Konversi Agama
( Psikologi Agama)
A.
Pengertian Konversi Agama
Dampak yang paling menonjol dari
modernitas adalah keterasingan (alienasi) yang dialami oleh manusia. Alienasi
muncul dari cara pandang dualisme, yaitu: jiwa-badan, makhluk-Tuhan, aku-yang
lain, kapitalis-proletar, dll. Akhirnya terjadilah gejala reifikasi atau
pembedaan antar sisi dari dualitas tersebut. Ini disebut pula objektivikasi,
yaitu manusia memandang dirinya sebagai objek, seperti layaknya sebuah benda.
Dalam filsafat kita mengenalnya
dengan aliran materialisme. Semakin kuat pengaruh materialisme, semakin kuat
pula gejala alienasi (keterasingan) diderita umat manusia. Anda pasti tidak
menghendaki filosofi akan berdampak sedemikian menyedihkan. Dan masyarakat
dunia Barat adalah yang paling menderita karena materialisme memang berkembang
biak sangat subur di sana.
Jika Anda membayangkan bahwa Anda
terasing dengan orang-orang di sekitar Anda, mungkin Anda bisa mengalihkannya dengan
sibuk dengan diri sendiri. Tetapi, bagaimana jika Anda terasing dengan diri
Anda sendiri? Degradasi moral sering terjadi karena manusia tidak mampu
mengatasi penyakit jiwa manusia modern ini. Narkotika, seks bebas, bahkan bunuh
diri sering menjadi pelarian. Hidup tampaknya menjadi tidak berarti lagi.
Mereka yang tertolong atau segera menemukan pencerahan dari kekelaman jiwa ini
akan bangkit dan memeluk suatu keyakinan yang baru. Suatu keyakinan yang akan
membuat hidupnya terasa lebih berarti, hidup yang bertujuan, yaitu kembali
kepada Tuhannya. Terjadilah pembalikan arah, atau konversi. Dalam bahasa agama
disebut pertobatan (taubat, metanoia).
Ada beberapa pendapat tentang
pengertian konversi agama antara lain:
1.
Menurut Thouless (1992),
Menurut Thoules konversi agama
adalah istilah yang pada umumnya diberikan untuk proses yang menjurus kepada
penerimaan suatu sikap keagamaan, proses itu bisa terjadi secara
berangsur-angsur atau secara tiba-tiba.
2.
Pengertian Konversi Agama Menurutu Etimologi.
Pengertian konversi agama menurut
etimologi konversi berasal dari kata latin “conversio” yang
berarti tobat, pindah, berubah (agama). Selanjutnya kata tersebut
dipakai dalam kata Inggris “conversion” yang mengandung
pengertian: berubah dari suatu keadaan, atau dari suatu agama ke agama lain (change
from one state, or from one religion, to another). Berdasarkan arti
kata-kata tersebut dapat di simpulkan bahwa konversi agama mengandung
pengertian: bertobat, berubah agama, berbalik pendirian (berlawanan arah)
terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama.
3.
Heirich.
Heirich (dalam Ramayulis, 2002)
mengatakan bahwa konversi agama adalah merupakan suatu tindakan dimana
seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah kesuatu sistem kepercayaan
atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya
4.
James
James (dalam Ramayulis, 2002)
mengatakan konversi agama adalah dengan kata kata: “to be converted, to be
regenerated, to recive grace, to experience religion, to gain an assurance, are
so many phrases which denote to the process, gradual or sudden, by which a self
hitherro devide, and consciously wrong inferior and unhappy, becomes unified
and consciously right superior and happy, in consequence of its firmer hold
upon religious realities”. “berubah, digenerasikan, untuk menerima
kesukaan, untuk menjalani pengalaman beragama, untuk mendapatkan kepastian
adalah banyaknya ungkapan pada proses baik itu berangsur-angsur atau tiba-tiba,
yang di lakukan secara sadar dan terpisah-pisah, kuran bahagia dalam konsekuensi
penganutnya yang berlandaskan kenyataan beragama”.
5.
