Implikasi
Teori Kepribadian dalam Pengembangan Kepribadian Guru
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Guru
adalah seseorang yang sangat banyak memberikan pengaruh bagi seluruh manusia di
dunia ini. Karena setiap orang pasti mempunyai gurunya masing-masing. Manager,
Dokter, Pengusaha, Jurnalis, Profesor, bahkan seorang guru besar sekalipun
pastilah sebelumnya mereka semua pernah dibimbing oleh guru yang sangat luar
biasa hebatnya. Kepribadian mereka terbina karena bimbingan dari para
guru-gurunya. Oleh karena itu, kita haruslah selalu bersyukur karena diberi
kesempatan dipertemukan oleh-Nya dengan manusia-manusia tanpa pamrih itu yang
sebenarnya sangat berhak mendapatkan pamrih.
Dengan
demikian, guru pastilah seseorang yang luar biasa. Karena kerja keras mereka
sangatlah melelahkan namun menyenangkan dan patut untuk dihargai. Bayangkan,
seorang Guru haruslah membentuk kepribadian yang baik jika ingin menciptakan
peserta didik yang baik pula kepribadiannya. Namun, kepribadian seperti apakah
yang harus dimiliki oleh seorang guru agar bisa memberikan bimbingan yang baik
pada peserta didiknya?.
- Rumusan Masalah
Berdasarkan
Latar Belakang Masalah di atas, maka penulis akan membahas pokok bahasan
sebagai berikut:
1. Kepribadian
seperti apa yang harus dimiliki oleh seorang guru?
2. Apa
pengaruh (implikasi) teori kepribadian dalam pengembangan kepribadian guru?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Guru
Sebagai Pembimbing
Peserta didik sangat
memerlukan bimbingan, bukan hanya di rumah, pun di sekolah. Oleh karena itu,
guru haruslah mempunyai kemampuan untuk bisa membimbing peserta didiknya agar
bisa berkembang ke arah kematangan atau kemandirian, karena tugas seorang guru bukan
hanya sekedar membimbing peserta didiknya untuk pintar dan terampil dalam aspek
akademik saja.
Salah satu
bimbingan itu adalah dengan cara seorang guru harus bisa menciptakan suasana
religius di dalam kelas. Karena kepribadian peserta didik akan terbentuk
menjadi lebih baik dan menghasilkan pengaruh yang besar bagi lingkungannya
kelak. Namun, itu berarti gurunyapun haruslah seorang yang mempunyai
kepribadian yang religius pula. Karena tidaklah mungkin seseorang akan menjadi
faham jika diajarkan oleh seorang yang tidak faham. Dan sudah seharusnyalah
seorang yang beragama itu adalah sekaligus orang yang religious juga.
Jika tuntutan
seorang guru harus seperti yang disebutkan di atas, maka pastilah seorang guru
itu akan berusaha menjadi seorang yang religious. Aktivitas agama tidak hanya
terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tetapi juga
ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Hal
demikian akan mempengaruhi perilaku kepribadian guru dan menambah nilai plus
bagi mereka.
B.
Kepribadian
Yang Harus Dimiliki Guru
Guru adalah
jabatan professional yang memerlukan berbagai keahlian khusus. Sebagai suatu
profesi, maka harus memiliki kepribadian yang profesional, yaitu sebagai
berikut:
1.
Fisik
-
Sehat jasmani
dan rohani
-
Tidak mempunyai
cacat tubuh yang bisa menimbulkan ejekan atau cemoohan dan rasa kasihan dari
anak didik.
2.
Mental / Kepribadian
-
Berkepribadian/berjiwa
Pancasila
-
Mampu menghayati
GBHN.
-
Mencintai bangsa
dan sesame manusia serta rasa kasih sayang kepada anak didik
-
Berbudi pekerti
yang luhur
-
Berjiwa kreatif,
dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada secara maksimal
-
Mampu menyuburkan
sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa
-
Mampu
mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab yang besar akan tugasnya
-
Mampu
mengembangkan kecerdasan yang tinggi
-
Bersifat
terbuka, peka, dan inovatif
-
Menunjukkan rasa
cinta kepada profesinya
-
Ketaatannya
kepada kedisiplinan
-
Memiliki sense
of humor
3.
