitu:;
1. Dimensi menerima (reception
learning) dan menemukan (discovery learning)
2. Dimensi menghafal (rote learning)
dan belajar bermakna (meaning learning)
B. HAKIKAT
PEMBELAJARAN
1. Pengertian
Pembelajaran
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian
belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama.
Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran
formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam
kelas.
a.
Pengertian pembelajaran menurut
kamus bahasa Indonesia
:
Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar.
b.
Pengertian pembelajaran menurut
beberapa ahli
:
1.
Duffy dan Roehler (1989). Pembelajaran adalah suatu usaha
yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki
guru untuk mencapai tujuan kurikulum.
2.
Gagne dan Briggs (1979:3). Mengartikan instruction atau
pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses
belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa
yang bersifat internal.
3.
Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.
4.
Menurut Dimyati dan Mudjiono, (1999) mengartikan
pembelajaran sebagai kegiatan yang ditunjukan untuk membelajarkan siswa. Pembelajaran adalah usaha-usaha yang
terencana dalam memanipulasi
sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa.
Kesimpulannya pembelajaran adalah segala upaya yang
dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada diri siswa.
Lindgren (1976), menyebutkan bahwa focus system pembelajaran
mencakup tiga aspek, yaitu: (1) Siswa, (2) proses Belajar , (3) Situasi
belajar.
2.
Ciri-Ciri Pembelajaran
Ciri-ciri
pembelajaran sebagai berikut :
1.
merupakan upaya sadar dan disengaja
2.
pembelajaran harus membuat siswa belajar
3.
tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses
dilaksanakan
4.
pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun
hasilnya
3.
Prinsip-prinsip Pembelajaran
Beberapa prinsip pembelajaran
dikemukakan oleh Atwi Suparman dengan mengadaptasi pemikiran Fillbeck (1974),
sebagai berikut:
a. Respons-respons baru (new
responses) diulang sebagai akibat dari respons yang terjadi sebelumnya.
b. Perilaku tidak hanya dikontrol oleh
akibat dari respons, tetapi juga di bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda di
lingkungan siswa.
c. Perilaku yang ditimbulkan oleh
tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurangnya frekuensinya bila tidak
diperkuat dengan akibat yang menyenangkan.
d. Belajar yang berbentuk respons
terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer kepada situasi lain yang
terbatas pula.
e. Belajar menggeneralisasikan dan
membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks seperti yang
berkenaan dengan pemecahan masalah.
f. Situasi mental siswa untuk
menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan ketekunan siswa selama
proses siswa belajar.
g. Kegiatan belajar yang dibagi menjadi
langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik menyelesaikan tiap langkah, akan
membantu siswa.
h. Kebutuhan memecahkan materi yang
kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil dapat dikurangi dengan mewujudkan
dalam suatu model.
i.
Keterampilan tingkat tinggi terbentuknya dari keterampilan
dasar yang lebih sederhana.
j.
Belajar akan lebih cepat, efisien dan menyenangkan bila
siswa diberi informasi tentang kualitas penampilanny dan cara meningkatkannya.
k. Perkembangan dan kecepatan belajar
siswa sangat bervariasi, ada yang maju dengan cepat ada yang lebih lambat.
l.
Dengan persiapan, siswa dapat mengembangkan kemampuan
mengorganisaikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi
dirinya untuk membuat respons yang benar.
C.
Hubungan antara belajar dan
Pembelajaran
Belajar merupakan suatu kegiatan
yang tak terpisahkan dalam kahidupan manusia. Sejak lahir manusia telah
melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan sekaligus mengembangkan
dirinya. Karena belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku pada
individu khususnya siswa menuju arah yang lebih baik. perubahan tersebut tidak
hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja teapi juga meliputi aspek sikap
dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotor). Belajar juga merupakan
sarana untuk mengoptimalkan potensi yang dimilki oleh siswa. Pengoptimalkan
potensi ini dapat dilakukan dengan pembelajaran. Pembelajaran mengkondisikan
siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pada hakikatnya belajar adalah
proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar
itu sendiri ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Menurut Gagne dan
Briggs (1988), perubahan tingkah laku dalam proses belajar menghasilkan aspek
perubahan seperti kemampuan membedakan, konsep kongkrit, konsep terdefinisi,
nilai, nilai/aturan tingkat tinggi, strategi kognitif, informasi verbal, sikap
dan keterampilan motorik. Misalnya, sebelum belajar mereka kurang begitu
terampil, dan setelah belajar mereka menjadi sangat terampil dan sebagainya.
