About

Jumat, 06 Februari 2015

Filsafat Barat

Filsafat Barat

Filsafat Scholastik Yunani
            Dalam bahasa Latin, scolasticus berarti “guru” (Lecturer), dalam bahasa yunani, schole berarti sekolahan (school). Dari segi sejarah , scholastic berarti ajaran-ajaran sekolah gereja, yang didirikan oleh charlemagne, dengan maksud untuk menegaakan kembali ajaran-ajaran sekolah gereja, yang telah banyak dirusakkan oleh serangaan bangsa Gaul Perancis. Akan tetapi scholatik kemudian dipakai untuk menunjukan suatu masa yang cukup lama tentang ajaran-ajaran barat, terutama dalam lapangan Filsafat dan theology, dimulai dari abad kesembilan masehi sampai abad ke lima belas masehi. Dan Pandangan yang scholastik memiliki dua pangdangan yaitu:
I. Hubungan  yang erat dengan theology katholik.
II. Logika formil yang teliti.
            Secara graduasi Filsafat barat menjadi empat tahap yaitu:
- Filsafat Kuno
- Filsafat abad pertengahan
- Filsafat modern dalam pembentukannya
- Filsafat abad ke-19 dan 20
Struktur perkembangan Filsafat Barat, dan pemikiran dari setiap aliran Filsafat   menurut tahapanya.
            Perkembangan Filsafat barat di mulai dari bangsa Yunani purba. Akan tetapi pemikiran-pemikiran India pada abad ke enam mencerminkan kemajuan Filsafat yang sejajar. Buku Upanishab di mana isinya yang pokok berkisar sekitar keesaan zat yang bener absolut benar satu, yaitu Braham atau Paramathman telah mendahului enam sistem pemikiran Filsafat yaitu Nyaya, Baisehika,Sankhya,Yoga, Mimansa dan Vedanta semua sistem pemikiran ini berdasarkan atas kesatuan (monism), yang dinyatakan banyak ataupun sedikit, dalam bentuk ssyair. Akan tetapi kalau kebudayaan timur ini akhirnya mengalamii kemundduran, maka kebudayaan Yunani adalah sebaliknya, yaitu : selalu berada dalam  proses perkembangan pembentukan diri.
            Filsafat Yunani  terbagi dalam tiga masa yaitu :
  1. Masa Filsafaat ‘alam dari 600 SM sampai 450 SM (physical or cosmological perriod), yang membicarakan persoalan wujud.
  2. Masa Filsafat kemanusiaan atau etika (Humanistic or Ethical period), dari tahun 450 SM sampai 400 Ssm yang membicarakan pertalian etika dan sosial dari manusia.
  3. Masa Filsafat sistematik (systimatik Period), dari 400 SM sampai 30 SM. Selama masa ini selurruh persoalan manusia telah dihubungkan oleh pikiran manusia, menjadi keseluruhan
Struktur perkembangan Filsafat barat
Keterangan:
            Filsafat Alam intinya: Berpikir pengetahuan dunia secara terbuka bebas dari sekumpulan ide yang diberikan.
            Idialisme Plato : Menemukan pemecehan antara pandangan Heraklitos mengenai semesta bahwa dunia yang tampak selalu berubah dengan pengertian permedian, bahwa kenyataan adalah segala sesuatu yang tidak berubah, alam ide merupakan kebenaran Plato percaya : Dunia yang tampak Dunia indra, Dunia akal dunia yang mengatasi indra, Dunia pengetahuan sejati.
            Neo-Platonisme : Pemikiran the one, the mind, the seul, ketetarikanya pemikiran yang ada bersumber pada realitas yang ada bersumber pada realitas yang bersifat metafisis.
Skolastik : Fenomena historis diatur Tuhan, faham teo sentris, agama dan Filsafat sama, sebab keduanya datang dari tuhan, kebaikan tertinggi adalah perenungan terhadap kebebasan Tuhan.
Rasionalisme : Teori yang berpendirian bahwa akal (rasio) manusia tanpa bantuan yang lain dapat mengungkapkan perinsif –perinsif  pokok dari alam dan bawwa sumber pengetahuan manusia adalah pikiran arasio, jiwa (Deskartes).