Keilmiahan/pengetahuan
-
Memahami ilmu
yang dapat melandasi pembentukan pribadi
-
Memahami ilmu
pendidikan dan keguruan serta mampu menerapkannya dalam tugasnya sebagai
pendidik
-
Memahami,
menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan
-
Memiliki
pengetahuan yang cukup tentang bidang-bidang yang lain
-
Senang membaca
buku ilmiah
-
Mampu memecahkan
persoalan secara sistematis, terutama yang berhubungan dengan bidang studi
-
Memahami
prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar
4.
Keterampilan
-
Mampu berperan
sebagai organisator proses belajar mengajar
-
Mampu menyususn
bahan pelajaran atas dasar pendekatan structural, interdisipliner, fungsional,
behavior, dan teknologi
-
Mampu menyusun
garis besar program pengajaran (GBPP)
-
Mampu memecahkan
dan melaksanakan teknik-teknik mengajar yang baik dalam mencapai tujuan
pendidikan
-
Mampu
merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan
-
Memahami dan
mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan luar sekolah
Kompetensi
professional guru, selain berdasarkan pada bakat guru, unsure pengalaman dan
pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Pendidikan guru, sebagai suatu
usaha yang berencana dan sistematis dalam rangka usaha peningkatan kompetensi
guru.
C.
Belajar
Dari Kepribadian Rasulullah SAW
Rasulullah saw
adalah sosok pribadi yang lengkap dan sempurna, yang tidak habis-habisnya digali
dan dianalisa, baik oleh umat Islam maupun kalangan cendikiawan di luar Islam.
Beliau adalah WARISAN yang telah memberi pengaruh besar pada kehidupan manusia
saat ini dan masa datang. Maka meneladani Rasulullah saw dalam segala aspek
kehidupan merupakan ibadah yang berpahala.
Berikut adalah
kepribadian Rasulullah yang patut untuk diteladani dan diaplikasikan dalam
kehidupan seharihari:
1. Rasulullah
saw adalah seorang yang benar. apa yang dibicarakannya adalah haq, benar, dan
adil. Sepanjang hidupnya beliau tidak pernah mengenal perkataan ataupun
perbuatan dusta.
2. Rasulullah
saw adalah seorang yang penyabar.
3. Rasulullah
saw adalah seorang yang dermawan.
4. Rasulullah
saw adalah seorang yang pemberani.
5. Rasulullah
saw adalah seorang yang zuhud.
6. Rasulullah
saw adalah seorang yang rendah diri terhadap Tuhannya.
7. Rasulullah
saw adalah seorang yang penyantun.
8. Rasulullah
saw adalah seorang yang penyayang.
9. Rasulullah
saw adalah seorang yang banyak berdzikir.
10. Rasulullah
saw adalah seorang yang banyak berdo’a.
11. Rasulullah
saw adalah seorang yang mempunyai ambisi.
12. Rasulullah
saw adalah seorang yang suka menangis.
13. Rasulullah
saw adalah seorang yang suka tertawa.
14. Rasulullah
saw adalah seorang yang terpuji.
15. Rasulullah
saw adalah seorang Khatib.
16. Rasulullah
saw adalah seorang Mufti. Karena Allah telah membukakan baginya berbagai pintu
pengetahuan dan perbendaharaan pemahaman, sehingga beliau mampu menjawab setiap
penanya sesuai dengan keadaannya dan mengetahui mana yang bermashlahat dan
bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhiratnya.
17. Rasulullah
saw adalah seorang yang suci lagi menyucikan.
18. Rasulullah
saw adalah seorang yang dicintai.
19. Rasulullah
saw adalah seorang yang diberkati.
20. Rasulullah
saw adalah seorang Murobbi (pendidik) yang mempunyai sepak terjang yang
sempurna. Beliau adalah seoran gyang lemah lembut dalam memberikan
pelajarannya. Sebagaimana yang disebutkan dalam sabdanya:
“Sesungguhnya
Allah maha lembut lagi menyukai kelembutan dan memberi kepada kelembutan
hal-hal yang tidak diberikan-Nya kepada kekerasan”. (HR.
Bukhori, Muslim melaluI Aisyah)
21. Rasulullah
saw adalah seorang pembawa berita gembira.
22. Rasulullah
saw adalah seorang Mu’allim (pengajar). Beliau diutus sebagai seorang mu’allim
untuk mengajarkan manusia akhlak yang mulia, urusan yang tinggi, pekerti yang
terhormat, dan aspek terjang yang terpuji. Beliau memberikan pelajaran melalui
nasihat-nasihatnya yang menggugah kalbu.