E.Clark
Clark (dalam Daradjat, 1979),
memberikan definisi konversi sebagai berikut: konversi agama sebagai suatu
macam pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah
yang cukup berarti, dalam sikap terhadap ajaran dan tindak agama. Lebih jelas
dan lebih tegas lagi, konversi agama menunjukan bahwa suatu perubahan emosi
yang tiba-tiba kearah mendapat hidayah Allah SWT secara mendadak, telah
terjadi, yang mungkin saja sangat mendalam atau dangkal, dan mungkin pula
terjadi perubahan tersebut secara berangsur-angsur.
Kesimpulan Pengertian Konversi Agama
Yang dimaksud dengan konversi agama
ialah: perobahan pandangan seseorang atau sekelompok tentang agama yang
dianutnya, atau perpindahan keyakinan dari agama yang dianutnya kepada agama
yang lain.
1. Ciri-ciri seseorang melakukan
konversi agama, menurut Ramayulis (2002) adalah
a.
Adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang
terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya.
b.
Perubahan yang terjadi di pengaruhi kondisi kejiwaan
sehingga perubahan dapat terjadi secara berperoses atau secara mendadak.
c.
Perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan
kepercayaan dari suatu agama ke agama lain tetapi juga termasuk perubahan
pandangan terhadap agama yang di anutnya sendiri.
d.
Selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan maka perubahan
itupun disebabkan faktor petunjuk dari yang maha kuasa.
2. Jenis Konversi Agama
Menurut Moqsith, jenis-jenis
konversi agama di bedakan menjadi dua, yaitu:
a.
Konversi internal, terjadi saat seseorang pindah dari mazhab
dan perspektif tertentu ke mazhab dan perspektif lain, tetapi masih dalam
lingkungan agama yang sama.
b. Konversi eksternal, terjadi jika
seseorang pindah dari satu agama keagama lain.
Menurut Abdalla, senada dengan apa
yang telah di ungkapkan Moqsith, konversi internal terjadi dalam satu agama,
dalam artian pola pikir dan pandang seseorang berubah, ada yang dihilangkan dan
tidak menutup kemungkinan banyak yang ditambahkan (ibadah), tetapi konsep
ketuhanan tetap sama. Sedangkan dalam konversi eksternal pindah keyakinan ke
konsep yang benar-benar berbeda dengan konsep keyakinan sebelumnya. Dari uraian
di atas maka dapat di simpulkan bahwa pengertian konversi agama adalah
merupakan suatu tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau
berpindah kesuatu sistem kepercayaan atau perilaku ke system kepercayaan yang
lain.
B.
Faktor-Faktor Penyebab Konversi
Agama
A. Penido Penido (dalam Ramayulis, 2002),
berpendapat bahwa konversi agama mengandung dua unsur:
1.
Unsur dari dalam diri (endogenos origin), yaitu proses
perubahan yang terjadi dalam diri seseorang atau kelompok. Konversi yang
terjadi dalam batin ini membentuk suatu kesadaran untuk mengadakan suatu
transformasi disebabkan oleh krisis yang terjadi dan keputusan yang di ambil
seseorang berdasarkan pertimbangan pribadi. Proses ini terjadi menurut gejala
psikologis yang bereaksi dalam bentuk hancurnya struktur psikologis yang lama
dan seiring dengan proses tersebut muncul pula struktur psikologis baru yang dipilih.
2.
Unsur dari luar (exogenous origin), yaitu proses perubahan
yang berasal dari luar diri atau kelompok sehingga mampu menguasai kesadaran
orang atau kelompok yang bersangkutan. Kekuatan yang berasal dari luar ini
kemudian menekan pengaruhnya terhadap kesadaran mungkin berupa tekanan batin,
sehingga memerlukan penyelesaian oleh yang bersangkutan. Sedangkan berbagai
ahli berbeda pendapat dalam menentukan factor yang manjadi pendorong konversi
(Motivasi konversi). James dan Heirich (dalam
Ramayulis, 2002), banyak menguraikan faktor yang mendorong terjadinya konversi agama tersebut menurut pendapat dari para ahli yang terlibat dalam berbagai disiplin ilmu, masing-masing mengemukakan pendapat bahwa konversi agama di sebabkan faktor yang cenderung didominasi oleh lapangan ilmu yang mereka tekuni.