Empirisme : Aliran yang berpendapat bahwa segala pengetahuan itu diperoleh dari pengalaman. Pengalaman benar manakala dialami oleh pengamatan indra.
Materialisme : Teorinya bahwa semua bentuk dapat diterangkan menurut hukum yang menganut materi dan gerak. Dan semua kejadian dan kondisi akibat yang lajim dari suatu kejadian dan kondisi sebelumnya. Benda-benda organik dan bentttuk-bbentttuk yang lebih tinggi dalam alam merrupakan bentuk yang lebiiih komfleks dari bentuk organik atau beentuk yang lebih rendah, bentuk yang lebih tinggi tidak mengandung meteri untuk menerangkan segala yang terjadi.
Marxisme : Manusia sebagai mahluk sosial , revolusi sebagai jalan untuk merubah keadaan, baik pikiran maupun realitas, dan determinisme.
Pragmatisme : Teori yang berpendapat bahwa benar dan tidaknya suatu ucapan, argumentasi atau teori semata-mata tergantung pada bermanfaat dan tidaknya ucapan, argumentasi atau teori itu bagi manusia untuk bertindak dalam kehidupan.
Sekularisme : Pandangan yang tidak menghiraukan urusan agama dengan negara, artinya persoalan agama terpisah dari negara atau sebaliknya.
Evolusionisme: Paham yang berpendapat bahwa semua mahluk hidup mengalami proses perkembangan dan sebagaimana prroses itu terjadi
Existensialisme : Paham yang menekan bahwa Filsafat harus bertitik tolak pada manusia yang kongkrit, yaitu manusia sebagai eksistensi, maka bagi manusia eksistensi itu mendahului esensi. Ajaranya adalah :
-         Orang harus berhubungan dengan dunia
-         Orang merupakan kesatuan sebelum ada perpisahan antara jiwa dan badan
-         Menolak bersatu dengan suatu aliran tertentu
-         Menekan individual, kebebasan dan pertanggungjawaban.
Perenial : Filsafat yang menekankan perpaduan akal dengan spiritualtas, sebab Filsafat ini bersifat religiu, yang mampu melahirkan ketulusan, kerendahan hati dan kedermawanan antara manusia                    
Dan urutan para tokoh dan pemikirannya :
FILSAFAT PRA SOCRATES
            Ciri-ciri filsafat Yunani adalah rasionalisme, yang mana puncak rasionalisme tersebut terjadi pada orang-orang sofis. Untuk melihat rasionalisme sofis perlu dipahami lebih dulu latar belakangnya.
            Thales
            Thales (624-546 SM), ia tinggal di Miletus pada abad ke-7. Ia digelari sebagai Bapak Filsafat karena dialah orang yang mula-mula berfilsafat. Ia mengajarkan filosofnya hanya melalui mulut saja, serta dikembangkannya pula oleh muridnya dari mulut ke mulut pula. Baru Aristoteles, kemudian meuliskan ajarannya.
            Kesimpulan ajaran Thales adalah: “semuanya itu air, air yang cair itu adalah pangkal, pokok dan dasar (principe) segala-galanya” Apa asal alam itu? Suatu pertanyaan yang mendasar, Thales menjawab yaitu air. Pertenyaan tersebut dijawab dengan menggunakan akal, sebab menurutnya air penting bagi kehidupan. Ia menjawab berdasarkan pengalaman yang dilihatnya sehari-hari dan dijadikannya pikirannya untuk menyusun bangun alam. Ia menjawab seperti itu karena ia menganggap bahwa dunia itu dikelilingi oleh air. Thales sama sekali tidak mengatakan bahwa segala sesuatu terbuat dari air, ia sempat memperdebatkan bersama-sama dengan para pemikir di zamannya bahwa dunia di kelilingi oleh air, dan tampaknya ia menduga bahwa dalam arti tertentu sumber segala benda adalah air.
            Bagi Thales air adalah sebab yang pertama dari segala yang ada dan yang jadi, tetapi juga akhir dari segala yang ada dan yang jadi tersebut. Dalam pandangan Thales tidak ada jurang yang dapat memisahkan hidup dengan mati. Semuanya satu, dan ia percaya setiap benda juga memiliki jiwa.