Inilah
kepribadian Rasulullah yang patut diteladani. Jika saja semua guru bisa
mengaplikasikan kepribadian Rasulullah dalam metode mengajarnya, pastilah akan
berhasil pendidikan di dunia ini, walaupun memang ada beberapa kepribadian
Rasulullah yang mustahil untuk diaplikasikan dalam kehidupan ini.
D.
Talenta
Yang Berpengaruh Bagi Kecerdasan Guru
Allah telah
menganugrahi setiap manusia dengan tiga talenta sumber kecerdasan. Antara satu
orang dengan lainnya dapat dibedakan dari ketiga hal utama ini. Persoalannya
bukan terletak pada apakah ketiga-tiganya harus dimiliki atau tidak. Tetapi
terletak pada talenta manakah di antara ketiganya tersebut yang lebih
mendominasi. Tiga anugerah manusiawi tersebut adalah panca indera, otak, dan
hati.
1. Panca
Indera
Yang dimaksud
dengan panca indera adalah mata, hidung, telinga, lidah, dan kulit. Kesemuanya
dinilai berfungsi optimal bila mampu menyerap informasi , menangkap fakta-fakta
dan menceritakannya kembali secara detil dan jelas.
Perilaku
seseorang yang didominasi panca indera cenderung berpijak pada hal-hal yang nyata
dan actual, lebih berminat pada aplikasi praktis, factual, kongkrit, dan
memperhatikan detil. Mereka lebih suka mengingat peristiwa secara berurutan dan
mengandalkan pengalaman dalam tindakan.
Menurut
fungsinya, panca indera dapat berperan sebagai; 1) Fungsi visualisasi,yaitu
mata. Biasanya digunakan dalam memperhatikan peserta didik dengan cara
memandang, hal demikian akan memberikan kesan khusus bagi peserta didik. 2)
Fungsi Auditorial, yaitu telinga. Biasanya digunakan dengan cara mendengarkan
pembicaraan peserta didik, baik keluhan, curhat tentang pelajaran. Hal demikian
akan membuat peserta didik merasa lebih dekat dengan gurunya. 3) Fungsi
kinestetik, yaitu diwakilkan oleh tangan. Untuk merasakan apa yang dikerjakan
peserta didik.
2. Otak
Dalam al-Qur’an
ditegaskan mengapa manusia lebih baik dari binatang, itu adalah karena manusia
diberi kelebihan yaitu al-Aqlu atau kesempurnaan akalnya. Kehebatan karakter
otak ini adalah anugerah terbesar dari Allah yang membuat penciptaan manusia
nyaris sempurna karenanya. Keberadaannya pun membuktikan bahwa ternyata manusia
diberi kebebasan untuk merancang sendiri kehidupannya, lengkap dengan seluruh
konsekwensi dan tanggungjawabnya.
3. Hati
Seluruh manusia
memiliki hati, tidak terkecuali seorang gurupun pastilah memiliki hati. Tapi
yang membedakannya adalah, apakah hatinya itu bersih atau kotor. Sebab,
adakalanya, bila hati busuk, akan sering menyakiti orang. bila hati kejam, akan
sering berbuat dendam dan memfitnah orang. Oleh sebab itu, hati harus sering
dibersihkan. Jika sudah mengenal diri sendiri dan membersihkan hati, maka akan
mudah dalam mengenal Allah.
Kecerdasan
terekam dalam bakat alamiah dan seluruh hal yang terkait dengan kepribadian dan
kompetensi seseorang. Ditinjau dari segi ilmu saraf, semua kecerdasan itu
dikendalikan oleh otak beserta jaringan sarafnya yang tersebar di seluruh
tubuh.
Berdasarkan
pengorganisasian saraf cara berfikir manusia dapat dikelompokkan dalam tiga
jenis, yaitu:
1. I
Q (Intelligence Quotient) yang digunakan untuk memcahkan masalah secara logika
maupun strategi berfikir. Yang memungkinkan manusia berfikir rasional, logis,
dan taat aturan.
2. E
Q (Emotional Quotient) yang memberikan kesadaran mengenai perasaan sendiri dan
juga perasaan orang lain. Juga memberikan rasa empati, cinta, motivasi, dan
kemampuan untuk menanggapi kesedihan dan atau kegembiraan secara cepat. Yang
memungkinkan manusia berfikir asosiatif, yang terbentuk oleh kebiasaan dan
memberikan kemampuan mengenali pola-pola emosi.
