KATA PENGANTAR
Alhamdulilah hirobil alamin, puja berserta puji mari kita panjatkan
kehadirat-Nya. Yang mana telah meberikan rahmat dan hidayah kepada kita semua.
Dan nikmat yang begitu banyak, yang takan pernah terhitung oleh rumus
matematika maupun phytagoras, yakni nikmat iman dan islam serta kesehatan
jasmani dan rohani.
Sholawat
beserta salam, juga tak lupa terlimpahkan kepada junjungan besar, presedien
dunia yang tablig, Fatonah, Sidik, dan Amanah. Manusia yang paling sempurna di
dunia ini, adil dan bijaksana. Yakni habibana wanabiyana Muhammad SAW. yang
begitu luas pengetahuannya bagaikan hamparan laut di dunia ini.
Terimakasih,
kepada bapak dosen IBD yang mana telah
memberi ilmu pengetahuan pemahaman tentang IBD. Dan membimbing kami untuk
menyelesaikan sebuah makalah ini. Dan terimakasih kepada teman-teman yang telah
berkerjasama untuk menyelsaikan makalah ini, kritik dan saran yang membangun
kami akan terima dengan lapang dada, guna perbaikan makalah-makalah
selanjutnya.
Bandung, 4 November 2012
Kelompok 7
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu Budaya Dasar (IBD) termasuk komponen MKU (Mata Kuliah
Umum) yang tujuannya, untuk merangsang mahasiswa untuk mengembangkan seluruh potensi mahasiswanya dalam menjawab
kenyataan-kenyatannya kehidupan social budaya masyarakat untuk membentuk sikap
mental yang positif. Ilmu Budaya Dasar menumbuhkan sikap kepekaan menuju
prosepty. Peranan kelompok mata kuliah ini sangat besar sumbanganya terhadap kehidupan
bermasyarakat di daerah setempat.
LATAR BELAKANG
Supaya mahasiswa, mengetahui bagaimana
mencintai dan merawat kebudayaan yang ada di Indonesia ini, yang terdiri dari bermacam-macam
kebudayaan dan adat istiadat yang harus di lestarikan agar tidak hilang, dan diambil
oleh Negara lain.
RUMUSAN MASALAH
·
Pengertian
Kegelisahan
·
Pengertian
Ketersaingan
·
Pengertian
Kesepian
·
Pengertian
Ketidakpastian
TUJUAN MASALAH
·
Untuk
mengetahui pengertian kegelisahan
·
Untuk
mengetahui pengertian ketersaingan
·
Untuk
mengetahui pengertian kesepian
·
Untuk
mengetahui pengertian ketidakpastian
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KEGELISAHAN
Kegelisahan
berasal dari kata gelisah, yang berati tidak tentram hatinya, selalu merasa
khawatir, tidak tenang, tidak sabar, dan cemas. Kegelisahaan merupakaan hal
yang mengambarkan keadan seseorang yang tidak tentaram hatinya,maupun
perbuataannya.
Dari
pengertian di atas, seseorang yang mengalami kegelisahan memiliki gejala-gejala
sebagai berikut:
1.
Orang
itu tidak tenang pikirannya karena ada masalah yang belum terselesaikan dalam
pikirannya, orang demikian belum memperoleh suatu kepastian seperti yang di
harapkan.
2.
Orang
demikian selalu merasa khawatir, takut sesuatu yang di harapkaan tidak tercapai
atau terwujudkaan, ia takut apa yang dia tidak inginkaan terwujud.
3.
Orang
yang sedang di landa kecemasan, tampak dalam tingkah lakunya sperti berikut
ini, apa bila dia duduk, duduknya tidak tenang, apa bila orang gelisah sedang
berdiri ia akan mundar mandir, ia berjalan tanpa tujuan melainkan hanya untuk
menghilangkan kegelisahannya. Apa bila seseorang gelisah dalam tidurnya ,
tidurnya tidak tenang, sebentar ke kiri sebentar ke kanan. Apa bila sedang
merokok, cara merokoknya tidak normal, cara menghisapnya seperti di paksakan.