            Thales menganut kepercayaan pada animisme, yaitu kepercayaan bahwa bukan harus yang hidup saja yang memiliki jiwa, tetapi bahan atau benda mati juga memiliki jiwa. Terhadap pandangan Thales bahwa dunia terbuat dari air, ada yang menolaknya yaitu berasal dari muridnya sendiri Anaximander.
Anaximander
            Anaximander merupakan murid dari Thales yang lahir pada tahun 610 SM dan meninggal pada tahun 547 SM. Ia lebih muda 15 tahun dari Thales. Sebagai filosof ia lebih mudah dari pada gurunya, ia ahli dalam bidang astronomi dan ahli ilmu bumi.
            Ia berpendapat bahwa langit itu bulat seperti bola, bumi terkandung di tengah-tengahnya, bangunannya sebagai silinder, bulat panjang dan datar pada bagian atasnya. Seperti halnya dengan gurunya, Anaximander mencari akar dari segala sesuatu. Yang diterima oleh akalnya bahwa yang asal itu satu, tidak banyak, tetapi yang satu tersebut bukanlah air sebagaimana yang dikemukakan oleh Thales. Menurut pendapat Anaximander bahwa yang asal itu tidak berhingga dan tidak berkeputusan, tetapi yang asal itu yang menjadi dasar alam yang dinamainya sebagai “Apeiron”. Apeiron ini tidak dapat dirupakan, tidak ada persamaanya dengan salah satu barang yang kelihatan di dunia ini.
            Anaximander membantu mengatur kosmologi Yunani tradisional, membedakan tanah, udara, api dan air serta menjelaskan bagaimana sifat-sifat mereka yang bermacam-macam, yang panas dan yang dingin, yang basah dan yang kering merupakan sesuatu yang saling mempengaruhi dan bertentangan satu dengan yang lainnya yang kemudian menghasilkan antara lain (fisik). Ketika didesak untuk menjawab pertanyaan Thales mengenai mana di antara unsur-unsur tersebut yang paling dasariah atau unsur fundamental, memiliki jawaban yang ia ajukan adalah yang sedemikian rupa yang tidak dapat dicerap yang ia sebut dengan apeiron (bahan dasar) tadi.
            Akan tetapi, seperti air-nya Thales, begitu juga apeiron-nya anaximander bukan memiliki jiwa dan bukan tanpa substansi rohaniah.
            Anaximenes
            Ia hidup dari tahun 585-528 SM, ia merupakan guru yang penghabisan daripada para filosofi alam yang berkembang di Milatos, ia adalah murid dari Anaximander. Ia merasa perlu untuk mengkritik tentang apeiron yang misterius dan tidak bisa diserap yang dikemukakan oleh gurunya.
            Anaximenes berargumentasi bahwa udara merupakan unsur yang paling esensial yang mengembun dan menguap, memanas dan mendingin, mendarat dan menipis. Dengan demikian udaralah yang membuat dunia ini, yang menjadi sebab segala yang hidup.
            Sebagai kesimpulan dari ajarannya, yaitu: “Sebagaimana jiwa kita yang tidak lain daripada udara, menyatukan tubuh kita, demikian pula udara mengikat dunia menjadi satu, penghidupan masyarakat. Kepentingan jiwa itu tampak olehnya dalam perubungan alam besar saja. Jiwa menyusun tubuh manusia jadi satu dan menjaga supaya tubuh itu jangan gugur dan bercearai-berai. Anaximenes berpendapat bahwa udara itu merupakan benda materi. Ia juga dapat membedakan antara yang hidup dengan yang mati, yaitu bahwa yang mati itu tidak mempunyai jiwa.
            Thales, Anaximander dan Anaximenes memberi penjelasan yang menekankan pada unsur-unsur yang dapat dicerap dalam upaya menjelaskan dunia sedemikian rupa. Ketiganya termasuk para materialis, dalam arti bahwa mereka mengatakan dunia ini terbuat dari sejenis bahan dasar, apakah itu air, ataupun apeiron.