3. S
Q (Spiritual Quotient) diperlukan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan
makna dan nilai, yakni yang menempatkan prilaku dan hidup dalam konteks makna
yang lebih luas dan kaya. Yang memungkinkan seseorang berfikir secara kreatif,
berwawasan jauh, membuat bahkan mengubah aturan. Jenis pemikiran ini memungkinkan
manusiua menata kembali dan mentransformasikan IQ dan EQ.
E.
Mentalitas,
Moralitas, dan Spiritualitas
Seseorang atau
lebih khusus, seorang Guru dikatakan memiliki mentalitas pribadi yang kuat,
bila senantiasa bersikap jujur, meyakini nilai-nilai serta memegang teguh
komitmen. Selain itu juga ia yakin bahwa kehidupan selalu menyediakan segala
sesuatunya dalam porsi melimpah bagi setiap orang untuk mencapai cita-cita dan
karirnya.
Seorang Guru
dikatakan memiliki moralitas yang baik bila memiliki nilai, norma, prinsip
hidup dan mampu berempati terhadap lingkungan.
Seorang Guru
dikatakan memiliki nilai –nilai spiritualitas yang kuat bila meyakini prinsip
dan nilai-nilai yang menggambarkan kebesaran Allah dalam keberaniannya
mengekspresikan gagasan serta perasaan, diikuti timbang rasa terhadap gagasan
maupun perasaan orang lain dan peserta didiknya.
Mentalitas
sangat terkait dengan internal diri seseorang , sementara moralitas terkait
dengan dunia luar diri seseorang (manusia lain dan lingkungannya). Sedangkan
spiritualitas, kaitannya adalah dengan nilai-nilai dan keyakinan terhadap
kekuatan di luar diri kita (transcendental).
Mentalitas,
moralitas, dan spiritualitas berfungsi sebagai rangka (frame) bagi talenta yang
dimiliki seseorang. Semua kelemahan dan kekuatan diri yang berasal dari talenta
yang ada, mentalitas, moralitas, dan spiritualitas menjadi penetral,
penyeimbang serta pengendali kepribadian.
F.
Teori
Potret Diri
Seorang manusia
khususnya Guru memiliki potret diri yang berbeda-beda. Namun setiap potret diri
itu memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Inilah yang membedakan
kepribadian guru yang satu dengan yang lainnya. Dan teori potret diri ini
haruslah kita ketahui untuk mengenal pribadi seorang guru. Sebaliknya, guru pun
harus mengetahui teori ini agar bisa mengenal kepribadian peserta didiknya agar
memudahkan dalam pelaksanaan proses belajar dan pembelajaran.
1. Potret
Diri Sanguinis
Kepribadian
orang Sanguinis bisa terlihat dari perilakunya yang sangat suka
bersenang-senang, mendengar, dan tertawa. Sangat membutuhkan perhatian, kasih sayang,
penerimaan, dan persetujuan. Hal yang kurang baik dari tipe yang sanguinis
adalah mudah sekali lupa dan kurang baik dalam bekerjasama sampai tuntas.
Seorang sanguinis bisa berbicara tentang apa saja, kapan saja, dan dimana saja
dengan atau tanpa informasi. Memiliki kepribadian yang bergairah, optimis, rasa
humor, kemampuan bercerita, dan mudah untuk menyukai orang lain. Namun, orang
sanguinis tidak terorganisisr, tidak bisa mengingat perincian atau nama, suka
membesar-besarkan, tidak serius tentang apapun, mempercayakan kepada orang lain
untuk melakukan pekerjaan, mudah tertipu, dan kekanak-kanakan.
2. Potret
Diri Koleris
Perilaku pribadi
koleris sangat ingin memiliki control atas orang lain, terikat kebutuhan
emosional pada rasa kepatuhan, hormat kepada pencapaian prestasi, dan
memberikan penghargaan tinggi atas kemampuan yang dimiliki. Stress akan terjadi
jika kehidupan lepas kendali dan menemukan kenyataan bahwa orang lain tidak
melakukan pekerjaan dengan cara koleris seperti dirinya.
Sangat mudah
mengenali tipe ini karena pendekatan gerak cepat yang diperlihatkan.
Menonjolkan rasa percaya diri , sikap selalu gelisah, dan keinginan menguasai.
Serta memiliki sifat yang alami dan firasat yang kuat.
Orang koleris
memiliki kemampuan menguasai apa saja dengan seketika, membuat penilaian yang
cepat dan tepat pula. Namun orang koleris suka memerintah, mendominasi,
otokratis, tidak perasa, tidak sabaran, tidak mau mendelegasikan atau
menghargai orang lain.