Kegelisahan
merupakaan salah satu ekspresi dari kecemasan. Oleh karena itu, dalam kehidupan
sehari-hari, kegelisahan juga berkaitan dengan frustasi, seseorang yang
mengalami frustasi itu biasanya apabila yang dia inginkan tidak tercapai.
Sigmund
Freud, ahli psikolinalisa terkenal berpendapat bahwa ada tiga macam kecemasan
yang menimpa manusia, yaitu kenyataan, neorotis, dan moril
1)
Kenyataan
Kenyataan yang pernah dialami seseorang,
misalnya terkejut jika mengetahui di bawah tempat tidurnya ada tikus. Rasa
terkejutnya sedemikian hebatnya sehinga tikus merupakaan binatang yang paling
mencemaskaan. Seseorang perempuan yang pernah di perkosa oleh sejumlah laki-laki yang tidak tangung jawab, dalam
keadan sendiri apa bila melihat laki-laki akan merasa ketakutan. Lebih-lebih
apabila melihat sejumlah laki-laki yang pernah memperkosanya.
Kecemasan akibat dari kenyataan yang
pernah di alami sangatlah terasa, terutama apabila pengalaman itu mencapai
ektensi hidupnya. Demikian pula dengan kecemasan yang di alami oleh seorang
bayi atau anak kecil, akan menimbulkan kesan baik atau buruk. Hal tersebut akan
tampil kembali pada waktu ia sudah dewasa. Misalnya, sesorang anak yang sering
mendapatkan perlakuan kejam dari ayahnya, mungkin ia akan merasakan cemas apabila
berhadapan dengan seseorang yang sesuai usianya. Adapula kemungkinan lain, ia
akan memberi reaksi membalik. Biasanya, karena timbul rasa dendam, ia selalu
berusaha untuk selalu berbuat kejam terhadap orang tua sebagai pelampiasannya.
2)
Neorotis
Kecemasan neorotis atau saraf disebabkan
oleh pengamataan atau perasaan yang menimbulkan ketegangan pada saraf
seseorang. Ketegangan saraf ini timbul karena menurut perasaannya tidak akan
mampu menghadapi apa yang terjadi, dia selalu membayangkan apa yang dia rasakan
terjadi kembali, yang akan membuat dirinya menderita. Dalam hal ini, kecemasan
neorotis terjadi karena takut dengan bayangannya sendiri.
Apa yang ditakutkan itu merupakan hal yang
sifatnya tidak masuk akal (irasional) yang berlebihan sehinga menimbulkaan
phobia. Kecemasan neorotis juga dapat disebabkan rasa gugup.
3)
Moril
Kecemasan moril umumnya di sebabkan oleh pribadi
seseorang. Setiap pribadi memiliki macam-maam emosi, seperti iri, benci,
dendam, marah dan rendah diri. Emosi demikian merupakan tingkat ego seseorang
dan untuk meperbaikinya, penampilan diri dari orang ini perlu diubah dengan
pendapat pengekangan dari the super ego.
Sehubungan dengan ketiga bentuk kecemasan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa kecemasan itu dapat menimbulkan reaksi
langsung. Salah satunya adalah stres. Itulah sebabnya, dalam kehidupan
sehari-hari, masyarakat menyamaratakan kecemasan dengan stres. Padahal arti
harfiah stres itu tekanan. Menurut Dr. P. Sidharta, neurology kenaman di
Jakarta, dalam seminarnya di Erasmus huis tanggal 13 April 1985, dikatakan bahwa
tanda-tanda orang yang di hinggapi stres adalah terjadi peningkatan kadar
kortikosteroid yang merupakan hasil kelenjar anak ginjal yang di rangsang oleh
saraf di bagian otak sebagai pusat dari emosi.
Berhubungan dengan masalah stres, dikenal
ada tiga tingkatan stres atau kadar stres, yaitu:
1)
Stres maha besar
Stres maha besar apabila seseorang
mengalami musibah besar, misalnya kebakaran, kebanjiraan, peperangan, dan
perampokaan. Hal tersebut dapat meneror mentalnya.
2)
Stres situasional
Stres situasional timbul secara mendadak
dalam suatu situasi. Misalnya, pada seseorang yang mengalami peristiwa
penodongan.