Ramayulis, 2002), banyak menguraikan faktor yang mendorong terjadinya konversi agama tersebut menurut pendapat dari para ahli yang terlibat dalam berbagai disiplin ilmu, masing-masing mengemukakan pendapat bahwa konversi agama di sebabkan faktor yang cenderung didominasi oleh lapangan ilmu yang mereka tekuni.
C. Para Ahli
Agama
Para ahli agama menyatakan bahwa
yang menjadi faktor pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk ilahi.
Pengaruh supernatural berperan secara dominan dalam proses terjadinya konversi
agama pada diri seseorang atau kelompok.
D.
Para Ahli Sosiologi,
Para ahli sosiologi berpendapat
bahwa yang menyebabkan terjadinya konversi agama karena pengaruh sosial.
Pengaruh sosial yang mendorong terjadinya konversi itu terdiri dari adanya
berbagai faktor antara lain:
1. Pengaruh hubungan antara pribadi
baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun non agama (kesenian, ilmu
pengetahuan, ataupun bidang keagamaan yang lain).
2. Pengaruh kebiasaan yang rutin.
Pengaruh ini dapat mendorong seseorang atau kelompok untuk berubah kepercayaan
jka dilakukan secara rutin hingga terbiasa. Misal, menghadiri upacara
keagamaan.
3. Pengaruh anjuran atau propaganda
dari orang-orang yang dekat, misalnya: karib, keluarga, famili dan sebagainya.
4. Pengaruh pemimpin keagamaan.
Hubungan yang baik dengan pemimpin agama merupakan salah satu pendorong
konversi agama.
5. Pengaruh perkumpulan yang
berdasarkan hobi. Perkumpulan yang dimaksud seseorang berdasarkan hobinya dapat
pula menjadi pendorong terjadinya konversi agama.
6. Pengaruh kekuasaan pemimpin. Yang
dimaksud disini adalah pengaruh kekuasaan pemimpin berdasarkan kekuatan hukum.
Misal, kepala Negara, raja. Pengaruh-pengaruh tersebut secara garis besarnya
dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengaruh yang mendorong secara pesuasif (secara
halus) dan pengaruh yang bersifat koersif (memaksa).
E.
Para Ahli Ilmu Jiwa,
Para ahli ilmu jiwa berpendapat
bahwa yang menjadi pendorong terjadinya konversi agama adalah faktor psikologis
yang ditimbulkan oleh factor intern maupun faktor ekstern. Faktor-faktor
tersebut apabila mempengaruhi seseorang atau kelompok hingga menimbulkan
semacam gejala tekanan batin, maka akan terdorong untuk mencari jalan keluar
yaitu ketenangan batin. Dalam kondisi jiwa yang demikian itu secara psikologis
kehidupan seseorang itu menjadi kosong dan tak berdaya sehingga ia mencari
perlindungan kekuatan lain yang mampu memberinya kehidupan jiwa yang tenang dan
tentram.
E.James, Dalam uraiannya James (dalam
Ramayulis, 2002) yang berhasil meneliti pengalaman berbagai tokoh yang
mengalami konversi agama menyimpulkan sebagai berikut:1.Konversi terjadi karena
adanya suatu tenaga jiwa yang menguasai pusat kebiasaan seseorang sehingga pada
dirinya muncul persepsi baru, dalam bentuk suatu ide yang bersemi secara
mantap.2.Konversi agama dapat terjadi oleh karena suatu krisis ataupun secara
mendadak (tanpa suatu proses).
Kemudian James mengembangkan Faktor
Penyebab konversi itu mengembangkan menjadi tipe Volitional (perubahan
bertahap), konversi agama ini terjadi secara berproses sedikit demi sedikit
sehingga kemudian menjadi seperangkat aspek dan kebiasaan rohaniah yang baru.