            Pytagoras
            Pytagoras berasal dari Samos. Ia dilahirkan sekitar tahun 580 SM. Menurut usianya ia seangkatan dengan Xenophanes. Ia meninggal pada tahun 500 SM.
            Pytagoras bersikuku atas pendapatnya yang mengemukakan bahwa bahan dasar kosmos bukan “bahan” tetapi lebih tepatnya bentuk-bentuk (forms) dan hubungan-hubungan. Melalui Pytagoras, secara khusus problem utama ontologi kuno m terfokus. Persoalannya adalah bagaimanakah tatanan abstrak atau bentuk-bentuk benda memanifestasikan dalam segudang benda-benda aktual di dunia ini, “persoalan yang tunggal dalam yang banyak.”
            Ujung tarikat Pytagoras adalah mendidik kebatinan dan mensucikan roh. Pytagoras percaya akan kependidikan jiwa dari makhluk sekarang kepada makhluk yang akan datang. Menurut kepercayaan Pytagoras, manusia itu asalnya Tuhan. Jiwa itu adalah penjelmaan dari Tuhan yang jatuh ke dunia karena berdosa, dan ia akan kembali ke langit apabila sudah dicuci dosanya. Adapun cara mensucikan jiwa dari dosa tersebut adalah dengan hidup murni, tetapi hidup murni itu dilakukan secara berangsur-angsur. Menurutnya hidup di dunia ini adalah persediaan untuk hidup di akhirat. Oleh sebab itu semua dari sini dikerjakan untuk hidup di hari kemudian.
            Selain dari hal mistik, Pytagoras juga sebagai ahli pikir tertentu dalam ilmu matematika dan ilmu hitung lainnya. Dari matematika Pytagoras melompat ke dalam dunia pandangan. Alam ini menurutnya tersusun sebagai angka-angka dimana ada matematika, ada susunan dan ada kesejahteraan. Tetapi tidak di alam saja berkuasa matematika, ia juga berkuasa dalam segala barang. Dengan jalan ini Pytagoras sampai kepada pokok ajarannya yang menyatakan bahwa “segala barang adalah angka-angka.”
            Heracletos
            Ia lahir di kota Ephesos di Asia Minor pada tahun 540 SM, dan meninggal pada tahun 480 SM. Dia dipandang sebagai seorang filsuf ilmuwan awal yang masih menerima unsur-unsur alamiah yang lain, api, dan menyatakan untuk itu sebagai hal yang utama. Ia memandang api sebagai anasir yang asal. Pandangannya tersebut tidak semata-mata terikat pada alam kiasan, alam besar. Anasir yang besar dipandangnya pula sebagai kiasan daripada segala kejadian.
            Di samping itu, ia juga berpandangan bahwa dunia ini adalah satu. Semua benda saling berhubungan, meskipun pada awalnya saling bertentangan, dan di balik segudang benda yang ada di dunia ini ada satu kesatuan tunggal, yaitu logos. Logos menyatakan bahwa segala hal yang tampak bertentangan, memberikan tatanan bagi kekacauan, memberikan hukum bagi perubahan dan mengijinkan kita. Logos dijadikan sebagai pusat pandangan oleh Heracletos tentang alam.
            Parmenides
            Ia lahir di Elea pada tahun 540 SM dan meninggal pada tahun 473 SM. Ia dikenal sebagai orang besar di kotanya. Ia juga sebagai ahli politik dan pernah memangku jabatan di pemerintahan. Parmenides bersama muridnya yaitu Zeno dan Ela mengubah fokus perhatian filsafat tertuju pada teknik argumentasi sebagai pokok pendiriannya, disebutnya bahwa ada kebenaran yang sepenuh-penuhnya. Parmenides membulatkan keterangannya dengan semboyannya yang pendek yaitu: “Hanya yang ada itu ada, dan yang tiada itu tiada.” Bahwa kebenaran terdapat pada pengakuan bahwa yang ada itu ada. Ia memandang bahwa semuanya itu satu dan tetap. Ajaran Parmenides yang pokok kepada yang satu dan tetap bertentangan dengan ajaran Heracletos.
            Zeno
            Ia lahir di Elea pada tahun 490 SM dan ajarannya kesohor empat tahun lamanya yaitu dari tahun 464-460 SM.