Pembelajaran dan belajar merupakan
dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi karena belajar
merupakan salah satu bagian dari kagiatan pembelajaran, sedangkan pembelajaran
itu sendiri merupakan usaha untuk menciptakan pengalaman belajar pada siswa
karena pembelajaran itu sendiri merupakan usaha untuk menciptakan pengalaman
belajar pada siswa karena pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi
antara siswa dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang
lebih baik.
Jadi belajar dan pembelajaran
memiliki hubungan yang sangat erat dan keduanya tidak dapat dipisahkan dari
dunia pendidikan. Belajar merupakan proses yang dilakukan manusia untuk
mendapatkan aneka ragam kemampuan, keterampilan, dan sikap. Sedangkan
pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memfalitasi dan mendukung
guna meningkatkan intensitas dan kualitas belajar peserta didik. Dengan kata
lain, kegiatan pembelajaran bertujuan untuk mengoptimalkan potensi pada siswa.
Dan belajar merupakan proses yang dilakukan untuk mengoptimalkan potensi
tersebut.
PEMBELAJARAN, PENGAJARAN, PEMELAJAR, DAN PEMBELAJAR
Pembelajaran adalah separangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung
proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadia-kejadian ekstrim yang
berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami
siswa (Winkel,1991)
Pengajaran adalah proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan
perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar, peringatan (tentang
pengalaman, peristiwa yang dialami atau dilihatnya). (Dariyanto S.S, Kamus
Bahasa Indonesia, 1997). Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam
menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pengajaran juga diartikan sebagi
interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses
yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa.
Pemelajar adalah orang yang melakukan pengajaran.
Pembelajar adalah orang yang melakukan pembelajaran.
Perbedaan
antara pengajaran dan pembelajaran:
NO
|
Pengajaran
|
Pembelajaran
|
1
|
Dilaksanakan oleh mereka yang
berprofesi sebagai pengajar
|
Dilaksanakan oleh mereka yang
dapat membuat orang belajar
|
2
|
Tujuannya menyampaikan informasi
kepada si belajar
|
Tujuannya agar terjadi belajar
pada diri siswa
|
3
|
Merupakan salah satu penerapan
strategi pembelajaran
|
Merupakan cara untuk mengembangkan
rencana yang terorganisasi untuk keperluan belajar
|
4
|
Kegiatan belajar berlangsung bila
ada guru atau pengajar
|
Kegiatan belajar dapat berlangsung
dengan atau tanpa hadirnya guru
|
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Skiner (1973) mengartikan Belajar sebagai suatu proses
adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
M. Sobry Sutikno dalam bukunya menuju pendidikan bermutu
(2004), mengartikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah “
perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan
aktifitas tertentu. Walaupun pada kenyataan tidak semua perubahan termasuk kategori
belajar. Misalnya, kaki seseorang patah karena terkena benda yang berat yang
jatuh dari atas loteng, ini tidak bias disebut perubahan hasil dari belajar.
Menurut Dimyati dan Mudjiono, (1999) mengartikan
pembelajaran sebagai kegiatan yang ditunjukan untuk membelajarkan siswa. Pembelajaran adalah usaha-usaha yang
terencana dalam memanipulasi
sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa.
Kesimpulannya pembelajaran adalah segala upaya yang
dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada diri siswa.
Lindgren (1976), menyebutkan bahwa focus system pembelajaran
mencakup tiga aspek, yaitu: (1) Siswa, (2) proses Belajar , (3) Situasi
belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin.
2008 Teori
Belajar dan Pembelajaran, Ar-Ruzz Media, Yogjakarta
Dimyati.
2006 Belajar dan
Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta.
Eveline
Siregar.
2010 Teori
Belajar dan Pembelajaran, Ghalia Indonesia, Bogor.
M.
Sobry Sutikno.
2007 Belajar dan
Pembelajaran. Prospect, Bandung
Pupuh
Fathurrohman.
2007 Strategi
Belajar dan Pembelajaran, Refika Aditama, Bandung.
0 komentar:
Posting Komentar