Konversi yang demikian itu terjadi sebagai suatu proses perjuangan batin yang
ingin menjauhkan diri dari dosa karena ingin mendatangkan suatu kebenaran.
Kedua, tipe Self-Surrender (perubahan drastis), konversi agama tipe ini adalah
konversi yang terjadi secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami suatu proses
tertentu tiba-tiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya.
Pada konversi agama tipe kedua ini James (dalam, Ramayulis, 2002) mengakui
adanya pengaruh petunjuk dari Yang Maha Kuasa terhadap seseorang, karena gejala
konversi ini terjadi dengan sendirinya pada diri seseorang sehingga ia menerima
kondisi yang baru dengan penyerahan jiwa sepenuh-penuhnya. Masalah-masalah yang
menyangkut terjadinya konversi agama tersebut berdasarkan tinjauan psikologi
tersebut yaitu dikarenakan beberapa faktor antara lain:
1. Faktor Intern meliputi, pertama,
Kepribadian. Secara psikologis tipe kepribadian tertentu akan mempengaruhi
kehiduan jiwa seseorang. Dalam penelitiannya, James (dalam Ramayulis, 2002)
menemukan bahwa tipe melankolis (orang yang bertipe melankolis memiliki sifat
mudah sedih, mudah putus asa, salah satu pendukung seseorang melakukan konversi
agama adalah jika seseorang itu dalam keadaan putus asa) yang memiliki
kerentanan perasaan lebih mendalam dapat menyebabkan terjadinya konversi agama
dalam dirinya. Kedua, faktor pembawaan. Menurut Sawanson (dalam
Ramayulis, 2002) ada semacam kecenderungan urutan kelahiran mempengaruhi
konversi agama. Anak sulung dan anak bungsu biasanya tidak mengalami tekanan
batin, sedangkan anak-anak yang dilahirkan pada urutan antara keduanya sering
mengalami stress jiwa, karena pada umumnya anak tengah kurang mendapatkan
perhatian orangtua. Kondisi yang dibawa berdasarkan urutan kelahiran itu banyak
mempengaruhi terjadinya konversi agama.
2. Faktor Ekstern meliputi, pertama
faktor keluarga. keretakan keluarga, ketidakserasian, berlainan agama,
kesepian, kesulitan seksual, kurang mendapatkan pengakuan kaum kerabat dan
alinnya. Kondisi yang demikian menyebabkan seseorang akan mengalami tekanan
batin sehingga sering terjadi konversi agama dalam usahanya untuk meredakan
tekanan batin yang menimpa dirinya. Kedua, Lingkungan tempat
tinggal. Orang yang merasa terlempar dari lingkungan tempat tinggal atau
tersingkir dari kehidupan di suatu tempat merasa dirinya hidup sebatang kara.
Keadaan yang demikian menyebabkan seseorang mendambakan ketenangan dan mencari
tempat untuk bergantung hinggakegelisahan batinnya hilang. Ketiga,
Perubahan status. Perubahan status terutama yang berlangsung secara mendadak
akan banyak mempengaruhi terjadinya konversi agama, misalnya: perceraian,
keluar dari sekolah atau perkumpulan, perubahan pekerjaan, menikah dengan orang
yang berbeda agama dan sebagainya. Keempat, Kemiskinan. Kondisi
sosial ekonomi yang sulit juga merupakan factor yang mendorong dan mempengaruhi
terjadinya konversi agama.
F.
Para Ahli Ilmu Pendidikan,
Para ahli ilmu pendidikan
berpendapat bahwa konversi agama dipengaruhi oleh kondisi pendidikan.
Penelitian ilmu sosial menampilkan data dan argumentasi bahwa suasana
pendidikan ikut mempengaruhi konversi agama. Walaupun belum dapat dikumpulkan
data secara pasti tentang pengaruh lembaga pendidikan terhadap konversi agama
namun berdirinya sekolah-sekolah yang bernaung di bawah yayasan agama tentunya
mempunyai tujuan keagamaan pula.
G.
Menurut Prof.DR.Zakiah. Daradjat
(1986).