3)
Stres kronik
Stras kronik dapat melanda kalau penanggulangan
stres yang muncul sebelumnya tidak sempurna atau tuntas. Misalnya, pada
seseorang suami yang mempunyai istri sempurna, tetapi memiliki simpanan. Dalam
diri orang tersebut, stres kronik akan melanda karena muncul kecemasan. Selain
itu, stres ini dapat juga terjadi pada seseorang yang kurang senang pada
pekerjaannya. Ia merasa terpaksa melakukannya karena pertimbangan uang.
Jika seseorang mudah mengalami stres,
dirinya diibaratkan sebagai seseorang
yang begitu melihat cabai, langsung merasa pedas, padahal cabai itu dapat di
rasakan pedas setelah di makan. Untuk itu, Dr.P.Sidharta mengemukakan sepuluh
nasihat untuk menghindarkan setres, yaitu:
a)
Keluarkan
isi hati yang mengangu pikiran kepada orang yang dekat.
b)
Kalau
tegang oleh suatu pekerjaan yang ruwet, tingalkan dulu pekerjaan itu sebentar.
c)
Kalau
sedang sebal, lakukan lah pekerjaan fisik untuk melepaskan amarah.
d)
Sekali-kali
mengalah.
e)
Cobalah
menolong orang lain .
f)
Selesaikan
suatu pekerjaan saja pada suatu saat.
g)
Ingatlah
bahwa tidak ada seorangpun yang bisa mengerjakan segala-galanya.
h)
Jangan
membiasakan memulai sesuatu pada orang lain dengan kritik, tetapi mulailah
dengan pujian.
i)
Berikan
kesempatan pada orang lain untuk meraih sukses.
j)
Bersikap
ramah terhaap setiap orang (intisari, Juni 1985, hlm. 14-20)
Walter Mc.Quade dan Ann Aikman, dalam
bukunya stres terjemahan Dra. Setella, mengatakan bahwa penyebab utama dari
kebanyakan penyakit dalam abad XX adalah adanya bayangan setres.yaitu:
1)
Ancaman perkelahian mati-matian (mortal combat)
Dalam stres ini, jika ancaman timbul,
jantung mulai berdebar lebih cepat tekanan darah naik, dalam sistem pencernaan
kinerjanya semakin berkurang.
2)
Masalah makanan
Sebelum abad XX, hal yang mencakupi makanan
belum seberat sekarang. Hal ini terjadi kerena banyak orang yang di rangsang
ketakutan kalau-kalau sampai tidak cukup makanan untuk hidup.
3)
Masalah yang menghantui kebanyakan orang yaitu, takut mati.
Makin kuatnya budaya materi yang melanda
kehidupan manusia modern, tetapi makin menipisnya rasa keagamaan menyebabkan
orang takut mati. Oleh karena itu, timbulah manusia-manusia modern yang kurang
beriman.
Selain mengumukakan penyebab stres, Mc.
Quade dan Aikaman juga mengemukakan tentang peroses terjadinya stres, berdasarkan
penyelidikannya, ternyata proses terjadinya stres itu tidak jauh berbeda dengan
yang di kemukakan oleh Dr.P.Sidharta. dalam penyelidikannya, Mc. Quade dan
Aikman menyebutkan adanya dua tipe manusia, yaitu tipe A dan tipe B. tipe A
adalah mereka yang kegiatannya intensif, agresif, berambisi, senang bersaing
senang menyelesaikan pekerjaan , dan memiliki kebiasan untuk berlomba dengan
waktu. Manusia tipe demikian paling mudah terkena setres. Berlawanan dari tipe B
adalah orang yang tingkah lakunya santai, lebih terbuka, tidak melihat jam
terus-menerus, tidak memburu prestasi, tidak begitu bersaing, dan bicaranya
lebih teratur. Manusia seperti ini biasanya terhindar dari stres.
B.
KETERASINGAN
Keterasingan berasal dari kata terasing,
dan kata itu adalah dari kata dasar asing. Kata asing berarti sendiri, tidak
dikenal, sehingga kata terasing berarti, tersisihkan dari pergaulan,
terpisahkan dari yang lain, atau terpencil. Seperti telah dikemukakan oleh
manusia, bahwa manusia terdiri dari dua aspek yaitu jasmani dan rohani.