3. Potret
Diri Phlegmatis
Pribadi
phlegmatis yang menonjol adalah memiliki keinginan untuk tidak terjadi konflik
antar teman atau peserta didiknya dan senantiasa menjaga ketenangan. Kebutuhan
emosional orang phlegmatis adalah terhadap rasa hormat, rasa diri berharga,
pengertian, dan dukungan emosional. Orang Phlegmatis mudah dikenali karena
melakukan pendekatannya yang tenang, postur yang santai, dan duduk atau
menyandar bila memungkinkan. Stress akan terjadi pada orang phlegmatic jika di
sekitarnya penuh dengan pertikaian, mengalami konfrontasi pribadi, tidak ada
yang mengharapkan bantuan, dan mendapatkan tanggung jawab lebih.
Pribadi orang
phlegmatic memiliki keseimbangan, disposisi yang merata, rasa humor yang
tersembunyi, dan memiliki kepribadian yang menyenangkan. Namun, kurang memiliki
kepastian, kurang antusias, kurang energy, dan memiliki kemampuan yang
tersembunyi.
4. Potret
Diri Melankolis
Keinginan potret
melankolis yang terpenting adalah mendapatkan apa yang benar. Kebutuhan
emosionalnya adalah rasa kestabilan, ketenangan, kepekaan, dan dukungan.
Pribadi melankolis mudah dikenali dari kebiasaan sehari-hari yang tampak
serius, perasa, sopan, suka menyalahkan diri sendiri, terorganisir, dan
kreatif. Stress akan terjadi jika kehidupannya bermasalah, standar yang tidak
terpenuhi, dan tidak ada yang perduli dengan keadaan yang terjadi pada dirinya.
Bila mengalami stress biasanya cenderung menarik diri, menekuni buku, menjadi
tertekan, dan mudah menyerah.
Pribadi oran
gmelankolis memiliki kemampuan mengorganisisr, menetapkan tujuan jangka
panjang, memiliki standar dan idealisme yang tinggi, menganalisis secara
mendalam. Namun, mudah tertekan, perlu waktu terlalu banyak untuk
mempersiapkan, terlalu memusatkan perhatian pada perincian, mengingat hal-hal
yang negative, dan suka mencurigai orang lain.
BAB
III
SIMPULAN
Menjadi seorang
guru sangatlah sulit, karena pekerjaan ini membutuhkan banyak talenta dalam
panca indera, otak dan hati. Tetapi, walau demikian, setiap orang bisa menjadi
seorang guru. Walaupun ada criteria dalam segi tingkatannya, yaitu guru
professional dan non professional.
Guru yang baik
adalah guru yang mempunyai kepribadian yang mumpuni untuk bisa mendidik dan
mengajari peserta didiknya. Karena tugas guru bukanlah sekedar memberikan
pengajaran akademik, tetapi juga membimbing dan mendidik peserta didiknya agar
bisa berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Oleh karena itu, guru
haruslah mempunyai kepribadian yang baik agar peserta didiknyapun
berkepribadian baik. Dan kepribadian-kepribadian itu bisa dipelajari dari sosok
Rasulullah saw sang teladan yang sempurna.
Selain itu Mentalitas,
Moralitas, dan Spiritualitas seorang guru haruslah lebih baik daripada para
peserta didiknya. Juga, guru pun harus memahami portet dirinya masing-masing
agar bisa menempatkan dirinya di situasi apapun khususnya dalam situasi belajar
dan mengajar.
DAFTAR
PUSTAKA
‘Aidh
bin Abdullah Al-Qarni.
Visualisasi
Kepribadian Muhammad SAW. Irsyad Baitus Salam, Bandung, 2004.
Abdullah
Gymnastiar.
Copy
Paste Rasulullah SAW. Khas MQ – Bandung, 2005.
Amir
Tengku Ramly.
Pumping
Talent, Pustaka Inti,
Jakarta, 2004.
Anas
Salahudin.
Bimbingan
dan Konseling, CV. Pustaka Setia, Bandung, 2010.
Muhaimin.
Paradigma
Pendidikan Islam, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004
Sumadi Suryabrata.
Psikologi
Kepribadian, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2006.
Syaefudin
Saud Saud.
Pengembangan
Profesi Guru, CV. Alfabeta, Bandung, 2009.
0 komentar:
Posting Komentar