Faktor-faktor terjadinya konversi
agama meliputi:
1.
Pertentangan batin (konflik jiwa) dan ketegangan perasaan,
orang-orang yang gelisah, di dalam dirinya bertarung berbagai persoalan, yang
kadang-kadang dia merasa tidak berdaya menghadapi persoalan atau problema, itu
mudah mengalami konversi agama. Di samping itu sering pula terasa ketegangan
batin, yang memukul jiwa , merasa tidak tenteram, gelisah yang kadang-kadang
terasa tidak ada sebabnya dan kadang-kadang tidak diketahui. Dalam semua konversi
agama, boleh dikatakan, latar belakang yang terpokok adalah konflik jiwa
(pertentangan batin) dan ketegangan perasaan, yang mungkin disebabkan oleh
berbagai keadaan
2.
Pengaruh hubungan dengan tradisi agama, diantara
faktor-faktor penting dalam riwayat konversi itu, adalah pengalaman-pengalaman
yang mempengaruhinya sehingga terjadi konversi tersebut. Diantara pengaruh yang
terpenting adalah pendidikan orang tua di waktu kecil mempunyai pengaruh yang
besar terhadap diri orang-orang, yang kemudian terjadi padanya konflik konversi
agama, adalah keadaan mengalami ketegangan yang konflik batin itu, sangat tidak
bisa, tidak mau, pengalaman di waktu kecil, dekat dengan orang tua dalam
suasana yang tenang dan aman damai akan teringat dan membayang-bayang secara tidak
sadar dalam dirinya. Keadaan inilah yang dlam peristiwa-peristiwa tertentu
menyebabkan konversi tiba-tiba terjadi. Faktor lain yang tidak sedikit
pengaruhnya adalah lembaga-lembaga keagamaan, masjid-masjid atau gerejagereja.
Melalui bimbingan lembaga-lembaga keagamaan itu, termasuk salah satu faktor
penting yang memudahkan terjadinya konversi agama jika pada umur dewasanya ia
kemudian menjadi acuh tak acuh pada agama dan mengalamkonflik jiwa atau
ketegangan batin yang tidak teratasi.
3.
Ajakan/ seruan dan sugesti, banyak pula terbukti, bahwa
diantara peristiwa konversi agama terjadi karena pengaruh sugesti dan bujukan
dari luar. Orang-orang yang gelisah, yang sedang mengalami kegoncangan batin,
akan sangat mudah menerima sugesti atau bujukan-bujukan itu. Karena orang-orang
yang sedang gelisah atau goncangan jiwanya itu, ingin segera terlepas dari
penderitaannya, baik penderitaan itu disebabkan oleh keadaan ekonomi, sosial,
rumah tangga, pribadi atau moral.
4.
Faktor-faktor emosi, orang-orang yang emosionil (lebih
sensitif atau banyak dikuasai oleh emosinya), mudah kena sugesti, apabila ia
sedang mengalami kegelisahan. Kendatipun faktor emosi, secara lahir tampaknya
tidak terlalu banyak pengaruhnya, namun dapat dibuktikan bahwa, emosi adalah
salah satu faktor yang ikut mendorong kepada terjadinya konversi agama, apabila
ia sedang mengalami kekecewaan.
5.
Kemauan, kemauan yang dimaksudkan adalah kemauan seseorang
itu sendiri untuk memeluk kepercayaan yang lain Selain faktor-faktor diatas,
Sudarno (2000) menambahkan empat factor pendukung, yaitu:
6.
Cinta, cinta merupakan anugrah yang harus dipelihara, tanpa
cinta hidup tidak akan menjadi indah dan bahagia, cinta juga merupakan salah
satu fungsi sebagai psikologi dan merupakan fitrah yang diberikan kepada
manusia ataupun binatang yang banyak mempengaruhi hidupnya, seseorang dapat
melakukan konversi agama karena dilandaskan perasaan cinta kepada pasangannya.
7.
Pernikahan, adalah salah suatu perwujudan dari perasaan
saling mencintai dan menyayangi.
8.