Dalam membicarakan keterasingan, kita bertitik
tolak kepada manusia sebagai homo sosius, sehingga apabila seseorang tersaing
dari masyarakat, dengan sendirinya sudah dimaksudkan dengan keterasingan.
Ada tiga hal yang menjadi penyebab
seseorang yang mengalami keterasingan, yaitu akibat dari pelanggaran, adanya
perbedaan sosial-ekonomi, dan cacat tubuh. Berikut ini akan di berikan
uraiannya agar lebih jelas.
a)
Keterasingan karena pelangaran
Dalam bab tentang manusia ada keadilan,
di kemukakan dalam masyarakat tradisional berlaku hukum adat. Siapa yang
melangar hukum adat akan mendapat hukuman pengasingan.
b)
Keterasingan karena Cacat Tubuh
Cacat tubuh yang diderita oleh seseorang
sejak lahir, seperti polio, sumbing pada bibir, tangan atau kaki yang bengkok,
dan mata juling, dapat menjadi sebab ia diasingkan oleh kawan-kawannya dalam
masyarakat. Anak yang demikian bukan hanya akan mengalami keterasingan, ia pun
akan menderita batin dan sering merasakan kesepian.
Selain cacat bawaan, juga cacat karena
penyakit. Dalam rumah sakit, pasien selalu diklasifikasikan menurut
penyakitnya, misalnya penyakit dalam, penyakit kulit, dan penyakit saraf.
Beriktu ini diberikan penggambaran
tenyang nasib keterasingan yang diderita seorang penyakit lepra (kusta).
Dalam kitab perjanjian
lama disebutkan bahwa penyakit lepra merupakan penyakit kututukan tuhan karena
keadaannya yang sangat menjijikan, penyakit ini diduga sangat menular dan dapat
menurun pada anaknya. Penderita diasingkan keluar kota, ditempatkan di semacam
lembah yang bergua-gua. Sangat menyedihkan perlakuan yang mereka terima saat
itu. Misalnya, karena mereka dilarang bergelandangan, makanannya diransum
dengan jalan melemparkan bahan makanannya ke dalam lembah tersebut.
Dalam masa penjajahan
belanda, didirikan rumah sakit khusus untuk penderita lepra. Berdasarkan hasil
penelitian, penyakit lepra timbul sebagai akibat virus yang menggrogoti
pendrita di sendi-sendi tulangnya. Dalam keadaan yang parah penderita tidak
lagi merasa jika pada suatu waktu jarinya lepas dari tangannya. Ciri-ciri lain
yang dimiliki penderita lepra, yaitu jari tangan atau kaki yang diserang lepra
sulit untuk dibengkok-bengkokkan. Bercak-bercak yang dapat terjadi pada muka
atau tubuhnya dianggap menjijikan bagi mereka yang merasa cantik, tapi
menimbulkan belas kasihan bagi mereka yang kemanusiaannya tebal.
Berkat adanya kemajuan
dalam bidang kedokteran zaman sekarang, disebutkan bahwa penyakit lepra
bukanlah penyakit keturunan dan tidaklah menular. Usaha mengadakan rehabilitasi
terhadap penderita ini makin banyak dilakukan, misalnya dengan pengobatan
biasa, operasi, dan latihan-latihan fisik. Pemerintah yang mendapatkan banyak
bantuan dari lembaga-lembaga kemanusiaan berusaha agar masyarakat jangan lagi
mengasingkan mereka yang pernah dirawat, tetapi menerimanya, karena pengasingan
terhadap penderita lepra dapat berarti sebagai penghukuman sehingga dapat
menimbulkan rasa rendah diri.
c)
Keterasingan karena Perbedaan Sosial-Ekonomi yang Mencolok
Pebedaan sosial-ekonomi yang mencolok
menyebabkan manusia sebagai warga masyarakat menjadi terkotak-kotak, yang dalam
sosiologi disebut sebagai pelapisan masyarakat atau stratifikasi masyarakat.
Yang pertama, merupakan pandangan lama dengan pendirian bahwa seseorang
menempati kedudukan yang tinggi atau rendah dalam masyarakat karena takdir atau
nasibnya demikian. Yang kedua, merupakan pandangan baru dengan pendirian bahwa
seseorang atau masyarakat rendah dapat menduduki posisi tinggi apabila ia
melakukan usaha atau perjuangan dalam hidupnya.