            Ia mempertahankan ajaran gurunya dengan cara membalikan serangan terhadap dalil-dalil lawannya. Menurut pendapatnya jika keterangan lawannya itu salah pendirian Parmenides parmenides dengan sendirinya benar.
Melisson
            Ia berasal dari Samos sebuah kota Grek di tanah perantauan. Ia sangat terkeumuka dalam duni filosofi Elea dari tahu 444-441 SM. Ia mempertahankan ajaran Parmenides dengan mengemukakan alasan yang positif. Artinya ia melahirkan keterangan untuk mnguatkan ajaran gurunya. Dia berkata yang ada selalu ada dan akan tetap ada. Menurutnya yang ada itu kekal serta yang ada itu tidak berhingga.
Empedocles
            Ia lahir di kota Acragas di pulau Sicilia pada tahun 490 SM dan meninggal pada tahun 430 SM. Ia menduga bahwa dunia dibangun melalui konflik juga tidak ada unsur atau tatanan yang mendasari, yang ada hanyalah konflik abadi antara daya-daya cinta tentang perselisihan.
            Ia mengajarkan bahwa alam ini pada mulanya satu yaitu disatukan oleh cinta. Cinta merupakan kodrat yang membawa bersatu dan bercampur. Tetapi alam yang satu tadi dipecah oleh benci yang mana benci membalikan semua keadaan tersebut sehingga semua terpisah-pisah dan tidak ada yang bercampur lagi. Dalam keadaan yang dikuasai oleh benci tersebut barang satu-satunya pun tidak ada, yang ada hanyalah anasir yang empat yang tidak bercampur sedikitpun juga.
            Anaxagoras
            Ia dilahirkan di kota Klazomanae di Asia Minor. Ia hidup dari tahun 500-428 SM. Ia merupakan filosof yang pertama di Athena.
            Ia menganggap bahwa terdapat banyak jenis benda-benda, tiap benda mempunyai jenisnya sendiri-sendiri. Ia juga menunjukkan ada banyak jenis unsur sebanyak jenis benda tersebut. Menurutnya tidak segala sesuatu berupa suatu unsur, seorang person bukanlah suatu unsur melainkan suatu campuran kompleks dari berbagai unsur. Sehingga ia mengklaim bahwa ada “segala sesuatu di dalam sesuatu.” Secara alamiah ia memulai memikirkan kosmos bukan hanya dari sudut tatanan tetapi juga dari sudut maksud dan tujuan.
           
Leokippos
            Ia berasal dari Miletos, ia murid Parmenides dan guru dari Democritos sejarah hidupnya hampir tidak diketahui orang.
            Ia mengupas ide tentang kepingan-kepingan “bahan” yang lebih kecil lagi, dan terus mencari sampai akhirnya bertemu pada salah satu ide yang paling penting di zaman modern yaitu konsep atom. Menurunya bahwa dunia terdiri dari sejulah “partikel” yang bermacam-macam dan berbeda dalam ukuran serta bentuknya. Menurutnya juga bahwa atom merupakan suatu ukuran yang sangat kecil dan tidak dapat dibagi lagi. Leokippos merupakan pujangga yang pertama kali mengajarkan dari hal yaitu atom. Atom berasal dari perkataan Grile yaitu “a” sama dengan tidak dan “toom” berarti terbagi, sehingga atom berarti ‘tidak dapat dibagi.”
Democritos
            Ia lahir di Abdera sebuah kota di patai Trasia bagian Balkan. Ia hidup sekitar tahun 460-360 SM. Ia adalah seorang ahli ilmu alam yang berpengetahuan luas. Adapun karyanya yaitu yang mengenai ilmu alam diantaranya ilmu alam, ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu tabib dan hal ikhwal penting serta yang lainnya. Pemikiran Democrotos sepadan dengan pemikiran gurunya bahwa alam ini tak lain daripada atom dan gerakannya. Atom itu tidak bermula dan tidak berakhir yang jumlahnya sangat banyak dan merupakan benda yang bertubuh meskipun tidak dapat dilihat. Di antara atom tersebut terdapat lapang yang kosong, tempat atom bergerak. Untuk menyatakan bahwa ada lapang yang kosong, ia mengemukakan empat fase, yaitu: (1) penggerak berkehendak akan lapang yang kosong; (2) sesuatu barang bisa jadi kembang atau pandai jika ada lapang yang kosong; (3) hidup dari kecil menjadi besar disebabkan karena makanan dapat masuk ke dalam lapang yang kosong di dalam badan; (4) jika dimasukan abu ke dalam sebuah gelas yang berisi air maka melimpahkan sebagian dari pada air tersebut.