Hidayah “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk
kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang-orang
yang dikendaki- Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima
petunjuk” (QS. Al-Qasas:56) “Barang siapa yang Allah menghendaki akan
memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk (memeluk
agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya
Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki
kelangit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak
beriman”. (QS. Al An’am: 125) Ayat-ayat Al-Qur’an diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa bagaimanapun usaha orang untuk mempengaruhi seseorang untuk
mengikuti keyakinannya, tanpa ada kehendak dari Allah SWT tidak akan bisa.
Manusia diperintah oleh Allah SWT untuk berusaha, namun jangan sampai
melawankehendak Allah SWT dengan segala pemaksaan.
9.
Kebenaran agama, menurut Djarnawi (Sudarno, 2000) agama yang
benar adalah yang tepat memilih Tuhannya, tidak keliru pilih yang bukan Tuhan
dianggap Tuhan. Kebenaran agama yang dimaksud tidak karena paksaan, bujukan
dari orang lain, akan tetapi lewat kesadaran dan keinsyafan antara lain melalui
dialog-dialog, ceramah, mempelajari literatur, buku-buku dan media lain.
H.
Proses Konversi Agama
Perubahan yang terjadi tetap melalui
tahapan yang sama dalam bentuk kerangka proses secara umum, kerangka proses itu
dikemukakan:
1. Carrier
Carrier (dalam Ramayulis, 2002)membagi
proses tersebut dalam tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Terjadi desintegrasi sintesis
kognitif (kegoncangan jiwa) dan motivasi sebagai akibat dari krisis yang
dialami.
b. Reintegrasi (penyatuan kembali)
kepribadian berdasarkan konsepsi agama yang .Dengan adanya reintegrasi
ini maka terciptalah kepribadian baru yang berlawanan dengan struktur yang
lama.
c. Tumbuh sikap menerima konsepsi
(pendapat) agama yang baru serta peranan yang di tuntut oleh ajarannya.
d. Timbul kesadaran bahwa keadaan yang
baru itu merupakan panggilan suci petunjuk Tuhan.
2. Prof.Dr.Zakiah
Daradjat
Prof.Dr. Zakiah. Daradjat (1979)
memberikan pendapatnya yang berdasarkan proses kejiwaan yang terjadi melalui 5
tahap, yaitu:
a.
Masa tenang, disaat ini kondisi seseorang berada dalam
keadaan yang tenang karena masalah agama belum mempengaruhi sikapnya. Terjadi
semacam sikap apriori (belum mengetahui) terhadap agama. Keadaan yang demikian
dengan sendirinya tidak akan mengganggu keseimbangan batinnya, hingga ia berada
dalam keadaan tenang dan tentram. Segala sikap dan tingkah laku dan
sifat-sifatnya acuh tak acuh atau menentang agama.
b.
Masa ketidaktenangan, tahap ini berlangsung jika masalah
agama telah mempengaruhi batinnya. Mungkin di karenakan suatu krisis, musibah
ataupun perasaan berdosa yang di alami.Hal tersebut menimbulkan semacam
kegoncangan dalam kehidupan batin sehingga menyebabkan kegoncangan yang
berkecamuk dalam bentuk rasa gelisah, panik, putus asa, ragu, tegang dan
bimbang. Perasaan tersebut menyebabkan seseorang lebih sensitif dan
hampirhampir putus asa dalam hidupnya dan mudah terkena sugesti. Pada tahap ini
terjadi proses pemilihan terhadap ide atau kepercayaan baru untuk mengatasi
konflik batinnya.
c.
Masa konversi, tahap ketiga ini terjadi setelah konflik
batin mengalami keredaan karena kemantapan batin telah terpenuhi berupa
kemampuan menentukan keputusan untuk memilih yang dianggap serasi ataupun
timbulnya rasa pasrah. Keputusan ini memberikan makna dalam menyelesaikan
pertentangan batin yang terjadi, hidup yang tadinya seperti dilamun ombak atau
di porak porandakan oleh badai topan persoalan, tiba-tiba angin baru berhembus,
sehingga terciptalah ketenangan dalam bentuk kesediaan menerima kondisi yang
dialami sebagai petunjuk ilahi. Karena disaat ketenangan batin itu terjadi
dilandaskan atas suatu perubahan sikap kepercayaan yang bertentangan dengan
sikap kepercayaan sebelumnya, maka terjadilah proses konversi agama.
d.