Dalam masyarakat hindu dikenal adanya sistem
kasta yang merupakan sistem pelapisan atas dasar keturunan, misalnya adanya
kasta Brahmana sebagai kasta tertinggi dan merupakan golongan rohaniwan. Kasta
Ksatria dibawahnya sebagai golongan priyai, ksatria dan bangsawan yang mengatur
pemerintah. Kasta Vaisya dibawahnya lagi sebagai golongan pedagang dan petani
yang mengurusi ekonomi, dan kasta Sudra sebagai golongan budak yang bertugas
melayani kasta-kasta lainnya. Mengapa seseorang harus lahir dari kasta yang
rendah? Menurut agama Hindu, hal itu disebabkan karena dosa-dosa yang pernah
dilakukan manusia dalam kehidupan sebelumnya.
Soerjono Soekanto, dalam bukunya Sosiologi,
suatu pengantar (1981:141,142), menyebutkan adanya empat ukuran yang
menyebabkan terjadinya pelapisan, yaitu kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan
ilmu pengetahuan.
1.
Ukuran kekayaan
Kekayaan seseorang yang biasanya berupa
benda, seperti rumah, perhiasan, kendaraan, tanah, dan pabrik, berdasarkan
banyaknya dapat membedakan seseorang itu tergolong kaya atau miskin.
2.
Ukuran Kekuasaan
Dunia juga mengarah ke pemerintahan yang
demokratis. Hal itu tampak dari sebagian besar Negara yang memiliki bentuk
pemerintahan republik. Walaupun demikian, dalam tata kepegawaiannya perlu diatur
sistem berjenjang. Dalam Peraturan Gaii Pegawai Negeri Sipil (PGPN) di
Indonesia, dikenal adanya golongan I, II, III, IV. Dapat dibayangkan, bagaimana
kacau-balaunya apabila semuanya menempati golongan IV yang merupakan golongan
tertinggi.
3.
Ukuran Kehormatan
Semestinya, ukuran kehormatan dapat
dilepaskan dari ukuran kekayaan dan kekuasaan. Dalam praktiknya, untuk
melakukan hal itu sangatlah sulit karena keadaan masyarakat yang makin
kompleks. Khususnya dalam masyarakat tradisional, masalah kehormatan masih
lebih tampak, mereka yang dihormati atau disegani diberikan tempat yang
teratas.
4.
Ukuran Pendidikan
Jenjang pendidikan modern yang
disusun berdasarkan tingkatan rendah
atau dasar, menengah, dan tinggi juga menyebabkan manusia dalam masyarakat
menjadi berlapis-lapis, sehingga memudahkan terjadinya keterasingan. Hal ini
terutama dirasakan oleh mereka yang pendidikannya rendah, karena biasanya juga
selalu menempati posisi yang rendah.
C.
KESEPIAN
Kesepian berasal dari kata sepi yang
berarti sunyi atau lengang, sehingga kata kesepian berarti merasa sunyi atau
lengang atau tidak berteman. Dalam sub bab 2, telah dikemukakan bahwa dalam
keterasingan dititik beratkan pada soal fisik, walaupun unsur psikis juga ada.
Dalam sub bab 3 ini merupakan kebalikannya, kesepian merupakan keterasingan
yang dititik beratkan pada soal psikis walaupun faktor fisik juga berpengaruh.
Misalnya seorang yang berada ditempat atau lingkungan sepi tau sunyi, psikisnya
akan mudah terpengaruhi sehingga dapat merasakan adanya keterasingan, khususnya
kesepian. Namun, seseorang pada suatu pesta karena ditempat ramai tersebut dia
tidak merasa memiliki kawan, maka dirasakan adanya kesepian.
Beberapa gejala pada orang yang
dirundung kesepian antara lain adalah sebagai berikut: apabila ia sedang duduk,
pandangan matanya kedepan tampak agak kuyu, kurang memberikan sinar yang
terang, dan pandangannya seperti kosong. Tampak matanya terbuka, tetapi kurang
memperhatikan apa yang ada didepannya.