SOFISME
            Pada pertengahan abad kelima sebelum Masehi, muncul aliran baru dalam filosofi Yunani, yaitu sofisme. Sofisme berasal dari kata sophos yang artinya cerdik pandai.
            Kaum sofis muncul di Athena dan ajarannya berkembang secara pesat di kota ini. Di antara guru-guru sofis ada empat orang yang terkemuka, yaitu sebagai berikut:
            Protagoras
            Ia lahir pada tahun 481 SM di Abdera dan meninggal pada tahun 411 SM. Protagoras adalah seorang individualis yang mengemukakan orang-seorang dalam segala-galanya. Bagi Protagoras manusia itu adalah ukuran bagi segalanya, bagi yang ada karena adanya, dan bagi yang tidak ada karena tidak adanya. Maksudnya bahwa semua itu harus ditinjau dari pendirian manusia sendiri-sendirinya. Sebagai kelanjutan dari pendiriannya itu Protagoras mengatakan bahwa pandangan itu betul memuat pengetahuan yang cukup tentang barang yang terpandang, tetapi bukan pengetahuan tentang barang itu sendiri.
Gorgias
            Ia berasal dari Liontinoi di Sicilia. Ia hidup dari tahun 483-375 SM. Pada tahun 427 ia datang ke Athena sebagai utusan kotanya dan ia juga pandai berpidato. Karena ia sebagai ahli pidato yang membatalkan segala-galanya, maka ia disebut sebagai nihilis yang artinya tidak ada. Dasar yang dikemukakannya sebagai alasan meniadakan ada tiga, yaitu: (1) tidak ada sesuatunya; (2) jika sekiranya ada sesuatunya, ia tidak dapat diketahui; dan (3) jika kiranya kita mengetahui sesuatunya, pengetahuan itu tidak dapat kita kabarkan kepada orang lain. 
            Hippias
            Ia berasal dari Elis. Tahun kelahirannya tidak diketahui melainkan ia lebih muda sedikit daripada Protagoras. Pasal yang diuraikan oleh Hippias mengenai soal etik. Menurut pendapatnya hukum negeri itu sangat perkasa bagi manusia. Oleh sebab itu ia bertentangan dengan hukum alam.
           
Prodicos
            Ia berasal dari Keos sebuah pulau kecil dekat Attika. Ia seumur dengan Hippias. Kematian dipandang oleh Prodicos sebagai kejadian yang baik sekali untuk menghindarkan kejahatan dalam kehidupan.
FILOSOFIS KLASIK
            Socrates
            Ia lahir di Athena pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun 399 SM. Ayahnya adalah tukang pembuat patung serta ibunya adalah seorang bidan. Tujuan dari filosofi Socrates adalah mencari kebenaran yang berlaku untuk selama-lamanya. Menurutnya bahwa kebenaran itu tetap dan harus dicari. Dalam mencari kebenaran, ia tidak berpikir sendiri melainkan setiap kali ia berdua dengan orang lain, dengan jalan tanya-jawab. Cara sepert ini sering disebut dengan metode tanya-jawab dari Socrates.
            Socrates juga mengajarkan tentang etika yang menyebutkan bahwa budi adalah tahu, dan inilah intisari dari etika Socrates. Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Paham etikanya merupakan kelanjutan dari metodanya. Ajaran etika Socrates sifatnya intelektuil serta rasional.
            Plato
            Ia dilahirkan di Athena pada tahun 427 SM dan meninggal di sana pula pada tahun 347 SM. Ia berasal dari keluarga Aristokrasi yang turun-temurun memegang peranan penting dalam politik Athena. Semasa mudanya ia bercita-cita menjadi seorang negarawan. Nama aslinya adalah Aristokles.