Masa tenang dan tentram, masa tenang dan tentram yang kedua
ini berbeda dengan tahap yang sebelumnya. Jika pada tahap pertama keadaan itu
dialami karena sikap yang acuh tak acuh, maka ketenangan dan ketentraman pada
tahap ketiga ini di timbulkan oleh kepuasan terhadap keputusan yang sudah di
ambil. Ia timbul karena telah mampu membawa suasana batin menjadi mantap
sebagai pernyataan menerima konsep baru. Setelah krisis konversi lewat dan masa
menyerah di lalui, maka timbullah perasaan atau kondisi jiwa yang baru, rasa
aman dan damai di hati, tiada lagi dosa yang tidak diampuni Tuhan Yang Maha
Esa, tidak ada kesalahan yang patut di sesali, semuanya telah lewat, segala
persoalan menjadi mudah dan terselesaikan. lapang Dada, menjadi pemaaf dan
dengan mudah untuk memaafkan kesalahan orang lain.
e.
Masa ekspressi konversi, sebagai ungkapan dari sikap
menerima, terhadap konsep baru dari ajaran agama yang diyakininya, maka tindak
tanduk dan sikap hidupnya diselaraskan dengan ajaran dan peraturan agama yang
dipilih tersebut. Pencerminan ajaran dalam bentuk amal perbuatan yang serasi
dan relevan sekaligus merupakan pernyataan konversi agama itu dalam kehidupan.
3. Wasyim.
Menurut Wasyim (dalam Sudarno, 2000)
secara garis besar membagi proses konversi agama menjadi tiga, yaitu:
a. Masa Gelisah (unsert), kegelisahan
atau ketidaktenangan karena adanya gap antara seseorang yang beragama dengan
Tuhan yang di sembah. Ditandai dengan adanya konflik dan perjuangan mental aktif.
b. Adanya rasa pasrah
c. Pertumbuhan secara perkembangan yang
logis, yakni tampak adanya
realisasi dan ekspresi konversi yang dialami dalam hidupnya.
realisasi dan ekspresi konversi yang dialami dalam hidupnya.
KESSIMPULAN
A. Kesimpulan Pengertian Konversi Agama
Yang dimaksud dengan konversi agama
ialah: perobahan pandangan seseorang atau sekelompok orang tentang agama yang
dianutnya, atau perpindahan keyakinan dari agama yang dianutnya kepada agama
yang lain.
1. Jenis konversi agama dapat di
bedakan menjadi dua, yaitu:
- Konversi internal, terjadi saat seseorang pindah dari mazhab dan perspektif tertentu ke mazhab dan perspektif lain, tetapi masih dalam lingkungan agama yang sama.
- Konversi eksternal, terjadi jika seseorang pindah dari satu agama keagama lain.
- Faktor penyebab konversi agama pertama, faktor Intern, meliputi kepribadian, emosi, kemauan, konflik jiwa, kebenaran agama, hidayah. kedua, faktor ekstern, meliputi, factor keluarga, lingkungan tempat tinggal, pengaruh hubungan dengan tradisi agama, cinta, pernikahan.
- Tahap Proses Konversi Agama meliputi: masa tenang, masa ketidaktenangan, masa konversi, masa tenang dan tentram, masa ekspressi konversi.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sujanto.
1989 Psikologi
Umum, Penerbit Aksara Baru, Cet Ketujuh, Jakarta.
Jalaludin, Dkk.
1987 Pengantar
Ilmu Jiwa Agama, Penerbit Kalam Mulia, Jakarta.
setiyo purwanto http://klinis.wordpress.com/2007/12/27/konversi-agama
Zakiah Daradjat,
1970 Ilmu
Jiwa Agama, Penerbit Bulan Bintang.
0 komentar:
Posting Komentar