Dalam jiwanya yang sepi, tubuhnya terasa
lunglai sehingga kepala yang terasa berat bagai badan harus ditopang pada dagunya.
Tidak tampak gerak yang hidup, jadi kebalikan pada orang yang sedang dalam
kegelisahan.
Arti kesepian menjadi makin jelas
bilamana seseorang merasa kesepian dalam keramaian. Yang ramai memang suasana
luar dari orang yang merasakan kesepian, tetapi orang yang dirundung kesepian
merasakan sepinya keadaan, yang ramai adalah suasana luar, yang menderita
kesepian adalah jiwa seseorang. Yang dapat ramai adalah tubuh, tetapi tidak
jiwanya.
Ada beberapa hal yang menyebabkan
seseorang kesepian. Pertama, apabila seseorang terpisahkan dari kekasihnya.
Orang seperti ini akan cepat merasakan kesepian karena selama ini hanya sang
kekasih yang menjadi pengisi hatinya yang meramaikan hatinya. Kedua, adalah
akibat keterasingan. Dalam penjelasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa
keterasingan yang dialami seseorang memang secara fisik nyata, tetapi secara
psikis tidak mungkin dapat dielakkan. Ketiga, yang juga telah terselip dalam
uraian terdahulu adalah bahwa apabila seseorang tidak memiliki atau tidak mau
melakukan suatu kegiatan. Orang demikian selalu akan menuruti lamunannya, tidak
jarang lamunannya itu akan mengarah kepada pemikiran-pemikiran yang sifatnya
negative sehingga merugikan diri sendiri.
Rasa rendah diri adalah persaan yang
dialami seseorang karena merasa kurang atau tidak mampu manyamai orang lain.
Dr. Frank S. Caprio, dalam bukunya mengatasi rasa sepi, frustasi, dan rendah
diri, menyebutkan bahwa orang yang rendah diri, pada hakikatnya adalah orang
yang cinta diri (self love). Mereka itu menjadi korban dari rasa kasihan diri
dan kehidupan mereka. Memang rasa rendah diri ada pada setiap orang, tetapi individualisme.
cacat psikis (cacat psikis) ini dapat berpengaruh pada tubuh sehingga tubuh
menjadi ikut sakit.
Oleh karena itu, orang-orang yang merasa
rendah diri perlu berusaha mengatasi dengan jalan sebagai berikut. Langkah
pertama, mencari sebab dalam dirinya sendiri mengapa ia merasa rendah diri,
kemudian memikirkan langkah apa yang akan dilakukan sebagai usah memecahkan
persoalan itu. Langkah kedua, yakinlah pada diri Anda bahwa Anda akan mampu
mengatasinya, bersikaplah sebagai orang besar bukan sebagai orang kecil.
Dalam bukunya, Dr. Frank S. Caprio
mengemukakan pendapat Dr. edwarf Glover yang mendefinisikan tentang orang yang
normal. Dikatakannya bahwa orang yang normal adalah orang yang bebas dari
gejala-gejala penyakit, bebas dari konflik mental, mampu bekerja, dan mencintai
seseorang. Selanjutnya, Dr. Frank S. Caprio menyebutkan sejumlah kualitas
pribadi yang normal, antara lain secara emosional ia matang, mampu menerima
cobaan hidup yang berat secara bijak, ia mencari kesibukan diri agar tidak
kesepian, dapat bekerja sendiri tanpa banyak mengeluh, memiliki gairah hidup,
dapat bergaul dan berkepribadian supel, memiliki rasa humor yang mencerminkan
keyakinan terhadap dirinya, mampu mencintai dan dicintai, mau belajar dari
pengalaman-pengalamannya yang lampau, dam mampu menikmati hidupnya dengan rasa
optimis.
D. KETIDAKPASTIAN
Ketidakpastian berasal dari kata tidak
pasti yang berarti tidak menentu, sehingga ketidakpastian merupakan hal yang
tidak menentu. Dalam ketidakpastian, seseorang terombang-ambing antara ya dan
tidak, sudah dan belum, jadi atau tidak, mau atau tidak mau, sehingga orang
demikian selalu dalam keragu-raguan. Maka orang yang mengalami ketidakpastian
selalu dalam kebimbangan atau kebingungan. Dan ia pun sering mengalami
kegelisahan.