            Dalam ajaran filosofi Plato, bertaut segala filosofi Grek yang dibentangkan sebelumnya. Intisari filosofi Plato ialah pendapatny tentang idea, yaitu suatu ajaran yang sangat sulit untuk dipahami.
            Pokok tinjauan filosofi Plato adalah mencari pengetahuan tentang pengetahuan. Ia bertolak dari ajaran gurunya yaitu Socrates yang mengajarkan bahwa budi adalah tahu.
            Seperti halnya pandangan Socrates, etika Plato bersifat intelektuil dan rasionil. Dasar ajarannya ialah mencapai budi baik. Tujuan hidupnya adalah mencapai kesenangan hidup, yang mana kesenangan hidup itu bukanalah memuaskan hawa nafsu di dunia ini melainkan kesenangan hidup diperoleh dengan pengetahuan.
            Pandangan Plato tentang negara dan luasnya masih terpaut pada masanya. Ia lebih memandang ke belakang daripada ke muka. Negara Grek di masa itu adalah kota.
            Aristoteles
            Ia lahir di Stageira di Semenanjung Kalkidike di Trasia (Balkan) pada tahun 3844 SM dan meninggal di Kalkis pada 322 SM. Bapaknya bernama Macaon yaitu seorang dokte istaana.
            Aristoteles sependapat dengan gurunya yaitu Plato bahwa tujuan yang terakhir daripada filosofi adalah pengetahuan tentang adanya dan yang umum. Pandangannya lebih realis daripada Plato yang selalu didasarkan pada yang abstrak.
            Ia terkenal sebagai Bapak Logika. Intisari daripada ajaran logikanya adalah silogismos atau dalam bahasa Indonesianya adalah silogistik, yang maksudnya uraian yang berkunci, yaitu menarik kesimpulan dari kenyataan yang umum atas hal yang khusus. Ia membedakan pengetahuan ilmiah dan pengertian tentang kebenaran daripada pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman. Ia membagi logika ke dalam tiga bagian, yaitu: mempertimbangkan, menarik kesimpulan dan membuktikan atau menerangkan pengertian yang ada itu dibagi ke dalam sepuluh macam, yaitu: barang, jumlah, sifat, hubungan, tempat, waktu, sikap, keadaan, kerja dan menderita.
            Metafisika Aristoteles berpusat pada persoalan barang dan bentuk. Bentuk dikemukakannya sebagai pengganti pengertian ide Plato yang ditolaknya. Barang adalah sesuatu yang dapat mempunyai bentuk ini dan itu. Dengan bentuk pikiran seperti itu Aristoteles dapat menyelesaikan masalah yang pokok dalam filosofi teoritika Grek, yaitu memikirkan adanya begitu rupa, sehingga dari adanya dapat diterangkan proses menjadi dan terjadi.
            Menurut Aristoteles alam ada untuk selama-lamanya. Ini kelanjutan dari pendapatnya bahwa waktu tidak berhingga.
            Etika Aristoteles pada dasarnya serupa dengan etika Socrates dan Plato tujuannya mencapai eudaemonie, yaitu kebahagiaan sebagai bahan tertinggi dalam penghidupan. Oleh karena itu tugas dari etika adalah mendidik kemauan manusia untuk memiliki sifat yang pantas dalam segala perbuatan. Budi pikiran, seperti kebijaksanaan, kecerdasan dan pendapat yang sehat diutamakan oleh Aristoteles dari budi perangai seperti keberania, kesederhanaan, pemurah hati serta yang lainnya.
            Mengenai kenegaraannya, Aristoteles sependapat dengan Plato bahwa tabiat manusia yang berlomba-lomba mengejar keuntungan yang jauh lebih besar dari keperluan sehari-hari patut dicela. Ia menentang penumpukkan kapital. Ia mengemukakan bentuk tata-negara, yaitu: Monarki atau basilia, aristokrasi, dan politia. Walaupun demikian ia memandang demokrasi lebih rendah dari aristokrasi sebab dalam demokrasi keahlian diganti dengan jumlah.
KESIMPULAN
            Dari paparan di atas, terlihat bahwa dari berbagai pemikira filsafat yang muncul dari mulai Filsafat Pra Socrates sampai Filsafat Klasik zaman Socrates, dapat digolongkan ke dalam tiga pemikiran yaitu: ada yang mengedepankan mitos-mitos, ada yang mengedepankan logika serta ada yang mengedepankan kedua-duanya; maksudnya mitos-mitos dipahami dengan rasio tanpa adannya pertentanngan di antara keduanya.
Hubungan antara Filsafat Materialisme dan Marxisme di Indonesia
            Materialisme mengatakan mengatakan bahwa realitas seluruhnya terdiri dari materi. Materialisme juga mengakui kemungkinan metafisika, karena materialisme sendiri berasal dari metafisika.         
 Setelah kematian hegel murid-muridnya berpecah belah menjadi dua golongan, yaitu golongan hegel kiri dan golongan hegel kanan.
            Salah sseorang yang termasuk hegel  sayap kiri yaitu Feurbach (1804-1872), ia memandang hegel sebagai pncak rasionalisme modern. Selain itu Karl Marx (1818-1883), juga termasuk hegelian berhaluan kiri. Pemikiran marx ditunjukan dengn nama-nama materialisme dialektis dan materialisme historis. Walaupun ia sendiri tidak menggunakan nama-nama tersebut.
            Adapun hubungan materialisme dan marxisme di indonesia sangat erat krana telah jelas sekali dari paparan di atas bawasannya antara keduanya saling berkaitan dan keduanya saling berdampingan dan di indonesia sendir kebanyakan atau hubungan dengan sayap kiri atau lebih terkenal dengan golongan hegel kiri dan ini menjadi sebuah pemikiran bagi kaum marxisme yang juga termasuk hegelian berhaluan kiri.


Filsafat Ferenial menekankan perpaduan akal dan spritual,dan hubungannya dengan kehidupan modern dan peradaban.
            Gagasan tentang dialektika jika diterapkan pada wilayah spiritulitas meluas melampaui kerangka penalaran yang tepat, karena seluruh masalah ungkapan spiritul tentang kepermukaan, sebelum seseorang dapat bernalar ia harus mampu mengungkapan dirinya, padahal dialektika spiritual adalah yang paling utama. Kemanpuan untuk menjelaskan dalam bahasa manusia realitas tersebut masih terjangkau oleh pemikiran manusia setidaknya melampaui pengalaman dunawi dan psikologi yang biasa.
            Kalau di hubungkan dengan kehidupan modern seseorang dapat memiliki wawasan sepiritual yang paling tinggi tanpa memperoleh karunia kemampuan untuk mengungkakan dirinya dalam aspek ganda yaitu isi dan bentuk dan lain halnya menjadi korban mental dan pengalaman-pengalamannya.
Filsafat yang banyak digunakan di Indonesia         
            Adapun Filsafat yang banyak dianut di Indonesia lebih condong kepada Filsafat Ferenial, ya’ni Filsafat yang lebih menekankan perpaduan antara akal da spiritual, karena di negera Indonesia tidak sebebas pemikiran barat dan pemikirannya berpaduan antara Barat dan Timur keduanya saling bercampur dan tolak ukur kebeneran di Indonesia bukan hannya dengan sebatas akal akan tetapi harus di imbangi dengan penikiran religius. Sehingga akal dan spiritual berjalan secara bersamaan dan di sittulah kebenaran di akui keberadaannya.   

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Hanafi
1996    Pengantar Filsafat Islam, Bulan Bintang: Jakarta.
Ahmad Tafsir,
2001    Alam Pikiran Yuanani, Remaja Rosdakarya: Bandung.
Haarun Nasution.
1991    Failsafat Agama, Bulan Bintang: Jakarta.
Mohammad Hatta
1986    Alam Pikiran Yunani, UI Press, Tinta Mas: Jakarta
Robert C  Solmon, dan Katlen M. Higgins
2002    Sejarah Filsafat (Terjemahan dari Short History of Philosofy oleh Saut Pasaribu), Yayasan Bentang Budaya: Jogjakarta.


0 komentar:

Posting Komentar

Romi Syahrurrohim. Diberdayakan oleh Blogger.