Bagi orang yang berpribadi emosional,
ketidakpastian sangat mudah mengundang marah, yang kadang-kadang secara ekstrem
diwujudkan dengan memukul-mukul barang untuk melepaskan rasa ketidakpastiannya.
Sebaliknya, bagi orang yang memiliki pribadi tenang, ia bersikap biasa saja,
tetapi pikirannya berjalan terus untuk mencari penyelesaian. Bagi orang yang
berpribadi lemah, ketidakpastian benar-benar menyulitkan hidupnya, dia selalu
dalam kebimbangan, keragu-raguan, kebingungan, dan tergambar jelas dalam
kegelisahannya.
a.
Ketidakpastian dalam Menentukan Pilihan
Seringkali seseorang berada dalam
persimpangan jalan untuk menentukan pilihan, apabila pilihan yang diambilnya
sampai salah, maka dapat berakibat fatal. Itulah sebabnya, dalam menentukan
pilihan, seseorang perlu berfikir panjang dan tenang agar pilihannya tepat,
sehingga membawanya pada keadaan yang positif. sebaliknya apabila yang
dipilihnya justru mendatangkan hal-hal yang negative tentunya akan merugikan
sekali.
b.
Ketidakpastian dalam Menunggu
Ketidakpastian juga dirasakan pada waktu
seseorang menunggu, apakah orang atau barang yang ditunggu-tunggu itu pasti datang
atau tidak. Saat itu seseorang dirundung ketidakpastian yang membuatnya selalu
gelisah.
c.
Ketidakpastian dalam Hukum
Ketidakpastian juga sering melanda
seseorang dalam bidang hukum. Melalui hukum, orang bertujuan untuk mencari
pengaturan dalam masyarakat, sehingga suatu yang dirasakannya dapat pasti dan
tidak lagi membuat seseorang menjadi bimbang atau ragu. Oleh karena itu, hukum
yang baik dan sehat adalah yang dapat berlaku dalam waktu yang lama dan tidak
mudah. Hanya seorang negarawan (statesmen) yang bijaklah yang mampu menciptakan
hukum seperti itu. Fungsi hokum adalah mengatur hubungan seseorang dengan orang
lain (hukum perdata), dan hubungan orang dengan Negara (pidana), dan setiap
pelanggaran terhadap hukum dikenai sanksi.
BAB III
KESIMPULAAN
Kegelisahaan berasal dari kata gelisah, yang berarti tidak tentram
hatinya atau khawatir, tidak tenang, tidak sabar, dan cemas.
Sigmund friend ahli psikoanalisa terkenal berpendapat bahwa ada
tiga macam kecemasan yang menimpa manusia, yaitu:
A)
Kenyataan
B)
Neorotis
C)
Moril
Berhubungan dengan masalah stres, di
kenalnya ada tingkatan stres atau kadar stress, yaitu:
1.
Stres
maha besar
2.
Stres
situsianal
3.
Stres
kronik
Ketersingaan di
sini berasal dari kata asing, yang berati sendiri atau terpisah sendiri. Ada
tiga hal yang menjadi penyebab seseorang harus mengalami ketersaingaan,yaitu :
a)
Ketersaingan
karena pelangaraan
b)
Ketersaingaan
karena cacat buruk
c)
Ketersaingaan karena perbedaan social-ekonomi yang mencolok
Kesepiaan
berasal dari kata sepi yang berarti sunyi atau lengang, sehinga kata kesepian
berarti merasa sunyi atau lengang atau tidak memiliki teman. Ketidakpastiaan
berasal kata dari tidak pasti yang berarti tidak menentu, sehinga
ketidakpastiaan merupakaan hal-hal yang tidak menentu. Ketidakpastian dibagi menjadi
tiga, yaitu:
a)
Ketidakpastiaan
dalam menentukaan pilihaan
b)
Ketidakpastiaan
dalam menungu
c)
Ketidakpastiaan
dalam hukum
DAFTAR PUSTAKA
Supartono w, m.m. 2004.Ilmu
Budaya Dasar. Ciawi, Bogor : Ghalia Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar